[3] Meet again.

23 9 0
                                    

"Cinta yang sejati adalah pengalaman membesarkan diri sendiri secara permanen"~M. Scott Leck, psikiater

SELAMAT MEMBACA PARA READERS KU-!♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA PARA READERS KU-!♡

(●●●)

Gue pengen pulang ke rumah secepatnya---batin Alin.

Baiklah, itu mungkin cuma orang yang mirip saja. Iya! Cuma mirip. Tapi mengapa hatinya masih merasa tidak aman?

"Kenapa gue setakut ini?" Gerutu Alin diperjalanan pulang. Supir taksi online yang sedang menyetir dan mendengar gerutuan Alin hanya melirik bingung ke sumber suara.

Saat roda mobil sudah berhenti tepat di depan gerbang rumah, terdapat sebuah mobil terparkir rapih di pekarangan rumahnya.

Mobil itu berwarna hitam dengan plat nomor yang Alin tidak pernah lihat ataupun ingat.

Dan, sepertinya keputusan untuk segera pulang ke rumah adalah kesalahan terbesar gadis itu hari ini. Sosok itu, ada di depan pintu masuk rumahnya. Alin tidak halu atau semacamnya. Dia disini.

---

"Gerald, tidak mau menyapa duluan?" Tanya Jeni ramah pada pria yang duduk tepat di sofa sebrang.

"Hai Alin, sudah lama tidak bertemu." Gerald mengulas senyum tipisnya.

Alin bergidik ngeri melihat senyum itu. Gadis itu sudah was-was akan mengambil pisau buah, yang tertaruh disebelah buah-buahan yang sudah dipotong oleh tangan Jeni beberapa menit yang lalu.

Alin tidak merespon sapaannya dan malah membuang muka.

Oke gadis itu salah arah, dirinya malah harus bertatapan dengan wajah kesal Jeni melihat tingkah laku anak angkatnya itu.

Gadis itu menoleh kembali kearah lelaki itu dengan gestur belagunya, lalu menjawab. "Buruk, selalu buruk jika bertemu dengan lo." Ucapannya tidak kalah sarkasnya dengan Jeni saat sedang marah.

"Jaga sopan santunmu wahai gadis tengil ku." Ucap Jeni penuh penekanan.

Gadis polos sok belagu itu tidak menghiraukan nya. Gadis itu masih takut akan apa yang terjadi setelah ini. Bisa saja kan pria di hadapannya ini tiba-tiba mengeluarkan pistol dari balik tubuhnya?

Mm, mungkin cukup berlebihan. Tapi memang diakui Alin takut padanya.

Alin dibuat takut lagi dengan ucapan Jeni selanjutnya,

"Sepertinya kalian harus menghabiskan waktu berdua untuk membicarakan semuanya, kalian sepasang sahabat dulu, pasti akan saling mengerti." Ucap Jeni lembut dengan mata berbinar nya.

╣perғecт ғor мe?╠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang