Seminggu telah berlalu sejak hari itu bersama Galang dan ibunya. Alia menjadi lebih pendiam dari biasanya. Tak ada lagi semangat seperti hari-hari sebelumnya. Di rumah pun Alia hanya menghabiskan waktunya di kamar untuk melamun. Begitu juga saat di sekolah Alia lebih banyak diam, hanya menjawab pertanyaan dari sahabat maupun rekan guru lain seperlunya atau hanya menampilkan senyum tipis lalu setelahnya pergi, membuat murid-muridnya itu kebingungan.
Hari ini kebetulan Alia tidak membawa mobil seperti biasanya membuat ia mau tidak mau harus menunggu angkutan umum bersama beberapa murid lainnya yang belum juga mendapat tumpangan. Sudah hampir sepuluh menit ia menunggu, namun angkutan umum belum juga terlihat kedatangannya. Hingga terdengar suara klakson mobil, yang sejenak mengalihkan pandangannya. Mobil tersebut berhenti tepat di depan Alia dan kaca mobil tersebut terbuka menampilkan wajah sesosok laki-laki yang kemarin melamarnya.
“Hai Al, ayo bareng aku aja,” ajakan Dino sambil tersenyum kepada Alia.
“Nggak usah Din, aku menunggu angkutan umum aja,” jawab Alia, namun Dino memaksa. Dino membukakan pintu mobilnya dan menyuruh Alia masuk. Alia pun akhirnya mau diantarkan pulang Dino.
Kini Alia dan Dino sudah dalam perjalanan pulang. Alia duduk di kursi depan, karena Dino menyuruh Alia untuk duduk di depan bersebelahan dengan Dino yang mengemudi. Sebenarnya Alia ingin duduk di belakang saja, namun terkesannya Dino seperti supir Alia.
“Al, mau nggak mampir rumahku dulu? Setelah itu baru aku anterin kamu pulang, sekalian aku mau ngambil berkasku yang harus aku serahkan ke sekolah hari ini. Ibuku di rumah dan selalu menanyakan kapan aku mengajakmu ke rumah.” Ucap Dino meminta izin Alia. Alia menganggukkan kepalanya menyetujui.
Setelah sampai di depan rumah Dino, keduanya keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu utama rumah megah tersebut. Ini adalah kali pertamanya Alia berkunjung ke rumah Dino meski Dino adalah salah satu teman SMA nya.
Setelah dipersilahkan masuk, Alia duduk di ruang tamu dengan menatap sekeliling perabotan yang ada di rumah Dino. Semua tampak rapi dan bersih membuat Alia nyaman dengan suasana di dalam rumah Dino. Dino memanggil ibunya, namun ibunya sudah terlebih dulu muncul dan membawakan minum dan camilan untuk Alia. Sebelum sampai di rumah memang Dino sudah memberi kabar pada ibunya bahwa Alia akan mampir sebentar ke rumah.
“Bagaimana kabarmu Al?” tanya Ibu Dino.
“Alhamdulillah kabar saya sehat tante, bagaimana kabar om dan tante?” tanya balik Alia dengan Ramah.
“Alhamdulillah kami juga sehat Al” jawab Ibu Dino sambil tersenyum.
Di ruang tamu keduanya mengobrol bersama sedangkan Dino mengambil berkas-berkas di kamarnya. Setelah berkas-berkas tersebut diambil Dino menyusul kedua orang yang disayanginya itu ke ruang tamu.
Alia terdiam sejenak saat Dino duduk di samping ibunya. Ia termenung memikirkan kata-kata yang terucap dari Galang kemarin. Galang sudah meninggalkan Alia, sekarang ada Dino yang sungguh-sungguh ingin bersama Alia. Namun, perasaan Alia bukan untuk Dino, tapi Galang. Jika saja Alia bisa mengubah perasaanya ia akan memberikannya untuk Dino.
Dengan keyakinan Alia ingin membicarakan hal serius kepada Dino dan ibunya.
“Tante, soal lamaran itu, maaf Alia belum menjawabnya. Alia butuh waktu untuk memikirkannya.” Kata Alia.
“Iya Al, tak apa. Tante mengerti, semua butuh proses.” Jawab Ibu Dino.
Sepulangnya dari rumah Dino Alia langsung masuk ke dalam kamar. Ia memegang ponselnya dan melihat foto Galang, sulit bagi Alia untuk menerima. Tiba-tiba ibu Alia datang dan duduk di samping Alia.
“Al, jangan seperti ini terus, hidupmu harus berlanjut.” Ucap Ibu Alia dengan lembut.
“Iya Bu, Alia harus terus melangkah, tapi Alia masih ragu menerima Dino. Kenapa Galang melakukan ini Bu?” ucap Alia, sangat kecewa. Tanpa disadari air matanya mengalir begitu saja.
“Tenangkan dirimu nak, tidurlah kamu butuh istirahat,” ucap Ibu Alia sambil merebahkan tubuh Alia.
Ibu Alia pergi meninggalkan kamar Alia, namun tangis Alia juga tak kunjung berhenti mengalir. Sampai akhirnya ia tertidur, berhentilah tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terselip Bahagia dalam Luka
Любовные романыDi sebuah taman pinggir kota, sepasang kekasih tengah membicarakan hal yang cukup serius, terlihat dari raut wajah keduanya yang tegang. Suasana taman yang sepi sangat mendekung dengan topik yang sepasang kekasih itu tengah bicarakan.