SANGAT mudah untuk mengingat, namun butuh waktu seumur hidup untuk bisa melupakan—mungkin kata-kata itu bisa mendeskripsikan dari sudut mana pun tentang dirinya.Kwon Jennie tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Tak pernah semerana ini ketika semua mulut memberitakan seberapa rendah dirinya, menyebutnya sampah yang dipungut dari gorong-gorong—dan tak akan pernah bersih walaupun telah dicuci dengan seluruh air di lautan. Karena kotor itu berada dalam darahnya. Tentu saja yang paling bermasalah dalam dirinya adalah status itu. Kenyataan bahwa dia hanyalah seorang anak yang dilahirkan dari rahim pelacur.
Tapi, bukan semua hal itulah yang membuatnya bermandikan peluh, gugup, dan semakin kuat menggenggam pulpen di tangan kanannya.
Bola mata sekelam malam itu hanya menatap Jennie datar. Seolah tak peduli dengan masalalunya. Masalalu yang Jennie coba kubur sedalam mungkin. Membuatnya memilih untuk meninggalkan Seoul dan memutuskan untuk menetap bertahun-tahun di New York. Berharap kenyataan pahit itu dapat meninggalkannya. Namun, rasanya sejauh apapun Jennie melarikan diri, sepertinya kenyataan itu enggan untuk diam menetap di kota kelahirannya. Buktinya, dua orang di depan Jennie saat ini.
Jennie mengalihkan tatapannya pada Jungkook di samping Taehyung dan mendengus. Dia tak menyangka jika laki-laki bunny itu akan terus menjadi bayang-bayang seorang Kim Taehyung. Menempel seperti parasit. Seperti dulu saat mereka berada di sekolah yang sama. Jennie ingin menertawainya. Tapi dia tak yakin sanggup tertawa, mengingat dua orang di depannya ini sangat mengenal dirinya. Tahu betul siapa Kwon Jennie yang tidak diketahui oleh orang-orang di lingkungan barunya.
Jennie menyodorkan dokumen kontrak yang telah disiapkan oleh asistennya sejak jauh-jauh hari. "Jika sudah setuju, silahkan ditanda tangani. Aku bisa menjamin keuntungan bagi masing-masing perusahaan." Nada bicara Jennie terdengar mantap. Dia berhasil mengusir jauh kegugupan serta ketakutan yang semula menggeluti dirinya.
Keberaniannya membuat Jungkook tertawa. "Kau percaya ini, Tae? Aku yakin grup sekolah akan kembali heboh jika kita memberitahu bahwa Kwon Jennie ada di New York." Tawanya begitu renyah. Membuat Jennie semakin kuat meremas pulpen di tangannya.
Sementara Taehyung, lelaki itu hanya diam. Tak banyak berkomentar. Mungkin dirinya sama terkejutnya dengan Jennie.
"Jangan libatkan masalah pribadi, Jungkook." Jennie berucap datar, tapi mengintimidasi.
Jungkook berdecak di dalam hati. Tak habis pikir perempuan di depannya kini berani berucap seperti itu. Belum lagi sahabatnya Taehyung hanya diam dan tak banyak berkomentar.
Tanpa membuka suaranya sedikit pun, Taehyung membubuhkan tanda tangannya pada lembar perjanjian kerja yang sudah disiapkan oleh Jennie dan perusahaanya.
"Terimakasih. Untuk rapat selanjutnya tuan Russley yang akan mengambil alih." Jennie menatap Taehyung dan Jungkook bergantian. Mengangguk pelan sebelum pamit undur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Pain | Taennie
RomansEverything beautiful comes with pain. Roses have thorns, don't they?