TITIK AWAL CERITA
"Saya di sini butuh ilmu, bukan penindasan!" --Samudra
***
MASA Orientasi Siswa adalah salah satu hal yang ditakuti oleh seluruh murid baru di dunia, tak terkecuali bagi Kemuning. Tak jarang sebagian dari mereka lebih memilih melanggar peraturan MOS daripada mengikuti kegiatan tersebut, seperti yang dilakukan oleh Samudra. Karena pelanggaran yang telah ia lakukan beberapa kali, seluruh senior sepakat untuk memberikan sebuah hukuman. Kebetulan saat itu Kemuning juga melakukan kesalahan, maka dari itu ia diminta maju ke depan bersama Samudra.
Gadis polos dengan rambut diikat dua itu berjalan ke depan, berikut dengan seorang pemuda berpenampilan acak-acakan.
"Haduh, bikin malu aja, deh!" gerutu Kemuning ketika dirinya berdiri di depan seluruh murid yang berbaris rapi. Mungkin hari ini akan menjadi hari memalukan baginya.
"Nama kamu siapa?"
Kemuning yang sedang menunduk segera mengangkat kepala, tatapannya jatuh pada Alaska. Ketua OSIS SMA Cakrawala. "Kenapa kamu nggak bawa buah upacara?"
Wajah Kemuning berubah pucat. "Sa-saya lupa, Kak," jawabnya terbata-bata kemudian meringis ketakutan.
"Lupa jangan dijadikan alasan untuk bebas dari hukuman. Karena nggak akan ada satupun dari kalian yang akan lolos dari kesalahan tanpa menerima hukuman!"
Terdengar nada peringatan sebelum Alaska beralih pada sosok bebal di samping Kemuning, gadis itu ikut menolehkan kepala saat Alaska sudah bertatapan dengan Samudra.
"Kamu? Kenapa dari hari pertama MOS selalu melanggar peraturan?"
"Saya di sini butuh ilmu, bukan penindasan! Sudah jelas sekolah adalah tempat belajar, paling enggak belajar untuk nggak menindas orang lain yang kedudukannya di bawah lo!" Terdengar balasan ketus yang langsung menampar wajah Alaska detik itu, tentunya menjadi pusat perhatian setiap pasang mata. "Masuk sekolah bukan buat belajar jadi orang gila! Seharusnya anak-anak OSIS lebih berpikir produktif, bukannya malah mengedepankan emosi dan pengen banget diperlakukan kayak raja!"
Mata Alaska lantas menajam, tak kalah tajam dari tatapan Samudra sejak pemuda itu memijakkan kaki di samping Kemuning. Jika dilihat dari reaksinya mungkin Alaska terlihat tidak memedulikan tindakan Samudra, tetapi jika dilihat dari sorot matanya ada kilatan api di sana. Pemuda itu sangat marah.
Tak berselang lama, Alaska kembali ke hadapan Kemuning. Kali ini entah apalagi yang akan Kemuning dengar dari bibir pemuda itu. "Sebagai hukuman dari kesalahan kamu, kamu harus merayu laki-laki di samping kamu," ucap Alaska bersamaan dengan terbentuknya lipatan kecil di kening.
Ketika seluruh murid yang berbaris rapi sibuk berbisik akan hukuman yang diterima Kemuning, pemuda pembangkang tadi malah terlihat tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi. Tidak ambil pusing sepertinya meski ia dan Kemuning dipermalukan oleh senior mereka.
"Ta-tapi, Kak, aku nggak kenal sama dia," cicit Kemuning. Tangan mungilnya sudah basah karena keringat.
Lewat tatapannya Alaska menolak perkataan Kemuning, membuat gadis berambut panjang itu mau tidak mau menjalankan hukumannya.
Sebelum menghadap Samudra, Kemuning terlebih dahulu menatap wajah tampan Alaska. "Apapun boleh, Kak?"
"Boleh."
"Baik, Kak."
Tarikan napas terdengar pelan, perlahan dihembuskan hingga mulut kecil itu terbuka.
"Kamu tau, nggak, persamaan lautan sama kamu?"
Tak ada jawaban terdengar selain gerakan membuang muka yang Samudra lakukan. Juga decihan pelan seolah mencemooh semua anak OSIS yang terlibat. Walaupun demikian, sikap acuh dan tidak peduli itu dianggap Kemuning sebagai hal yang wajar, jadi ia memilih untuk melanjutkan kalimatnya.
"Sama-sama bikin aku tenggelam dalam pesona kamu," lanjut Kemuning sedemikian rupa mengubah raut wajahnya menjadi lebih bersahabat dengan Samudra. Tetapi sepertinya Samudra tak senang dengan hal itu, hingga pandangannya kembali lekat pada sosok Alaska.
BURGH!
Tak tanggung-tanggung setelah mengambil ancang-ancang di tempat, Samudra segera melayangkan dua buah pukulan keras pada wajah Alaska. Pemuda berambut pirang itu tersungkur ke dasar lapangan, mengakibatkan suasana riuh tak terbendung. Semua orang panik dan tak ada yang bisa melerai pertengkaran.
"Kegiatan ini nggak mendidik! Lo tuli?! Nggak ada yang lebih bermanfaat dari penindasan, huh? Otak dipakai untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat! Gue nggak suka kegiatan sialan ini, ngerti lo!" Samudra berucap dengan lantang, mempermalukan Alaska di tengah-tengah kerumunan panitia OSIS yang panik melihat ketua mereka dipukuli.
Alaska segera bangkit berkat bantuan panitia OSIS lainnya, kemudian membalas pukulan Samudra dengan hentaman keras menancap di perutnya. "Nggak usah sok menggurui, saya lebih baik daripada kamu!" sarkas Alaska saat tubuh Samudra terpental.
"BRENGSEK!"
BURGH!
Selama beberapa detik terdiam karena terkejut dengan kejadian yang tidak diduga ini, Kemuning berhasil menarik diri kembali pada dunia. Hingga saat matanya mendapati sosok Samudra yang tengah mencengkeram leher Alaska, hendak menghantam wajah pemuda itu dengan tinjunya, Kemuning segera berlari memeluk pinggang Samudra dari belakang. Membuat lelaki yang kepalang emosi itu mematung seketika.
"Tolong hentikan perkelahian ini! Kalian udah besar, tapi otaknya masih aja kayak anak kecil, ini nggak bener!" teriak Kemuning begitu kencang dan ketakutan, seolah ada trauma yang timbul dari dalam dirinya.
Samudra yang juga tak pernah menduga bahwa gadis itu akan melakukan hal ini padanya dibuat membeku dalam lingkaran tangan Kemuning yang masih melilit pinggangnya.
Saya belum pernah ngerasain ini sebelumnya, ini aneh. Saya kenapa?
*
*
*
Assalamualaikum!
Salam Kemuning jika Senja menyapa, salam rintik bila Gerimis mengundang Hujan, salam Rindu bila Pelangi menghampiri.
Semoga suka ya dengan postingan pertama ini, judulnya Kemuning. Jika terdapat kesalahan penulisan ejaan kata silahkan tinggalkan komentar melalui Senja, Gerimis, Hujan dan Pelangi. Ehehe, becanda. Tinggalkan kritik, saran, sanggahan, pertanyaan dll di kolom komentar yang sudah disediakan.
Wassalamu'alaikum...
CERITA INI PERNAH SAYA PUBLIKASIKAN DI WORDPRESS, NAMUN PEMBACANYA TIDAK ADA HAHAHA.
SEMOGA DI SINI, SAMUDRA, KEMUNING DAN ALASKA DAPAT DITERIMA DENGAN BAIK. TERIMAKASIH DAN SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMUNING : Cinta Abadi yang Menguning
Teen Fiction"Cinta Abadi yang Menguning." Aku yang tak sempurna seringkali berbalik arah saat berpapasan dengannya, dia yang ku suka sejak lama. Aku sadar diri, sebab rupaku tak sebanding dengan rupanya yang sempurna. Saat diriku tak mampu menghindar, aku menun...