PROLOG

35 5 0
                                    


💙

Ketika waktu menakdirkan kita bertemu, hati ini tak menentu, bergejolak setelah sekian lama tak melihatmu.

Bukan soal rupa, maupun harta tapi ini berbicara tentang rasa yang tak mampu diucapkan oleh sebuah kata.

Entah berawal dari mana tapi perlahan rasa ini terus menerus membelenggu, hingga aku bosan dengan rasanya menunggu.

Bolehkah ku berkata sejujurnya? 
Ana uhibbuka fillah, akhi

Ya, apa itu hanya perasaan ku saja atau memang benar.

Tak ada salahnya bukan mencintai teman masa kecil yang selalu memberikan canda dan tawa?  Walau nyatanya sosok mu telah hilang berkat 3 tahun yang telah lewat.

Lalu, kita sekarang Sama-sama memakai putih Abu-Abu, bukan seorang anak SD yang selalu bermain kejar-kejaran dan melontarkan candaan receh, membayangkan nya saja aku rindu akan masa itu.

Salam cinta dalam diam dari teman masa kecil mu ❤

Jumat,  14 Februari 2020

💙

Author pov ( ananda taurisna pov)

Seorang gadis menutup layar handphone nya setelah ia menulis semua perasaannya lalu menyerahkan nya kepada ku.

Ia tersenyum, senyum yang hangat dan mungkin bisa menularkan nya ke setiap orang. Senyum yang menyembunyikan setiap luka yang ia tutup rapat-rapat.

"Apa kamu yakin?" Tanyaku, pertanyaan yang sama seperti kita ia memintaku menuliskan cerita tentang hidupnya di aplikasi orange ini.

"Aku yakin! " Jawabnya sambil mengangguk mantab.

Aku tersenyum, keadaan hening untuk beberapa waktu hingga ia membuka suara.

"Rohani islam?" Tanyaku.

"Iya, bukan soal romance yang ada di cerita aku dan juga persahabatan. Ini semuanya aku masukkan tapi dengan nuansa islam." Jawabnya dengan mimik wajah yang susah untuk ditebak.

"Baiklah,"

"Tapi... Aku tak menjamin cerita ini akan selalu  up, kau tau kan?  Kadang aku malas untuk menceritakannya kembali, sama seperti Family the dream,  Dear Mantan 2 dan terakhir Winter Flower." Raut wajahnya menunjukkan ekspresi bersalah aku juga merasa tak enak.

"Iya, kita memiliki kesibukan masing-masing. Aku paham." Jawab ku.

"Lalu, siapa lagi lelaki beruntung itu? " Tanya ku.

"Dia teman masa kecil ku, seseorang laki-laki yang membuat ku terpana akan perubahan akhlak nya hingga aku tak sanggup untuk bersanding dengan nya." Gadis itu menundukkan wajahnya seolah memang dirinyalah tak pantas dengan si pemuda yang telah memberikan rasa kagum dan cinta yang berbeda.

"Apa kamu sudah menyerah lebih dulu?  Hei, kemana teman ku yang ceria, keras kepala, dan pantang menyerah?" Aku mengusap bahunya pelan memberinya semangat dan kekuatan.

"Kadang perkataan tak semudah perbuatan. Kamu tau orang baik akan bersama orang baik, begitu pula dengan ku dan laki-laki itu. Aku hanyalah wanita biasa yang masih bolong-bolong mengerjakan kewajiban sholat lima waktu apa aku pantas bersanding dengan laki-laki yang setampan akhlak nya seperti dia?"  Tanpa sengaja gadis itu meneteskan air matanya.

Dari : Ukhty Untuk : AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang