Hampa

33 4 5
                                    

Bagian 1

Dulu terasa indah saat semua orang ada di sampingku. Sempurna melebihi apapun,, tapi... Hari itu datang dan menghancurkan segala harapanku sampai aku tak bisa bermimpi lagi..

Masih ingat jelas di pikiranku, saat itu aku berumur 10 tahun. Sama seperti anak lainnya, polos dan suka bermain ke sana ke sini. Aku tak pernah mengira hal seperti itu terjadi.

Pertengkaran antara orang dewasa yang tak pernah dimengerti oleh anak anak.

"Apa yang kau lakukan selama ini hah?? Tak pernah pulang, apa kau tak merindukan anak-anakmu!!!!" Terdengar suara ibuku hingga ke kamar.

"Kau tau apa yang kulakukan saat ini. Aku bekerja untuk menghidupi keluarga kita" tegas ayahku.

"Alaaahh.. alasan saja kau buat buat"

"Apa kau tak mempercayai ku! Aku tak pernah mencari-cari alasan seperti yang kau bilang barusan, aku selama ini bekerja ke sana sini untuk mencari uang untuk sekolah anak kita." Berjalan menuju kamar.
"Kenapa kau selalu menuduh ku yang bukan bukan??" Lanjut ayahku.

"Aku bukannya menuduh mu, tapi itu memang kenyataannya. Kau tak pernah pulang ke rumah dan kau juga tak pernah mengirimi kami uang. Jadi kemana saja kau selama ini???" Dengan nada yang sangat tinggi.

Tapi anehnya ayahku tak merespon ucapan ibu. Ia hanya duduk terdiam di tempat tidur. Tak terdengar sepatah katapun keluar dari mulutnya.

"Kenapa kau diam saja, jawab aku!!!! Apa ada Yanga salah dengan ucapan ku barusan?" Sepertinya amarah ibuku sudah semakin meledak ledak.

Aku yang mendengar itu pun terkejut dan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi antara ibu dan ayahku? Ada apa dengan mereka??

Seminggu kemudian setelah kejadian itu, ayahku tak pernah pulang ke rumah tak ada kabar apapun tentangnya. Entah ada dimana dia sekarang.

"Ibuu, kenapa aku tak melihat ayah akhir-akhir ini??"

"Ayahmu sedang bekerja diluar kota, jadi untuk saat ini ayahmu takkan bisa pulang" jelas ibuku sambil menata piring dimeja makan.

"Ooh begitu, berapa lama ayah akan pergi Bu???"

"Sudah jangan banyak tanya nanti juga ayahmu bakal pulang. Sekarang lebih baik Soo Hyun makan saja sampai habis setelah itu cepat berangkat kalau tidak nanti kau terlambat."

"Baik Bu." segera menghabiskan makanan.

Beberapa saat kemudian..

"Ibu aku berangkat dulu" menghampiri

"Iya, hati-hati dijalan jangan pulang terlambat"

"Baik Bu, aku pergi" melambaikan tangan.

Dalam perjalanan aku memikirkan kejadian tempo hari. Hal itu terus mengganggu pikiran ku, kadang aku ingin bertanya tapi aku takut itu akan menyakiti perasaan ibuku.

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa tahun ini aku akan masuk ke sekolah menengah pertama. Hari pertama sekolah aku begitu gugup karena aku tak pandai bergaul dengan orang baru. Tiba di sekolah aku bertemu dengan teman masa kecilku Minya.

"Hei, ternyata kau sekolah di sini juga?" Tanya Minya.

"I-iya kau juga?" Balik bertanya.

"Ah iya, aku masuk ke sini karena keinginan orang tuaku. Jadi mau tidak mau aku menurut." Jelasnya padaku.

"Begitu nya.. bagaimana kalau kita masuk dulu? Kita lihat sekolah baru kita" Memegang tangan Minya.

"Iya itu ide yang bagus. Ayoo.."

Hari berikut dan berikutnya aku selalu pergi ke sekolah bersama Minya. Dan sepertinya aku semakin dekat dengannya.

Suatu hari aku di gerbang sekolah aku melihat murid lain. Dia terlihat sangat sangat bahagia, senyum lebar tergambar jelas di wajahnya.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Minya padaku.

"Ah tidak, aku hanya merasa iri melihat dia bisa di antar oleh ayahnya ke sekolah hampir setiap hari" jelasku yang terus melihat ke arah anak itu.

"Kau teringat lagi? Sudahlah jangan dilihat, jika tidak itu akan membuatmu sedih" Menepuk bahuku.

"Tenang aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir seperti itu."

"Bagaimana aku tak khawatir, setiap kau melihat hal-hal seperti itu pasti raut muka mu akan langsung berubah tanpa kau sadari."

"Apa aku seperti itu?"

"Iya selalu, kau ini sudah ku anggap seperti saudara perempuan ku. Jadi aku mohon padamu lupakan apa yang terjadi di masa lalu karena itu tidak akan pernah berubah."

"Yaaa aku tau itu, tapi mungkin hati kecil ku belum bisa menerima semua ini meski itu sudah terjadi sangat lama."

"Aku mengerti jelas perasaan. Tapi sekarang lebih baik kau fokus pada sekolah mu. Apa kau tak mau menjadi anak sukses dan membahagiakan ibumu." Jelasnya

"Kau benar, terima kasih Minya kau memang sahabatku yang terbaik." Memeluk.

"Tak usah berterima kasih, itu bukan apa-apa. Sebagai sahabatmu aku memang harus seperti itu. Kalau begitu kita harus cepat masuk kelas sebentar lagi pasti bel akan berbunyi."

"Iya" ucapku sambil menggandeng tangannya.

Benar saja bel pun berbunyi dan kelas pun berlangsung dengan cepat, tapi di tengah-tengah pelajaran wali kelas masuk dan memberitahukan..

"Anak-anak hari ini kita kedatangan teman baru" jelas pak wali kelas.

Tiba-tiba kelas pun jadi ramai.

"Waahh kira-kira siapa? Wanita atau laki-laki nyaa???" Tanya Minya

"Aku harap dia laki-laki dan yang terpenting dia tampan" sahut hyuna

"Iya aku harap juga begitu" murid lain

"Iya pasti pasti" dengan antusias

"Harap tenang semua!! Ayo masuk dan kenalkan dirimu pada teman barumu." Jelas pak wali kelas.

Tak lama terlihat di balik pintu seorang laki-laki tinggi, putih dan berhidung mancung dengan tas gendong berwana biru tua..

"Wah siapa itu tampan sekali, pasti itu orang yang kirim tuhan untukku.. " Hyuna sambil memandang pesona laki-laki tersebut.

"Bukan nya itu Kim Jeok Shin??? Kenapa dia bisa ada di sekolah ini??" (Berbicara dalam hati dengan penuh tanda tanya)

"Soo Hyun lihat, dia benar-benar tampan bukan?? Sungguh dia itu tipeku banget" kata Minya padaku.

"Ahh begitukah....." Jawabku yang masih terheran-heran.

"Hai teman-teman salam kenal saya Kim Jeok Shin murid pindahan, semoga kita bisa bekerja sama mulai sekarang" tersenyum lebar.

********

Catatan KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang