Part 4 ~ School

8.5K 285 1
                                    

••••

Happy reading 💞

••••

Sinar sang surya mulai masuk melalui celah gorden jendela kamar. Terlihat seorang gadis sedang mengucek matanya karena merasa terganggu oleh sinar sang surya. Mata yang sebelumnya tertutup itu akhirnya terbuka. Rasanya sangat malas saat harus bangun pagi setiap hari, ya gak setiap hari juga sih. Dengan wajah kusutnya, gadis itu bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk melakukan aktivitas rutinnya setiap pagi.

Dua puluh lima menit berlalu dan terlihatlah seorang gadis yang telah siap dengan seragam putih abu-abunya. Setelah melihat kembali penampilannya didepan cermin gadis itu berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga. Sesampainya diruang makan, nampak sesosok lelaki paruh baya dengan setelan jas yang melekat pas ditubuh tegapnya. Menjadikan ia terlihat berwibawa dan tegas.

"Good morning, Ayah," sapa gadis itu dengan senyuman manisnya.

"Morning too dear,"

"Semalem ayah pulang jam berapa? Kok Rea gak liat ayah?" Tanya Achel dengan tatapan bingungnya.

"Maaf sayang, semalem ayah lembur banyak kerjaan yang harus ayah urus, jadi ayah pulang larut saat Rea udah tidur." Jelas sang ayah yang hanya diangguki oleh Achel. "Gimana sekolah barunya?" Lanjut Seno atau lebih tepatnya Arseno Wijaya, ayah Achel.

"Baik kok yah, Rea juga udah dapet temen." Balas Achel sembari mengambil roti dan mengolesinya dengan selai cokelat kesukaannya.

"Tidak ada yang mengganggumu kan?" Achel hanya menggeleng. "Kalau ada yang mengganggumu bilang sama ayah!" Tegas Seno.

"Iya ayah. Ya udah kalo gitu Rea berangkat dulu." Pamit Achel.

"Gak mau bareng ayah aja?"

"Gak usah yah. Rea berangkat sendiri aja."

"Ok, tapi ingat hati-hati jangan ngebut. Bodyguard ayah akan selalu mengawasimu dari jauh." Peringat Seno dan Achel pun hanya mendengus sebal.

"Terserah ayah!"

Seno hanya tersenyum melihat kepergian putrinya. Itu semua ia lakukan demi keselamatan putri satu-satunya. Putri semata wayangnya. Apapun akan ia lakukan demi menunjang kebahagiaan putrinya, walaupun itu menyakut nyawanya.

••••

Sepuluh menit perjalanan, akhirnya Achel telah sampai di sekolahnya. Achel memarkirkan mobilnya diparkiran mobil. Setelah itu, ia pergi menuju kelasnya.

"Pagi Dera," sapa Achel dengan senyumannya.

"Pagi juga Achel,"

Achel kemudian mendudukkan dirinya dikursi sebelah Dera.

"Chel... Nanti gue kenalin sama temen gue yang satunya lagi ya?"

"Boleh. Emangnya kemarin dia kemana?"

"Kemarin dia gak masuk karena sakit, dia satu kelas kok sama Ranya."

"Ohh... Ok,"

Setelahnya, seorang guru wanita dengan tubuh proporsionalnya masuk ke dalam kelas.

"Lo tau? Guru itu adalah guru paling muda disini." Bisik Dera. "Dan dia itu guru seni tari, jadi jangan heran kenapa tubuhnya bagus kaya gitar spanyol." Lanjutnya.

"Udah ketebak sih, dari mukanya." Achel menjeda ucapannya, bukan, bukan ucapan melainkan sebuah bisikan. "Pantesan aja." Lanjutnya.

"Selamat pagi anak-anak!" Sapa Bu Linda selaku guru seni tari.

Me and The Posessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang