Bab 1

29 11 2
                                    

Prolog

Cuaca pagi yang dingin, ditemani tangisan langit yang deras. Aku mengemaskan buku buku di atas meja, dan memasukkannya ke dalam ransel hitam ku.

"Pagi Bunda!" aku merangkulkan kedua lengan ku ke pinggang Bunda ku, yang sedang menyiapkan sarapan "pagi sayang bunda? Dah siap nih?" wanita separuh baya itu membalikkan badan menatapku lembut, "udah dong" aku mengambil satu sandwich dan berlari meninggalkan ruang makan.

"MELITA!!!" suara seseorang memanggil nama ku dengan suara beratnya yang membengkakkan telinga.

Aku membalikkan badan ku, mendapati laki laki separuh baya yang menatap tajam kepada ku.

"Apaan sih yah? Melita dah mau telat" tanyaku dengan ekspresi cemberut. "pakai hijab mu!" katanya acuh kepadaku.

"Yah, ayah tau dong. Kalau hijab tu udahlah masangnya lama, ribet lagi. Dah itu panas, gerah. Ogah ah, Melita gak mau pake hijab" aku mencoba menjelaskan. "Ayah gak mau dengar alasan kamu! Pokoknya perintah ayah harus kamu turuti!" bentaknya.

Ayah sulit banget sih dijelasinnya, mending aku pergi aja deh. Dari pada di Bunda nambahin ceramahnya. Aku mengendap endap ke arah pintu tampa sepengetahuan Ayah dan Bunda ku"Melita berangkat dulu ya. Da da Ayah. Da da Bunda. I love you!" aku langsung berlari saat Ayah sudah mengetahui niat ku.

Aku berdir di depan rumah ku, di tengah derasnya hujan aku mengintip sebuah rumah putih yang megah, aku melihat seseorang keluar menggunakan payungnya. Aku segera melukis sebuah senyuman di wajahku, senyum yang paling manis yang pernah ku buat, berharap dia melihatku.

Laki laki itu menatapku ku lekat, sehinggga mata kami sempat bercuri pandang.

Aku merasa suhu tubuh ku tiba tiba panas, aku mencoba melangkah melawan derasnya hujan untuk mendekatinya. Dengan semangatnya aku berjalan menembus hujan, baru aja 3 langkah, eh dia meninggalkan ku di tengah hujan tampa ekspresi apapun.

Aku hanya melongo di buatnya, dia meninggalkan ku begitu saja. GASAR COWOK JUTEK Aku mengutuknya di dalam hatiku. Gimana gak sih di kasih harapan malah di buang, gak tau apa, cowokcowok tu pada ngantri panjang sama gue.

Siapa lagi kalau bukan Al Taqhur Fauzan, cowok yang bisa buat hati gue luluh. Ia meski gue udah berbuat berbagai cara buat dia menerima gue. Dia gak pernah sama sekali lihat gue. Meski dia tetangga depan gue, dia gak pernah main ke rumah. Kadang kalo gue rindu sih, gue pura pura aja lagi jalan jalan di depan rumahnya. Harap sih ketemu.

                             ☘☘☘

"Bruk" aku menghempaskan tas ku ke meja, dan melepas napas panjang. "lo kenapa, masang raut kayak cuka gitu?" tanya Maya kepada ku "Mayaaa!!" aku memeluknya dengan cengengan ku.

Maya adalah salah satu sahabat ku, yang selalu ngerti masalahku.
"lo kenapa sih?" ia melepas pelukan ku dan menatap tajam mata ku, mencerna masalahku "oke, lo pasti di cuekin Fauzan lagi kan?" tambahnya setelah memahami situasiku. Aku hanya memasang ekspresi kecewa.

"Lo tu gak bisa di ajak bicara ya? Gue tu h dah bilang buat apa coba, lo ngejar ngejar Fauzan!?" ia mulai melepas tangan ku, zku hanya diam sambil cemberut.

"Ya jujur aja, Fauzan tu kan ganteng banget. Pantas aja lo cinta mati sama tu cowok" Iin mulai membuka mulut. Selain Maya gue juga punya sabahat lagi yang selalu ngerti sama perasaan gue. Meski kita butuh kesabaran yang besar buat ngertiin dia.

Aku hanya mendesah, memikirkan apa yang harus gue lakuin.
"Eh, Mel!! Bukanya tu Fauzan ya?" kata Iin kembali. Aku melihat ke arah gadis berhijab sar'i putih, sedang asik mengobrol sama laki laki. Gak salah lagi itu Fauzan. Dia tersenyum tulus ke arah gadis itu yang tak lain adalah Anita.

Teman sekelasku, yang pendiam, meski pendiam sih dia selalu di peringkat 2 besar.
Aku memutar mata ku, mencoba tidak ingin melihat senyumnya. Yang hanya ia berikan buat gadis lain khususnya Anita. Dan sakitnya gadis itu bukan aku.

"Kayaknya mereka dah jadian deh" kata Iin tiba tiba. Aku sama Maya memandang kearah Iin. Maya menatapku, kayaknya dia ngerti ekspresi wajah ku, "soalnya gue gak pernah liat Fauzan senyum, "kayaknya mereka serasi bang... Auu" kata kata Iin terhenti, ia tampak mengusap usap tangannya.

"Lo apa apaan sih May? Sakit tau tangan Iin" ia masih mengusap usap tangannya yang di cubit Maya.
"Guys, pergi yuk!" aku mengambil tas ku dan berdiri "lo mau kemana? Kok bawa tas segala sih Mel?" tanya Maya tak mengerti " gue mau pulang" jawab ku singkat "lo yakin mau bolos, jam pelajaran aja belum mulai" tambah Maya

Tanpa mempedulikan omongan maya aku, pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kalau mau ngobrol tu di tempat lain, jangan di depan jalan!" aku mengeluarkan rasa kesal ku kepada Anita dan Fauzan yang masih mengobrol di depan pintu kelas ku.
"Melita kamu mau kemana?" tanya Anita setelah memberi ku jalan "bukan urusan lo" aku memandang mereka sinis.

"Kalau orang bertanya kamu harus menjawabnya!" kata Fauzan dengan suara agak keras kepada ku.

"Awalnya gue juga pikir gitu. Tapi, saat gue senyum sama seseorang, senyum gue sama sekali gak di bales. Bukanya senyum itu sebagian dari iman ya?" aku membalas kata kata Fauzan dengan penuh kesal.
Mereka hanya diam menatap ku.

                           ☘☘☘

Aku menghempaskan tubuh ku ke kasur. Aku gak bakal bisa ngerti, kenapa air mata ku mengalir tampa sebab. Melihat senyum Fauzan ke Anita, dan mendengar kalau mereka udah jadian.

"Mel! Adik mas yang cantik, kenapa kok gak sapa mas sih, pulang sekolah udah peluk bantal gitu?" aku menatap sosok laki laki laki yang bersandar di pintu kamarku dengan senyum hangatnya.

Senyumnya menghilang saat ia melihat air mata ku, ia mendekati ku dengan khawatir "Mel, kamu kenapa? Siapa yang buat adik mas jadi nangis gini?" ia terus bertanya dengan rasa khawatirnya.

Aku menghapus air mata ku, dan mencoba membuatnya tenang.
"Melita gak pa pa kok mas. Melita Cuma sedih kangen Angel" ia memelukku lembut "Mel mas tau kalau kamu tu gak mau cerita kan. Mas Bima ngerti kok. Kamu tahu gak kalau cewek nangis tu, kecantikannya bakal hilang lo?" aku melepas pelukan Mas Bima, dan memukulnya pelan "Mas apaan sih!? Ya kalau Melita udah gak cantik. Mas harus jagain Melita seumur hidup!" aku memasang ekspresi manja ku. "Ih ogah. Kalau mas jagain Melita mulu, kapan mas dapat pacarnya?" ia melempar bantal ke arah ku dan berlari ke arah pintu.

                      ☘☘☘
Gimana ceritanya, jangan lupa buat like and coment
Tolong kritiknya ya kak😍

Jodoh Balik PintuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang