"Namaku Yaldabaoth. Mari kita lihat kamu masuk Surga atau Neraka."
...
"Wah, bahkan kau terlalu berdosa untuk masuk Neraka. Kalau begitu, akan kuhidupkan kau di dunia lain. Perbuatlah kebajikan, maka mungkin kau akan diperbolehkan masuk Neraka."
...
"Tuan Alvin! Tuan Alvin!"
Sahutan Thanatia yang tiada henti membuatnya Alvin terbangun. Dia merasa kalau dia tidur pada sesuatu yang empuk, dan tidak kotor. Ketika dia membuka matanya, ia langsung disambut wajah Thanatia yang penuh kekhawatiran langsung berubah menjadi ekspresi lega. Namun, wajahnya miring dan ia tidak bisa melihat kakinya.
Tunggu, itu berarti...
"Pahamu empuk juga."
"Terima kasih."
Alvin mengambil posisi duduk lalu memperhatikan sekitarnya. Ia bisa melihat mayat tiga ekor kangguru. Tetapi, ia tidak melihat Dio dimanapun. Alvin menatap Thanatia dengan wajah yang penuh pertanyaan.
"Ah, jika kau penasaran soal Dio, dia tadi mengambil ekor kangguru itu lalu pergi meninggalkan kita berdua, Tuan."
"Oke," jawab Alvin singkat. Ia baru bangun dari pingsannya, jadi tentu saja dia tidak punya mood untuk berpikir kritis. Dia pun memperhatikan tubuh Thanatia. Tidak ada yang berbeda, kecuali adanya sebuah lambang di keningnya. Lambang itu berbentuk hexagram berwarna merah dangan dengan sebuah lambang infinity biru laut ditengahnya. Warna lambang itu sangat kontras dengan kulitnya.
"Lambang apa itu?"
"Lambang seorang budak, tuan. Angka yang ada di dalam hexagram itu menunjukkan waktu seseorang menjadi seorang budak. Aku menjadi budakmu untuk selamanya, yang berarti sampai kau mati, Tuan."
"Jangan panggil aku Tuan. Alvin saja."
"Baiklah, Alvin."
Alvin menghela nafasnya. Thanatia, budaknya, adalah mahkluk yang mengambil tangan kirinya. Karena sebuah keberuntungan konyol, sekarang ia mendapat mahkluk itu sebagai budaknya dan tangan kirinya tumbuh lagi dan terlihat lebih berotot.
Ia tidak tahu ini sebuah keberuntungan atau kesialan.
"Antar aku keluar dari sini, Thanatia. Dan juga tutup lambang yang ada dikeningmu itu. Kau bisa menggunakan kulit dari kangguru itu."
...
Dio berlari sekuat tenaganya. Dia tidak peduli kemanapun ia berlari. Yang sekarang ada dipikirannya adalah menjauhi mahkluk itu. Dan tentu saja, menjauhi Alvin.
"Dia... membuat Death... menjadi budaknya?! Jadi buat apa aku latihan selama ini?! BUKANKAH ITU BERARTI AKU HARUS MEMILIH ANTARA TEMAN BARUKU DAN KELUARGA LAMAK?!" Teriakan Dio mengisi kehampaan hutan itu. Dio terus berlari dan berlari, menjauhi kedua pasangan aneh itu tanpa peduli apa yang akan terjadi sambil berteriak tentang kesia-siaan yang sedang ia rasakan. Tanpa Dio sadari, seseorang mendengar ucapannya. Orang tersebut sedang bersantai di atas sebuah ranting pohon yang mati sambil memakan buah Naga, tetapi berwarna hitam legam dengan corak- merah darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another World with Death Incarnate (HIATUS)
CasualeAlvin Nivlaein. Nama yang sekarang ia emban di dunia baru. Sebuah dunia asing yang penuh hal-hal magis dan mistis. Sebuah dunia yang penuh dengan petualangan. Sudah menjadi hal yang awam untuk seorang manusia yang hidup di dunia yang normal bernama...