Kantin

2.6K 242 27
                                    

"Bun, Ziya berangkat dulu ya? Udah telat" gadis bernama Ziya itu segera mengambil tasnya setelah memakai sepatu

"Kan kamu belum sarapan nak,"

"Aku sarapan dikantin aja ya, Bun. Aku bener bener udah telat. Dah, Bunda!"

Ziya segera melesatkan motornya dengan kecepatan tinggi. Ini karena adiknya semalam mengajaknya jalan-jalan sampai pulang jam 11 malam, membuatnya bangun kesiangan. Adiknya juga pergi sekolah duluan tanpa menunggunya. Menjengkelkan sekali.

Untungnya gerbang belum ditutup. Dia langsung lari-lari ke kelasnya hingga tidak sadar menabrak orang lain. Ziya jatuh tersungkur, sedangkan orang itu masih tetap pada posisinya.

Ziya mengangkat wajahnya untuk melihat orang itu. Betapa terkejutnya dia melihat siapa orang yang dia tabrak.

Namun orang itu tidak melihat Ziya. Dia sedang memainkan hpnya dengan serius, lalu meninggalkannya begitu saja, seolah tidak terjadi apa-apa.

Ziya menghela nafas lega. Orang itu tidak mengenalinya. Untuk saat ini, dia bisa merasa tenang. Mungkin hanya untuk saat ini. Mengingat Ziya satu sekolah dengan orang yang pernah ia serempet waktu itu. Ziya masih sangat ingat perkataan laki-laki itu.

Ziya melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang sudah ada guru. Bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Ziya tidak menyadarinya karena panik melihat laki-laki yang tadi ia tabrak. Untungnya guru itu memaklumi, dan mempersilahkannya untuk duduk di bangkunya.



┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈



Ziya menunggu adiknya didepan kelasnya. Sebenarnya jarak umur dia dan adiknya itu hanya terpaut satu tahun. Mereka tidak merasa risih dengan perbedaan gender. Bahkan jika orang yang tidak mengenal mereka, mungkin akan mengira kalau mereka berdua berpacaran.

"Maaf ya kak, lama. Tadi nyalin catatan dari papan tulis dulu. Btw hari ini temen gue mau ikut juga. Gapapa, kan?" orang yang sejak tadi Ziya tunggu akhirnya keluar dengan membawa teman-temannya

"Oh, Jisung? Iya, boleh kok. Ayo buruan, keburu gak dapat bangku"

Mereka jalan beriringan di lorong, membuat semua pasang mata melihat mereka. Jelas, karena hanya Ziya satu-satunya perempuan yang ada diantara mereka.

Jisung Ebinda dan teman-temannya memang termasuk siswa yang populer di SMA Phoenix. Meskipun masih sebagai junior, rupa dan postur tubuh Jisung mampu membuat semua mata terpaku melihatnya. Juga, dengan mengikuti ekstrakurikuler memanah, Jisung jadi semakin terkenal disekolahnya.

Namun, Ziya belum menyadarinya. Saat semua mata menatapnya dengan tatapan sinis, dia hanya diam dengan senyum polos miliknya.

Setelah sampai dikantin, mereka segera duduk dibangku paling belakang yang tersisa. Ziya berinisiatif untuk memesan makanan untuknya dan teman-teman Jisung. Merasa tidak enak, Chenle, salah satu teman Jisung ikut bersama Ziya agar dia tidak kesulitan membawa makanannya nanti.

Setelah mengambil makanan, mereka berdua segera kembali ke bangku mereka, karena kantin sudah sangat ramai. Mereka asik mengobrol tanpa rasa canggung. Ini karena Ziya memang anak yang cerewet serta periang. Siapapun yang ada didekatnya akan tersenyum melihat tingkahnya yang menggemaskan. Teman-teman Jisung kadang berpikir, apa tidak salah Ziya kakaknya Jisung?

Namun, saat mereka sedang mengobrol dan tertawa, tiba-tiba segelas jus jeruk ditumpahkan ke rok Ziya dengan sengaja. Membuat mereka semua kaget dan bingung.

"Ternyata lo sekolah disini juga ya bocah? Udah macem cabe-cabean aja ngumpulnya bareng lanang,"








TBC
kalo rame, lanjut wkwk

𝐁𝐮𝐥𝐥𝐲 | 𝐋𝐞𝐞 𝐉𝐞𝐧𝐨 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang