[12] Sate Padang

12 3 0
                                    

Makan bareng dipinggir jalan.

Itulah yang dilakukam Yura dan Dimas saat ini, memakan sate padang makanan kesukaan Yura. Dan disinilah tempat langganan Yura mulai dulu saat ia masih duduk dibangku SMP.

"Nih neng, biasa kan? Ketupatnya di banyakin, " ucap pedagang sate yang biasa dipanggil Uda.

"Makasih da" ucap Yura sambil meraih sate itu dan menyantapnya lansung, Dimas yang melihatnya terkekeh.

"kenapa ketawa!?" sinis Yura.

Dimas masih saja terkekeh "Kek ngga makan seminggu aja lo," kata Dimas yang tidak lagi tertawa tetapi digantikan dengan senyum manisnya.

Yura terpaku sebentar, lalu mengalihkan pandangannya dan lasung menyantap satenya lagi.

"Apasih Ra! Masa sama senyumnya aja lo udah ketar ketir kek gini! Jadilah Yura yang jutek!" batin Yura.

"Kena lo!" batin Dimas disertai senyum sinisnya.

Iya. Dimas memang mendekati Yura hanya untuk mengalahkan Alfa, ia tidak menyukai Yura sekarang tapi belum tau nanti sore.

"Ini minumnya teteh Aa' " uda sate meletakkan es teh dimeja mereka "Tumben bana bawa pacarnya kesini teh, biasonyo sendiri terus." ucap uda dengan sedikit logat padangnya.

Yura memang sudah mengerti sedikit-sedikit bahasa Padang, entah mengapa dari dulu Yura sangat tertarik segala yang berhubungan dengan adat minang.

Yura gelagapan "Eh indak pacar saya da." jawab Yura.

Dimas hanya menatap mereka beruda dengan alis bertaut bingung. Walaupun mereka masih menggunakan bahasa Indonesia ia tetap saja bingung, haha.

"Owalah bukan, ganteng itu mah" goda si uda.

"Eh bukan mas, kita sekarang masih temenan kok, belum tau nanti, " sanggah dimas cengengesan.

Dimas tidak tau saja ucaapannya tersebut membuat jantung Yura dag dig dug.

"Eh tunggu, itu kata-katanya kayak pernah dengar," si uda meletekkan jari telunjuknya didagu "Oo iyo, saya pernah nonton itu tuh, nama ceweknya Alea, " ucap uda semangat.

Yura dan Dimas terkekeh mendengar betapa semangatnya pedagang sate tersebut. "Bukan Alea Da tapi Milea," koreksi Dimas terkekeh.

"Aaalah! Samo sajo nyo, eh Uda melayani yang lain dulu ya," uda berjalan kearah dimas dan membisikkan sesuatu.

"Teteh Yura cantik ya A', nanti sore pasti lansung suka tuh,Haha."

***

"Mksih!" hanya itu yang keluar dari mulut Yura, sedari tadi ia hanya diam mendengarkan Dimas yang bercerita dan sesekali mengombalinya, Yura pura-pura tidak dengar.

Sekarang mereka sedang berada didepan rumah Yura, setelah tadi memakan sate padang Dimas lansung mengantarkan Yura pulang, dengan memaksa Yura kembali tentunya.

Dimas tersenyum tipis sama mendengar ucapan yura "Sama-sama Ra, besok gue jemput gimana?" tawar Dimas.

Yura mendelik "GA!" bantah Yura, kalo ucapan Yura sudah pake tanda seru begitu berarti tidak bisa dibantah.

"Pulang sana! gue mau masuk," ketus Yura.

"Gue ngga ditawarin masuk nih Ra?" ucap Dimas dengan nada sedikit bercanda.

"Nggak! Gue masuk dulu, kalo lo masih mau disini yaudah, gue ngga peduli!" Yura berjalan kearah gerbang rumahnya dan segera masuk tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Dimas tersenyum sinis menatap kepergian Yura "Awas aja lo! Gue bakal dapetin lo dan ngalahin Alfa."

Dimas memasang helmnya kembali dan segera meninggalkan kediaman Yura.

Sedangkan ditempat lain Seorang gadis tengah memegang pipinya yang terasa memanas "Apasih nih pipi! Pakai merah segala,ck!" ucap Yura.

Entah mengapa Yura merasa berbeda didekat Dimas dan juga Alfa, dia bingung karena baru mengenal mereka berdua belum lama ini.

"Sebenarnya gue suka sama Siapa sih?"

"Pusing gue mikirin ini, belum tentu mereka suka sama gue, " ucap yura pada dirinya sendiri.

"mending gue tidur."

***

"Sial! Ternyata Dimas gerak cepat juga, gue ngga bakal biarin dia menang," Alfa menendang meja yang ada didekatnya sehingga membuat beberapa orang disana melihat kearahnya.

Dimas sedang berada ditempat nongkrongnya bersama teman-teman seperjuangannya.

Seperjuangan mainin hati cewek

Seperjuangan tawuran

Seperjuangan berbagi rokok

Seperjuangan balapan

Dan seperjuangan berbuat maksiat lainnya.

Tapi mereka itu saling melengkapi dan saling membutuhkan, solidaritas itu sangat diutamakan.

"Kenapa fa?" tanya salah satu dari mereka, Fahrid namanya.

"Dimas cari gara-gara lagi sama gue," jawab Alfa dengan mata yang menajam.

Entah mengapa saat ia teringat akan Yura yang berbonceng dengan Dimas tadi membuat dia ingin selalu marah saja, Alfa tidak mengerti.

"Udahlah fa, masa dapetin cewek itu susah benget sih, biasanya juga sekali lo lirik lansung kecantok tu cewek," sambar Ilham seraya mengembuskan asap rokoknya.

"Nah iya tuh" sambar yang lain.

"Giamana kalo pulang sekolah besok lo tembak dia fa," saran Fahrid.

"Bener tuh, sebelum keduluan Dimas, kalo keduluan sama gue sih gapapa kan fa? Haha," canda Vano yang biasa dipanggil Ucok, ia memang memiliki wajah yang unik sehingga siapa saja yang melihatnya jadi ingin membully.

"Anjay lo, sama Alfa aja ngga mau apalagi sama lo yang kayak pantat kuali itu"

Ucapan Ilham tersebut membuat semua yang ada disana tertawa ngakak, termasuk Alfa.

"Bener kata mereka, gue harus lebih gercep dari pada di Dimas," batin alfa.

"Tapi dia beda."

Tbc....







AYUFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang