:2

123 12 5
                                    


"Gue ga butuh ajaran dari lo.. Urusan sendiri aja ga bisa diselesain sekarang udah sok mau ikut campur sama urusan orang lain"

"Jae lo kok"

"Apa?" Jaehyun menatap ku sinis

"Apa apaan kalian? Kalian masi sahabatan kan? Kenapa begini?"

Aku berjalan meninggalkan mereka yang masih dengan kalut amarah nya

"Sorry kali ini aku benar benar ga bisa buat maafin kalian"

Aku pergi ke kelas dan termenung "Airin"

"Haechan?"

"napa lo sedih?"

"Dih sok perhatian"

"Ya jelas lah gue perhatian kan gue suk-" Aku menatap haechan yang menghentikan bicaranya

"Kan gue? Omongannya itu di lanjutin napa ga baik loh ngomong setengah setengah"

"Dih apa hubungannya?"

"Karna bakal bikin orang penasaran" Haechan mendekat ke kursi ku

Tak

"HAECHAN!" Teriakku memegang jidat yang hampir sama dengan lapangan bola itu

"Hahaha rasain"

"Gila jitakannya sakit amat belajar dari emak emak whatsapp ya lo?"

"Dih ga ada yang lebih bagusan gitu?"

"Buat lo kosong"

"AIRIN" suara dingin menggelegar ruangan kelas yang sedang sepi

"Ups pawangnya muncul" Haechan berpindah sedikit jauh dari kursi ku

"Ada apa lagi jae?"

"Emang aku salah ya buat nemuin kamu?"

"Ya salah lah kalo cara kamu begini"

"Airin kamu kenapa?"

"Aku? Kenapa? Jae yang harus nya nanya itu aku ke kamu bukan kamu yang nanya ke aku"

"Emang salah aku apa?"

"Kamu belum sadar juga apa salah kamu?" Jaehyun menggelengkan kepalanya

"Tinggali aku sendiri"

"Airin jangan gini kita kan bisa bicara baik baik"

"bisa tinggalin aku sendiri jung jaehyun?"

"Airin . ."

"Cukup jae aku capek kenapa kamu gini lagi? Kenapa aku harus selalu jadi yang ngertiin kamu? Kenapa kamu ga pernah ngertiin aku?"

"Airin tapi-

"Mending lo keluar aja si jae susah amat tinggal pergi juga" Sahut haechan

Jaehyun melirik haechan tak suka,

"Jung Jaehyun aku suruh kamu keluar! Masih belum ngerti juga?" Jaehyun mengepalkan tangannya dan berjalan keluar dengan langkah yang berat

"AKHHHH!!!" Jaehyun memukul dinding kelas dengan sangat keras

Maafin aku jae aku . .

"Rin" Panggil haechan

"Kenapa harus kaya gini si? dia kapan bisa berubahnya?"

"udah tenang dulu, coba atur nafas pelan pelan" Aku mengikuti arahan haechan

"harus tenang ga boleh gini ga baik buat lu rin"

Aku menunduk

"Tapi gua ga tau lagi harus hadapin jaehyun gimana, dia ga pernah bisa berubah" Aku menutup muka ku dengan tangan

"Sabar airin pasti semua nanti ada jalan keluarnya"
Haechan mengusap punggung ku

"gua bakalan selalu ada buat lu jadi jangan khawatir"

Aku menatap haechan dan berhambur ke dalam pelukannya "Thank you"

"Your welcome.. Jangan sedih sedih lagi gue ga kenal sama airin yang kaya gini gue kenalnya airin yang ga kenal dengan namanya tangisan airin yang selalu ceria dan buat orang di sekitarnya tersenyum"

Aku tertawa mendengar ucapan haechan

"Gitu dong kan cantik"

"Sae nih kang kardus"

"Iya lah.. Ya udah gue mau keluar mau ikut ga?"

"Ga deh mau sendiri dulu"

"Ya udah jangan nangis lagi ga malu apa ma cicak"

"Plis deh chan ga nyambung bener"

"Hehehe"

"Sono lah chan makin ga jelas aja hidup lo"

"Eh tadi muji sekarang mulai gini lagi"

Haechan keluar dari kelas dan suasana kembali hening lalu rasa sakit itu kembali menyeruak

Aku mencintai mu dan akan selamanya begitu disaat aku mulai melupakan ini semua semakin tersiksa..

JUNG JAEHYUN aku harap perasaan mu tetap sama sampai aku menyadari bahwa aku tidak bisa hidup tanpa hadir mu-

"AIRIN!" Teriak chenle

"Kenapa?"

Tentang kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang