Yang Mana? #1

42 8 1
                                    

Dua bulan tak update. Berdosa kali aku ini.

•••

"Beberapa saat lagi kereta akan sampai. Dimohon untuk seluruh penumpang tidak saling berdesakan ketika memasuki gerbong kereta. Semoga hari Anda menyenangkan." Suara itu milik seorang wanita yang disiarkan melalui pengeras suara.

Jalur kereta ini akan membawa ke perbatasan. Tugasku di Ferbun sudah tuntas. Selanjutnya adalah Venerean, sebuah negara kecil yang sangat makmur. Kali ini mungkin akan sedikit sulit. Warga di sana pasti memiliki cukup makhluk yang menjaga sepanjang waktu. Hubungan antara anggota kerajaan dan rakyat biasa di sana terbilang erat. Ditambah anak dari Raja Niccor adalah sosok yang diidolakan banyak orang.

Tetapi, apa boleh buat. Aku tidak bisa membuang uang untuk ke daerah selanjutnya dengan melewati Venerean begitu saja.

Aku melirik pada gumpalan awan yang memiliki mata, mulut, dan tangan. Dia aneh, tidak seharusnya terjadi. Namun, aku sendiri sempat mengalami hal serupa. Makhluk tanpa energi di tubuhnya mustahil hidup. Aku harus menghilangkan pikiran. Tidak boleh dibiarkan sampai ada makhluk yang berpikir demikian. Tuan tidak mungkin salah!

Aku akan mencoba memindahkan sedikit energi kepadanya. Ketika tanganku terulur, gumpalan awan tersebut menghindar dan menabrak seorang remaja laki-laki berpakaian pelayan. Tatapan mata Fore amat menjengkelkan.

"Jauhkan pikiran burukmu. Siapa juga yang ingin menyerangmu," ucapku.

"Semua orang pasti akan bosan dengan elakan murahan. Pasti kau sudah merencanakan ini."

Dia memfitnahku. "Pakai logikamu. Mengapa aku perlu menunggu untuk membunuh sosok di hadapanku selama tiga hari? Lagipula aku hanya tinggal sedikit mengikis jariku, kau kemungkinan besar akan mati."

Pandanganku teralih pada kereta yang hampir tiba, dan kembali pada Fore, si bodoh. Bola putih kecil — seukuran bola golf — melayang di atas kepalanya bersama cincin tipis yang tidak teratur.

Benda apa itu? Sebelumnya tidak ada.
Sekilas aku melihat kehidupan seseorang yang sangat damai. Anak perempuan itu berlarian bersama temannya yang terdiri dari beragam jenis makhluk. Di belahan bumi manakah itu? Tidak mungkin Venerean. Pakaian dan bangunan rumah yang ada cukup sederhana.
Kilas itu berakhir ketika rem kereta melengking.

Dari dalam gerbong keluar seorang wanita. Dia  menagih karcis kepada para penumpang. Aku memberi satu karcis pada Fore, kemudian bergegas masuk ke gerbong.

Aku menduduki salah satu bangku dan kembali menatap Fore, jengkel. Pantas saja ketika aku memberinya karcis, dia tampak seperti orang bodoh. Entah siapa yang paling bodoh di sini.

Lagi-lagi membuang-buang uang. Tanganku menekan awan itu agar diam di permukaan bangku. Tetap saja Fore mengapung.

Sebuah ide terbesit. Aku meletakkan pisau di tempat duduk Fore. Dengan ini tuan tidak akan marah. Aku bersenandung ria di dalam hati.

Oh, Tuan~

Apa yang sedang kau lakukan~

Kuharap para pelayan melayani dengan baik~

Kuharap para pelayan tidak membuat Anda marah~

Agar tidak ....

"Apa-apaan itu? Kau mabuk perjalanan?!" Aku terkejut pada Fore yang tengah muntah. Darimana asalnya? Pasti dia tidak memiliki organ dalam, benar?

"Siapa bilang? Aku jadi terbayang betapa menjijikannya engkau. Merebut kebahagiaan makhluk lain, apa yang menjadi tujuan hidup mereka, bahkan kau tidak memberi tempat peristirahatan terakhir dengan layak. Terlebih lagi mereka semua berasal dari wilayah pimpinan ayah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

½NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang