Gelap.
Itulah yang bisa dia rasakan pada saat ini.
Sendirian di sebuah koridor hitam pekat.
Suara sepatu yang lambat tapi tegaslah yang menemani orang itu.
Suara itu tidak berasal dari kakinya yang tanpa alas.
Orang itu hanya berlari, berlari, dan berlari dengan tujuan menjauhi suara itu.
Naas, sejauh manapun dia berlari...
... dia tetap akan tertangkap.
...
"Ah!" Dengan cepat wanita itu terbangun dari mimpinya. Bukan sebuah mimpi yang indah, melihat dia berkeringat dingin dan bernafas dengan tersendat-sendat. Wanita itu menatap kearah bulan yang hampir terbenam, cahaya putihnya memancarkan kehangatan kecil yang dia perlukan.
"...Vilna? Ada apa?" Pintu ruangan itu terbuka, seorang remaja pria menatap wanita itu, Vilna, dengan khawatir. Vilna hanya menggeleng, memberikan senyuman terbaiknya kepada orang yang menjaganya itu.
"Hanya... mimpi buruk biasa, kok, Kak Harley." Pria yang masih mengenakan baju kerjanya itu menggaruk kepalanya. Dia merasa ada yang tidak beres dengan 'mimpi buruk' ini, tapi tentu saja membahasnya juga tidak akan berarti apa-apa.
Vilna tidak dalam kondisi yang fit untuk membahas apapun.
"Apa akan terjadi lagi mimpi burukmu itu?"
"Mungkin."
Harley hanya menutup pintu ruangan itu sambil menghela nafas. Wanita itu terlalu kuat, tidak sebanding dengan umurnya yang masih 12 tahun. Sepertinya hal-hal seperti itu sudah diajarkan dalam keluarganya.
"Kak Alvin... Apa benar kau melupakanku semudah itu?"
Tapi tetap saja seorang adik akan memandang kakaknya dengan tinggi.
...
"Apa kau ingat yang dikatakan detektif di rumahku kemarin, Thanatia?"
"Ya. Ada empat korban, tujuh jejak kaki, dan enam orang yang merupakan Keluarga Nivlaein yang tersisa saat itu."
Alvin menatap anggota seluruh partynya satu-satu dengan tajam. Meski sekarang mereka berada di sebuah toko makanan dan meja bundar yang ada dihadapan mereka sedikit kecil, mereka semua sudah langsung menganggap kalau hal ini akan menjadi sesuatu yang serius mengingat pemimpin mereka meminta rapat dadakan.
"Aku menyadarinya. Ada empat korban, tapi enam orang keluargaku. Besar kemungkinan kalau yang satu lagi ini berhasil kabur, tapi aku tidak mengatakan hal ini sebagai kepastian." Dio dan Millie terlihat kebingungan dengan penjelasan Alvin, sementara Thanatia dan Lyn sudah mencapai suatu teori. Dan teori mereka bertiga yang mengerti semuanya memang mengarah ke arah itu.
"T-tapi, kenapa kau tidak bisa bilang ini kepastian, Alvin?"
"Dio, ini karena tujuh jejak kaki dan empat korban serta penemuan ada satu lagi anggota keluarga yang hilang berarti ada dua kemungkinan," jelas Alvin yang kemudian dilanjut oleh Thanatia.
"Satu, dua orang pelaku, lima korban, satu berhasil kabur. Atau yang kedua, tiga pelaku, empat korban, dan ada satu lagi keluarga Alvin yang kebetulan sedang minum kopi di kota lain." Dio dan Millie kemudian mengangguk, tetapi gadis cilik itu mengeluarkan ekspresi kebingungan. Alvin bisa mengerti mengapa anak itu berekspresi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another World with Death Incarnate (HIATUS)
RandomAlvin Nivlaein. Nama yang sekarang ia emban di dunia baru. Sebuah dunia asing yang penuh hal-hal magis dan mistis. Sebuah dunia yang penuh dengan petualangan. Sudah menjadi hal yang awam untuk seorang manusia yang hidup di dunia yang normal bernama...