Chapter 20

5.7K 213 3
                                    

Devi melihat kepergian Raka dan Fanny hanya tersenyum kecut masih menahan air matanya agar tidak turun. Ia takut kalau hubungannya dengan Raka hanya sebentar dan mengetahui kenyataan bahwa Fanny adalah cinta pertamanya, tapi ia buang jauh-jauh semua pikiran buruk itu serta tidak ingin terlalu mencurigai kekasihnya tersebut.

Evan, dan Bagas pun mendatangi Amira serta Devi yang sudah berada diparkiran.

"Lama banget Kak ayo pulang". Ujar Amira menatap Evan seraya tersenyum

"Yaudah ayo". Kata Evan

Evan yang bingung melihat diparkiran tak ada motor sahabatnya sambil menaiki jok motor langkahnya terhenti dan menanyakan langsung terhadap Devi "Raka mana kok motornya udah gak ada?" Lanjut Evan bertanya

"Gak tau Kak katanya udah pulang duluan ada urusan". Jawab Devi tersenyum paksa

Amira tahu kalau sahabatnya itu tersenyum paksa dan menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Amira yang tersadar ia memiliki ide agar Devi pulang bersama Kak Bagas.

"Kak Bagas tunggu! Lo anterin temen gue ya". Ujar Amira menghentikan laju motor Bagas

"Ish lo apaan sih Mir tiba-tiba ngomong gitu gak usah akh ngerepotin tauk" bisik Devi pelan ditelinga Amira.

"Udah gakpapa lagian lo kan gak ada yang nganterin atau jemput lo". Ucap Amira

"Gue kan bisa naik bis". Kata Devi masih berbisik

"Udah gakpapa", ucap Amira. "Kak lo mau kan anterin Devi soalnya dia gak ada tumpangan". Lanjut Amira menatap kearah Bagas

"Oh yaudah ayo naik" ujar Bagas seraya tersenyum kearah Devi

"Gak usah Kak lagian Amira aja ngomongnya ngaco". Ucap Devi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Udah gakpapa cepet naik!" Titah Bagas

Akhirnya Devi pun menaiki jok motor milik Bagas sambil memegang pundak cowok tersebut sebagai sanggahan, Bagas yang tersadar pundaknya dipegang jantungnya berdesir hebat ia sendiri tidak tahu mengapa ini terjadi.

Devi, Bagas, Evan, serta Amira pun segera melajukan motornya. Evan yang mengantar Amira terlebih dahulu, dan Bagas langsung mengantar Devi menuju rumahnya.

Tiga puluh menit hingga keduanya sampai diperkarangan rumah Devi, Keduanya sama-sama terdiam tak ada obrolan diantara mereka sepanjang perjalanan.

"Makasih ya Kak udah anterin pulang". Ujar Devi seraya menuruni jok motor Bagas sambil tersenyum

Melihat Devi tersenyum seperti itu Bagas tidak sadar ia ikut menarik kedua sudut bibirnya keatas "Yo! Sama-sama", ucapnya. Setelah itu Bagas langsung melajukan motornya beranjak dari rumah Devi.

'&°=

Devi memasuki rumahnya tidak terdapat siapa-siapa sepertinya Bundanya sedang keluar atau sudah tidur pikirnya. Karena merasa sepi ia menaiki anak tangganya pelan menuju kamar Fanny siapa tahu sudah pulang? Saat sudah sampai didepan pintu kamar saudaranya tersebut ia tidak melanjutkan langkahnya terlihat Fanny sedang menelepon seseorang ia tidak mau mengganggunya.

Saat Devi ingin berjalan meninggalkan pintu kamar tersebut ia menghentikan langkahnya serta tidak sengaja mendengar pembicaraan Fanny mengenai keluarganya.

"Tenang aja Mih serahin keluarga tante Sinta sama aku, aku akan mulai menjalankan semua rencananya perlahan"

"Rencana apa? Kok bawa-bawa keluarga gue?" Tanya Devi dalam pikirannya

"Iya Mih pelan-pelan pasti keluarga tante Sinta akan hancur sesuai rencana". Ucap Fanny masih menelepon mamihnya dengan senyum seringainya

Devi memelototkan matanya mendengar obrolan Fanny ia langsung mengambil ponsel dari dalam sakunya lalu mengaktifkan perekam suara tersebut niatnya ingin merekam kejahatan yang Fanny ingin perbuat, tapi ketika sudah mengaktifkan rekaman tersebut dan ingin berjalan perlahan sedikit mendekat agar terdengar jelas ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.

Dengan gerakkan terburu-buru Devi mengambil ponselnya kembali lalu memasukkan kesakunya. Fanny yang mendengar ada berisik diluar kamarnya langsung menutup teleponnya bergegas keluar kamar untuk melihat siapa yang tadi sudah menguping pembicaraan Fanny dengan maminya. Saat ini Fanny panik karena terdapat Devi diluar kamarnya itu artinya Devi telah mendengar semua rencana yang ia buat.

Fanny mengancam Devi sambil menunjuk-nunjuknya "lo jangan pernah bongkar rencana gue! Camkan itu!"

"Lo gak bisa hancurin keluarga gue! Maksud lo apa Fan gue gak akan biarin lo hancurin keluarga gue!?" Ucap Devi sedikit emosi ia masih bisa menahan sifat lain yang ia miliki didalam dirinya.

Langsung saja Fanny memojokkan tubuh Devi ketembok dengan keras sambil mencekik lehernya. "Lo gak akan bisa gagalin rencana gue Dev! Gue akan tetap membuat keluarga lo hancur, karena keluarga lo udah buat orangtua gue hampir bangkrut!". Ucapnya panjang lebar yang masih mencekik leher Devi.

"Dan gue juga akan buat hubungan lo sama Raka gak bertahan lama!" Lanjutnya

"Ma.. maksud lo apa? Ta.. tau darimana ka.. kalau gue sama Raka punya hu.. hubungan!?" Tanya Devi tersendat-sendat sambil memegang tangan Fanny dengan berusaha melepaskan cekikkannya.

"Gak penting lo tau darimana yang jelas gue akan buat Raka balik lagi kepelukan gue camkan itu!". Ujar Fanny masih mencekik Devi dengan cukup kuat, "asal lo tau gue itu cinta pertama dari seorang Raka Axelle Madava!" Lanjut Fanny

Degh

Devi yang mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fanny sedikit shock kecurigaannya selama ini terjawab.

Sungguh kali ini ia tidak bisa menahan emosinya terlebih Fanny membawa-bawa nama Raka dalam perdebatan ini ia juga baru tahu hubungan Fanny sama Raka sebelumnya. Saat Devi sudah terasa sangat sesak karena cekikkannya yang tak kunjung lepas ia melawannya dan langsung memojokkan balik tubuh Fanny ketembok dan mencekiknya dengan cukup kuat.

"Gue gak akan biarinin lo hancurin keluarga gue dan juga hubungan gue dengan Raka!" Emosi Devi memuncak dan masih mencekik leher Fanny dengan sangat kuat. Saat ini bukan sifat Devi yang selalu lembut melainkan sifatnya yang jahat dan kasar sudah menguasai tubuh Devi.

"Dan gue gak akan tingal diam gitu aja!" Lanjut Devi dengan tatapan tajamnya

Fanny yang mendengarkannya tersenyum licik "coba aja kalau lo bisa gagalin rencana gue!"

Tanpa Devi sadari perekam suaranya daritadi masih aktif dan merekam semua pembicaraan dirinya dengan Fanny.

Setelah itu Fanny melihat Tante Sinta baru saja datang dan melihat Devi yang masih mencekik lehernya langsung saja itu kesempatan untuk Fanny. Saat Fanny berhasil melepaskan cekikkan tangan dari Devi ia langsung saja berpura-pura menjatuhkan tubuhnya pelan dari atas serta drama dengan mengguling-gulingkan badannya dianak tangga ia tidak peduli kalau nantinya ada sedikit luka.

Brugh

Devi yang merasa tidak mendorong Fanny tersentak kaget dan membulatkan matanya. Devi mengepalkan tangannya menahan emosi. Akhirnya dengan berusaha untuk tenang ia kembali dengan sifat lembutnya, sontak kembali terkejut Fanny sudah terjatuh dari tangga dan luka berdarah sedikit dikeningnya ia sendiri tidak percaya bisa mencelakakan orang lain.

Sinta yang melihat kejadian tersebut dengan tiba-tiba membelalakkan matanya sangat kaget ia kecewa pada putrinya tersebut.

Devi yang mengerti kode Bundanya agar segera turun langsung saja ia menuruni anak tangga dan menghampiri Sinta serta Fanny yang sudah tergeletak pingsan dibawah tangga.

Kepribadian Ganda? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang