Bab 1

7.5K 678 89
                                    

***

Jaman sekarang, mencari pekerjaan itu sulit padahal lapangan pekerjaan tersebar di setiap sudut. Akibat kecenderungan para freshgradute yang pilih-pilih dengan pekerjaannya, maka mereka harus menanggung akibatnya untuk sementara waktu-tapi jangan sampai selamanya.

Menganggur.

Dan Yeri pernah ada di fase itu dua bulan terakhir setelah resmi resign dari tempat kerjanya yang dulu. Meski gaji yang dikatakan cukup untuk menghidupi dirinya yang hobi kulineran, namun tetap saja Yeri tak tahan dengan suasana kantor yang tampak mencekam dengan segala pertanyaan umur tua yang mulai menghantuinya. Di tambah, seluruh beban perhitungan keuangan kantor hanya ia kerjakan sendiri.

Gadis berusia seperempat abad itu hanya bisa pasrah dan mengajukan Surat Pengunduran Diri secepat mungkin sebelum ia menjadi gila di lingkungan penuh gosip itu. Ia menyesal, apalagi saat melihat wajah merajuk sang atasan-yang sialnya orang Korea asli. Namun Yeri masih cukup waras untuk tidak berniat merebut suami orang hanya karena atasannya mirip oppa.

Hey, meskipun ia jomblo namun ia tak semenggenaskan itu sehingga jadi pelakor.

Dan di saat ia lelah menjomblo sekaligus pengangguran, dompetnya menipis akibat iming-iming makanan penuh diskon yang membuatnya order hampir setiap hari. Terlebih, dirinya yang mulai menyesuaikan diri dengan kucing tetangga yang selalu main ke rumahnya. Oh, saat musim kawin tiba bisa-bisa ia diincar kucing jantan hitam yang sering lewat depan rumah mengingat kecantikannya ini tiada banding dari betina putih berkumis itu.

Agaknya, seorang gadis jomblo pengangguran itu sangat salah di mata masyarakat. Mengingat dan mengungkit pernikahan dini kerap kali terjadi di Indonesia, maka dirinya ini bagaikan pohon tua yang sudah melewati perang dunia dan tetap tumbuh kokoh juga di percaya sebagai sarang makhluk gaib.

Sungguh, orang mana yang tega menumbangkan pohon tua sepertinya? Yang ada ia malah jadi sumber pemujaan minta harta atau jodoh. Namun jika pohon itu Yeri, maka hanya kesialan yang akan menimpa mereka. Jangankan bermanfaat bagi orang lain, ia saja tak bisa memanfaatkan dirinya sendiri agar bisa menghasilkan uang banyak dan membeli sawah untuk budidaya tutut.

Maka sekarang, ia ingin membuka lembaran baru. Mengisi ulang energinya di mulai dari nol.

Melamar pekerjaan.

Rencana pertama menuju sebuah pencapaian untuk mengubah keringat menjadi lembaran berwarna merah yang dapat ia nikmati di akhir bulan. Tangan Yeri sudah panas hanya dengan membayangkan kertas dengan angka nol banyak berwarna merah itu.

Namun melamar pekerjaan juga tak akan semulus menggali harta karun di dalam hidung. Tangannya di tuntut untuk menulis rapih, memperbanyak ijazah, memperbanyak tanda pengenal, berfoto dengan wajah datar, semuanya terasa merepotkan karena ia harus bolak-balik tempat fotocopy.

Belum lagi jika dimintai surat kesehatan dari dokter dan surat keterangan bahwa kita tidak pernah terlibat kasus dari kepolisian. Setelah itu diintrogasi dari pemberi kerja. Kalau tidak sesuai dengan apa yang mereka cari, bersiaplah untuk ditolak. Rencana berikutnya, cari lowongan lagi di tempat lain. Itu pun kalau masih ada lowongan.

Yang jelas, pengangguran itu bukan berarti tak ingin bekerja. Mereka sudah lelah ditolak dan di gantung tanpa kepastian yang jelas. Nyatanya, kisah mencari pekerjaan lebih menyakitkan ketimbang kisah cinta.

Hanya pengangguran-pengangguran tangguh yang melamar pekerjaan sampai tipis dompet kehabisan. Hidup pengangguran! Hidup kaum rebahan!

Maka di sinilah Yeri sekarang. Melamar pekerjaan di sebuah perusahaan asing ternama yang tengah merekrut pegawai besar-besaran. Ia tidak terlalu mengejar posisi, yang penting dapat perkerjaan saja terlebih dahulu. Masalah jabatan, setelah berhasil nanti dia bisa minta promosi ke bagian yang lebih tinggi. Lagipula, Yeri ini kan useable, bisa ditempatkan di mana saja.

Oh! My OfficeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang