Alasan lain mengapa banyak orang tua yang memilih menyekolahkan anaknya di sini adalah lengkapnya fasilitas yang disediakan. Sekolah ini memiliki dormitory untuk anak-anak yang rumahnya jauh. Cocok sekali untuk anak rantau seperti penghuni 11 IPA 4.
Tapi nggak semua murid diwajibkan tinggal di dormitory. Contohnya Chenle, yang lebih memilih tinggal di apartemennya.
Logikanya ya, kalau tinggal di dormitory yang notabenenya masih satu kawasan dengan gedung sekolah, seharusnya jam 7 begini sekolah sudah ramai. Namun kenyataannya, di kelas 11 IPA 4, hanya ada Han seorang.
Pemandangan ini sudah biasa bagi Han. Biasanya, yang lain akan datang beramai-ramai 5 menit setelah bel. Tidak patut ditiru ya, teman-teman.
Han sendiri memang terbiasa tepat waktu, datang lebih awal. Ia sangat menghargai waktu. Menurutnya, ia diberikan kesempatan bersekolah di tempat ini agar nantinya ia dapat membantu teman-teman di kampung halamannya. Setelah lulus kuliah, Han berjanji ia akan kembali ke Dowora dan menyediakan fasilitas pendidikan yang baik di sana. Mari kita doakan cita-cita Han bisa terwujud ya.
"SELAMAT PAGI, HAN!!" Sapa Somi yang baru saja memasuki kelas. "Pagi banget? Ke sini jam berapa?" tanyanya. Somi berjalan ke arah bangkunya dan duduk di sana.
"Biasa, setengah tujuh," jawab Han. Han membuka tasnya dan mengeluarkan kotak bekalnya. Mmm roti coklat ala Han 🤤. "Mau nggak, Som?" Tawar Han. Kebetulan ia belum sarapan, jadi ia membawa roti dari dorm.
"MAUU," dengan segera Somi menghampiri Han dan mengambil selembar roti tawar. Ini tuh bukan roti tawar biasa, teman-teman. Roti tawar ala Han ini dilipet jadi dua dan diisi susu kental manis coklat di dalamnya. Kedengarannya sederhana, tapi kalau coba buat sendiri tuh nggak bisa seenak punya Han. Heran kadang.
"Oh iyaa, gue kemarin ada beli coklat gitu, enak deh," ucap Somi di sela-sela mengunyah.
Selesai mengunyah, Somi mengambil coklat yang ia bicarakan dari tasnya dan memberikan coklat itu kepada Han. "Nih, coba," katanya.
"Nggak papa nih, Som?" Tanya Han. Malasahnya Han tahu, ini coklat mahal, bukan coklat yang bisa dibeli di indomaret. Kan Han takut makannya.
"Ih, ya nggak papa lah, kan gue yang nawarin. Bilang ya kalau menurut lo enak juga. Besok gue coba beli varian lain," ucap Somi sambil tersenyum. Kalau kata Somi sih, masih enakan roti coklatnya Han, hehe.
Han tersenyum tipis, berterima kasih, lalu mencicipi coklat dari Somi. "Enak kok, enak. Cuma menurut gua terlalu manis," komentar Han.
"Ah, lo mah nggak suka yang manis-manis, ini enak tau," bela Somi. "Nanti gue beli yang dark choco deh, besok gue bawain yaa."
Han hanya bisa tersenyum tipis dan lagi-lagi berterima kasih.
Sebenarnya beberapa kali selama bersekolah di sini sempat terbesit di pikiran Han, apa ia pantas ada di sini? Apa tempatnya adalah di sini?
Seperti yang kalian tahu, ini sekolah mahal. Lantas bagaimana caranya Han membayar biayanya? Han ini adalah salah satu penerima beasiswa, teman-teman. Ada dua jenis beasiswa yang ditawarkan, beasiswa kurang mampu dan beasiswa berprestasi. Beasiswa berprestasi diberikan kepada murid seperti Renjun, yang sering ikut olimpiade membawa nama sekolah. Karena Han tidak begitu aktif di olimpiade dan lomba-lomba, Han hanya memenuhi sysrat untuk beasiswa kurang mampu.
Han tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun, namun sebagai gantinya, Han harus menunjukkan hasil belajar yang baik selama tiga tahun penuh. Itu bukan masalah untuk Han karena tujuan Han datang ke Jakarta pun memang untuk menuntut ilmu.
Namun tak bisa dipungkiri, terkadang Han iri melihat teman-temannya yang bergelimang harta, bisa bebas membeli apa saja, kapan saja. Kadang ia juga sungkan mendapatkan bantuan berupa materi dari temannya. Han tidak ingin terlihat memanfaatkan harta teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ya gitu deh | 00-02L
Fanfictiongitu deh, the true definition of "Bhineka Tunggal Ika." started : december 2020 ended : 20200403 #1 in millennials - 20200406 #1 in kirin - 20201027 #1 in milenial - 20201114 #1 in 00line - 20200908 #1 in 01line - 20220602 #1 in lesserafim