Part 5

730 22 1
                                    

"Iya, makanya gue ngomong sama lo di sini. Lo tolong jagain Ali yah Prill?" Ghina menatapku dengan pandangan penuh harap.

Aku semakin bingung. "Jagain? Jagain gimana?" tanyaku.

"Jagain Ali dengan cara, jangan sampe lo jatuh cinta sama dia!" jawab Ghina.

Aku terdiam sejenak sebelum kemudian tertawa. "Apa Ghin? Jatuh cinta? Sama Ali? Ya enggalah.. Impossible!" sahutku..

Ghina menghela nafas lega. "Iya, gue tahu kok. Lo kan udah punya Halik kan?" ucapnya.

Suhu air conditioner di ruangan basecamp atas cukup dingin. Membuat Prilly betah duduk berlama-lama di dalamnya. Gadis itu duduk berselonjor sembari membaca komik Doraemon, tokoh kartun kesayangannya. Ia begitu fokus pada bacaannya hinga tak sadar seseorang memasuki ruangan dan kemudian duduk di sampingnya. Ali, orang itu mengintip ke dalam komik yang dibaca Prilly.

"Prill," panggilnya dengan volume rendah.

Hening. Tak ada sahutan. Prilly masih berkutat dengan komiknya tanpa menghiraukan keberadaan Ali.

"Prill," Ali menaikkan volume suaranya.

Masih tak ada sahutan dari Prilly.

"Prill!" Kali ini ditambah dengan tepukan keras di bahunya.

Prilly menoleh, menatap Ali sebal. "Bisa gak sih lo sehari aja ga gangguin gue?"

Ali menggaruk pipinya salah tingkah. "Anu.. gue Cuma pengen tahu Ghina ngomong apaan sih sama lo tadi?

Prilly menaikkan alisnya sembari menyeringai. "Berani bayar berapa?"

Ali melebarkan matanya. Sejenak, ia menimbang-nimbang. "Satu seri komik doraemon."

"Ditambah satu kotak J.co dan traktirin gue di KFC. How?"

"Gila! Lo mau morotin gue apa?" Ali membelalakkan matanya sembari menggumam kesal.

"Yaudah." Prilly kembali membuka komik dan melanjutkan bacaannya. Mengabaikan Ali yang terlihat kesal sekaligus bingung.

"Eh Prill.. Yah, yaud.."

"Oke deal," Prilly memotong perkataan Ali. "Jam lima sore kita on the way ke PIM. Satu seri komik Doraemon, 1 box J.co dan traktiran di KFC."

Ali menghela nafas. Kalau bukan demi Ghina, ia tidak akan mau menguras dompetnya demi mentraktir gadis menyebalkan di sampingnya ini. Baginya, ini jelas-jelas pemerasan. Tapi, yasudahlah kepalang basah. "Oke, jam lima ya. Gue take dulu, bye!" Ali beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.

*************************************************************************************************************

Ali melihat jam di pergelangan tangannya untuk kesekian kalinya. Sudah pukul 5 kurang 10. Beberapa menit yang lalu, Prilly sudah mengiriminya pesan perihal janji mereka. Tapi, ia masih terjebak di sini. Entah kenapa, sutradara mereka tak kunjung puas dengan adegan sehingga harus mengulang take terus menerus.

"Cut! Nah perfect. Ali, tadi katanya kamu ada janjikan?"

"Iya om. Ali cabut dulu ya, semua!" Ali melambaikan tangannya dan bergegas berjalan menuju mobilnya untuk berganti baju. Beruntung, managernya Riri telah menyediakan baju untuknya. Ali bergegas mengganti bajunya. Disisirnya rambutnya dengan rapi dan disemprotkannya parfum ke beberapa bagian tubuhnya. Setelah itu, ia memastikan penampilannya pada cermin sebelum kemudian ke luar dari mobilnya dan menuju ke mobil Prilly.

Adakah Kau Takdirku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang