Satu

29.3K 1.5K 183
                                    

Enjoy guys!
Jangan lupa vote dan comment😘

.

.

***

"Ini resep obatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini resep obatnya. Jangan lupa untuk diminum dan istirahat yang teratur, Halmoni."

Perempuan tua itu tersenyum. Tangan keriputnya terulur untuk meraih kertas bertuliskan resep yang diserahkan sang dokter cantik.

"Terima kasih, dokter. Aku pasti akan segera sembuh setelah meminum obat yang kau berikan."

Dokter cantik berusia 29 tahun itu tersenyum. Menampilkan sebuah gummy-smile nan menawan di wajah putih bersihnya. "Ne, Halmoni. Jangan sampai kita bertemu lagi disini, mengerti?"

Keduanya tertawa. Halmoni itu bangkit dari duduknya, tak lupa membungkukkan sedikit badannya sebagai salam hormat.

Jennie, si dokter cantik itu tersenyum. Tidak seharusnya perempuan itu melakukan hal yang akan membuat pinggangnya sakit.

"Sekali lagi terimakasih, dokter. Ku doakan semoga kau menjalani kehidupan yang bahagia."

Senyum manis sekali lagi terukir di wajah Jennie, "Aku akan mengantar Halmoni keluar."

Perempuan tua itu dengan cepat mengibaskan tangannya, tanda Jennie tidak perlu melakukan hal tersebut. "Aniyo. dokter. Putriku sedang menunggu diluar, jadi anda tidak perlu melakukannya."

"Benarkah?"

Perempuan tua itu mengangguk. Mulai berbalik dan keluar dari ruangan Jennie.

Jennie tersenyum begitu pintu ruangannya tertutup. Diliriknya jam tangan yang terpasang dipergelangan tangan kirinya. Sudah hampir jam 5 sore ternyata. Wanita itu bangkit dari kursinya, bersiap untuk pulang ke rumah.

Jennie yang akan melepas jas putih ditubuhnya menoleh ketika pintu kembali terbuka. Seorang perawat masuk dan menghadap Jennie.

"Maaf, dokter Kim. Anda masih memiliki satu pasien lagi."

Jennie mengerutkan keningnya, "Bukankah Halmoni tadi yang terakhir?"

Perawat itu tersenyum, "Saya akan menyuruhnya masuk, dokter." ujarnya segera berlalu.

Jennie tampak menghela napas dan kembali duduk di kursinya, menunggu sang pasien terkahir tersebut muncul. Kepalanya terangkat, matanya mendapati seorang pria berperawakan tinggi masuk dan mendekati mejanya.

Jennie tersenyum hangat seperti biasa. "Silahkan duduk, Tuan." suruh Jennie ramah. Pria itu menurut kemudian duduk di kursi yang tersedia.

"Uhm, boleh saya tahu apa keluhan anda, Tuan?"

Pria berparas tampan itu memegang bagian dadanya, "Aku...sering merasa sesak, dokter."

"Sesak nafas?" Jennie bangkit. Di dekatinya kursi pria itu lalu meletakan tangannya di atas dada bidang sang pria.

because of love | taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang