Bab 2

26 10 1
                                    

Melita membalik balikkan halaman novel yang di bacanya, dengan setiap kali melirik ke arah jam dinding di kamarnya.
Ia melepaskan bukunya dan mendekati sebuah jendela, ia melihat ke arah sebuah rumah, yang tak lain adalah rumah Nenek Ami. Ia tinggal bersama suaminya, meski sudah agak tua mereka masih kuat untuk bekerja mempertahankan hidupnya. Tampak dari atas orang orang  sedang mengemaskan rumah tersebut. Kata mas Bima sih, keluarganya bakal pindah ke sana.
Melita sama sekali gak berkutik buat membantu, ia hanya melihat orang orang membantu membersihkan rumah Nek Ami.
“Drrtt”
“Drrttt-drrrtttt”
“Halo!” Melita langsung menempelkannya ponselnya ke telinga “Mel, jalan yuk!?” rengek seseorang di seberang sana yang tak lain adalah Maya.
“Nanti aja deh!, gue lagi males ni keluar” rengek Melita, sambil berjalan menjauh dari jendelany.
“Gimana kalo nanti malam aja!?” ucap Maya.
“oke.” Melita langsung menutup telponnya setelah menyetujui ajakan Maya.

                 ☘☘☘
Melita langsung turun ke bawah setelah ia selesai berkemas.
“Bun. Melita izin pergi ya!?” tanya melita kepada Bundanya yang sedang mengupas apel di sofa. Bunda memperhatikan Melita dari atas hingga bawah.
“Sayang, kamu mau kemana? Ini sudah malam. Dan kamu mau keluyuran?” tanya Bunda Khawatir.
“Bun, Melita gak sendiri. Melita sama Iin dan Maya. Jadi bunda gak perlu khawatirin Melita!” rengek Melita.
“Bunda gak yakin buat ngijinin kamu” Bunda kembali melanjutkan mengupas apel yang sudah diselesaikannya setengah.
“Bun please ya! Melita udah janji sama Maya dan Iin. Melita gak mau kalau Melita di cap gak tepati janji ya!?” Melita mulai memohon. Bunda yang merasa gak yakin hanya berguman.
“Yey! Makasih Bunda. Melita gak pulang larut kok” kata Melita yang melihat Bunda diam.

               ☘☘☘

“Mel, lo lama banget sih?” tanya Maya saat ia melihat mobil merah milik Melita.
“Lo tau kan, Bunda gue. Dia gak bakalan ngizinin gue dengan cepat, tadi aja...” kata kata Melita terpotong, “mau gimana lahi anak maamii!” ejek Nabila.
Nabila adalah saingannya Melita, tapi gak ada yang tau masalah Nabila sama Melita. Ia selalu aja mengajak Melita buat bersaing dengannya.
Melita yang mendengar ejekan Nabila spontan langsung bicara “emang kenapa,kalau gue anak maami?! Dari pada lo, lo tu siapa?” balas Melita dengan merendahkan Nabila.
“Lo mau tau siapa gue? Kasihan banget sih lo Mel. Gini aja siapa yang paling cepat, dia bakal nurutin kata kata pemenang!?” Nabila bicara dengan menatap tajam mata Melita.
“Lo gak salah, nantang gue?”
“Ya kalau lo takut, gue harus gimana dong?” Nabila mengibaskan rambutnya dan berbalik menjauhi Melita.
“Jangan nyesel lo!” Melita dengan santainya masuk ke dalam mobil.
                  ☘☘☘
Melita terus menancapkan gas mobilnya, ia tidak menyadari kalau itu sudah di luar batas kecepatan.
“Drrttt- drtttt”
Ponsel Melita bergetar, ia melihat isi pesannya.
ASTAGA.
“Bruk!” mobil melita menabrak sebuah pohon, melita mencoba keluar dari mobilnya yang penuh dengan asap, dan memhampiri seseorang yang hampir di tabraknya.
                    ☘☘☘
Firian berjalan dengan membawa sebuah kantong belanjaannya.
Ia melihat ada seekor anak kucing yang berada di tengah jalan. Dan tak jauh, sebuah mobil melaju dengan kecepatan di luar batas pengendara.
Tampa pikir panjang, Firian langsung berlari ke tengah jalan. Mobil itu membelok ke arah sebuah pohon dengan cepat. “BRUK!” asap mengepung keluar dari arah mobil. Seorang gadis langsung keluar dengan darah di kepalanya.
Dia menghampiri Firian yang sedang memeluk seekor anak kucing dan berkata “lo gak luka kan?” tanyanya pelan.
Firian hanya diam, melihat gadis itu.
                     ☘☘☘
Melita merasa aneh, kalau dia hanya diam tanpa bicara.
“Woi” Melita menepung pundak laki laki itu keras. Firian yang melamun spontan kaget, dan menjauhi Melita.
“Gue barusan nanya lo? Lo gak dengar? Atau lo budek?” tanya Melita geram.
Melita melihat ke arah seekor anak kucing. “lo barusan...” kata kata Melita terpotong lagi
“Mel, lo gak papa kan?” tanya Nabila khawatir.
Melita menggelengkan kepalanya “gue ok kok” jawab Melita santai. “WOI, lo gila ya. Lo bakal kena anemia, kalau gini. Gue antar lo kerumah sakit, ok!?” Nabila menarik Melita ke masuk ke mobilnya. Dan berlalu pergi meninggalkan Firian.

Gimanani ceritanya, disini dulu ya.
Jangan lupa kasih suara dan coment nya ya🙏🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh Balik PintuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang