Hallo!!❤
Kali ini, aku mau tulis cerita dengan bahasa yang lebih santai ya😁😁■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
"Yang, ayo dong! Nanti telat nih!" seruanku bahkan sepertinya tidak didengarnya sama sekali. Headset yang sejak tadi menutupi telinganya itu memang seolah membuatnya tuli!
"Jongin, ayo dong!" Bahkan teriakanku tak digubrisnya sama sekali, meskipun aku sudah menarik lengannya sekuat mungkin.
"Aduduhhh, bentar dong, Yang. Nanggung ini--" jawabnya tanpa menoleh barang sedikitpun. "Ehh.. eh, gimana sih ini, astaga malah mati!"
Marah-marah lagi deh ini pasti, batinku.
"Kamu sih, Yang narik-narik tangan aku! Mati kan jadinya, padahal dikit lagi menang." gumamnya terlihat badmood dengan bibirnya yang sudah maju beberapa sentimeter.
"Lah, kok aku? Kamunya aja tuh yang ngga bisa main!" kataku menimpali.
"Kan aku udah bilang sebentar, kamu malah narik-narik tangan aku." interupsinya tak mau kalah.
Aku menghembuskan nafas gusar. Kalau begini terus yang ada si bayi beruang akan terus marah dan tak segan-segan untuk mendiamiku selama satu hari. "Ya udah, terus kamu maunya apa? Kita udah telat lima belas menit gara-gara aku harus nungguin kamu main game. Jadi aku lagi yang salah?" suaraku melembut.
"Ya ngga gitu juga." jawabnya dengan wajah yang masih ditekuk.
"Terus?"
Sejak Jongin mengabaikanku, aku memilih duduk di atas ranjang sembari menunggu kapan Jongin akan segera mengakhiri gamenya itu. Kini mata kami bersirobok tanpa ekspresi--hanya aku, sedangkan wajah Jongin perlahan berubah menjadi sedikit kikuk. Mungkin dia merasa bersalah padaku.
"Masalahnya--"
.
"Masalahnya kamu mengabaikan sesuatu yang lebih penting." sergahku.Jongin diam. Menatapku lebih dalam setelah dia duduk di sampingku. Menghadapkan wajahnya ke arahku, kemudian menjatuhkan kepalanya di atas bahuku.
"Bukan gitu maksud aku, Yang." ujar Jongin pelan.
"Ya terus apa? Aku tuh ngga pernah ngelarang kamu main game kok, tapi kan kamu bisa pilih-pilih waktu yang pas. Kayak sekarang ini, padahal seharusnya kita udah berangkat dari setengah jam yang lalu loh." ujarku dengan kalimat yang terdengar jauh lebih lembut.
Percayalah, bicara setenang mungkin pada sosok Jongin adalah pilihan yang jauh lebih baik.
"Ya udah kalo gitu kita di apartemenku aja. Nanti aku telfon Chanyeol Hyeong deh atau Jongdae Hyeong aja yang lebih kalem."
"Iya, abis itu kamu bakal digorok sama Kyungsoo Oppa gara-gara batalin janji!"
"Iya juga sih, tapi kan lebih enak berduaan di apartemen, Yang. Winter pula, kan enaknya--"
"Apa?!" sentakku membuat Jongin menebarkan senyum nakal andalannya.
"Minum coklat panas, Yang. Astaga, nethink banget sama aku." ujarnya membela diri seraya mengecup pipi kiriku beberapa kali, sedang tangannya sudah melingkar di pinggangku sejak tadi.
"Ya udah ayo berangkat!" kataku sembari melepaskan tangan Jongin dengan paksa.
Sejurus kemudian, aku langsung bersiap-siap serta mengganti sandal rumah dengan sepatu. Tak peduli dengan Jongin yang malah beringsut ke dalam selimut.
Sumpah, rengekannya karena tak ingin pergi membuat tanganku gatal untuk menjitak kepalanya.
"Bangun atau aku pergi sendiri? Terus aku bakal bilang sama Kyungsoo Oppa kalau kamu males dateng ke acara dinner kali ini." ancamku.
"Dingin, Yang." rajuknya alih-alih berusaha merayuku, sembari berlari memelukku dari belakang.
"Pakai padding!"
"Hah?! Panty?!"
Sudahlah, Jongin memang begitu.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Jongin!
Katanya dingin, malah buka baju!
😠😠😠Hahaha jangan lupa komen dan votenya ya teman-teman😄😄❤❤
Silakan mampir ke IG @cermin.perasaan yaa🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Perasaan
Non-FictionMari bercerita mengenai isi hati, Mari bercerita mengenai perasaanku juga perasaanmu,