Chapter 3

1K 80 4
                                    

Mata keduanya terus bergerak ke sana-kemari, memperhatikan keadaan ruang tunggu disalah satu Rumah Sakit. Setelah Soohyun mengetahui kehamilan kekasihnya, ia langsung mengajak wanitanya itu ke dokter kandungan.

Banyak sekali pasangan yang juga akan memeriksakan kandungannya, di kanan-kiri mereka terlihat beberapa pasangan yang tengah bercengkrama.

"Oppa... apa ini tidak terlalu cepat?" tanya Jiwon, tangannya masih saja menggenggam erat jemari Soohyun, bahkan itu terjadi semenjak mereka tiba di sana. Jujur saja ia sangat gugup, belum siap juga jika ada yang tahu tentang kehamilannya selain pria di hadapannya.

Soohyun mengangguk ragu, jika boleh jujur pria itu juga merasakan apa yang wanitanya rasakan. Tapi sebagai seorang lelaki yang bertanggungjawab, ia tak boleh menunjukkannya pada Jiwon, karena Soohyun tak mau jika Jiwon berpikir dirinya tidak serius untuk bertanggungjawab.

"Cepat atau lambat kita pasti akan melakukannya 'kan? Jadi untuk apa ditunda-tunda. Selain itu, kita harus tau 'keadaannya'." Katanya setelah terdiam beberapa saat, "dan aku juga akan selalu di sisimu, jadi jangan takut." Soohyun meremas pelan jemari Jiwon, memberi tanda pada wanita itu untuk sedikit lebih tenang.

Jiwon menatap Soohyun, lalu tersenyum. "Janji?" dan dengan senyuman yang sama, pria itu mengangguk mantap.

###

Namanya dipanggil oleh seorang suster, dengan itu Jiwon segera beranjak diikuti oleh Soohyun untuk memasuki ruang pemeriksaan.

Tiba dalam ruangan mereka berdua disambut ramah oleh seorang dokter wanita-yang mungkin-berusia sekitar 30 an akhir.

"Silahkan duduk," katanya di saat Soohyun dan Jiwon sudah berada di
dekat meja kerjanya. "Nona Kim, benar? Aku tak menyangka kau semuda ini." Jiwon mengangguk mengiyakan dengan senyum canggung. "Kehamilan pertama?" tanya dokter itu lagi.

Dan Jiwon langsung mengangguk-lagi, "iya dok."

"Baiklah, jika begitu langsung saja kita lakukan pemeriksaan. Ikuti aku!" dengan begitu Jiwon langsung menuruti perkataan dokter tersebut, ia melangkah ke arah ranjang yang berada di sebelah kanan ruangan, sementara Soohyun tetap duduk di tempatnya.

Soohyun memperhatikan Jiwon yang mulai berbaring di atas ranjang tersebut, tapi ketika gorden di sekitar ranjang ditutup pandangannya pun beralih melihat langit-langit ruangan, sama halnya dengan pikirannya sekarang yang mulai melayang.

Entahlah, saat ini banyak hal yang bergelut dalam kepalanya, sangat ingin ia lari dari semua ini. Tapi apakah bisa ia melakukannya, apalagi jika harus meninggalkan Jiwon? Dan jawabannya tentu saja tak bisa, ia tidak mungkin menjatuhkan semua masalahnya pada wanita yang begitu dicintainya. Sangat tak mungkin. Ia juga sudah berjanji pada dirinya sendiri, akan selalu membuat Jiwon bahagia apapun cara dan risikonya.

Tak berapa lama dokter itu kembali duduk di hadapan Soohyun, disusul oleh Jiwon yang kini sudah berada di sisinya.

Kedua pasangan itu menatap ke arah sang dokter, siap menerima hasil pemeriksaan terhadap keadaan calon buah hati mereka.

Dan akhirnya dokter itu memulai, "begini... mungkin jika aku mengatakannya akan dianggap sangat kurang ajar atau terlalu ikut campur, tapi apa yang akan aku katakan adalah hal yang terbaik." Mendengar semua itu membuat keduanya saling pandang, tak mengerti apa maksud dokter tersebut. Tahu pasangan di depannya sama sekali tak paham, ia melanjutkan. "Dengan terpaksa aku harus mengatakan ini, Nona Kim harus menggugurkan kandungannya." Mata keduanya membelalak, seolah apa yang dikatakan dokter adalah sebuah akhir untuk mereka. Tapi begitulah untuk keduanya, sebagai calon orang tua apalah yang lebih buruk dari kehilangan anak mereka, tentu jawabannya tak ada.

Family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang