Setelah aku turun dari pesawat ak bergegas pulang menuju kediaman kedua orang tuaku. Aku sangat merindukan mereka. Sudah 3 tahun aku tidak bertemu dengan mereka dan sekarang akhirnya sekarang aku bisa kembali dengan orang tuaku.
Kini aku sudah berdiri di depan sebuah rumah minimalis dengan dua lantai. Rumah ini memiliki udara yang segar dan asri karena terdapat pepohonan di depan nya juga ditumbuhi beberapa tanaman bunga yang umi ku tanam.
Aku segera memasuki rumah tersebut. Saat pertama kali masuk aku merasakan rumah ini masih belum berubah dengan waktu terakhir aku di sini.
"Assalamu'alaikum" Ucap ku, namun tidak ada balasan sama sekali.
Aku meletak kan tas dan koperku di meja makan lalu mencoba mencari keberadaan kedua orang tuaku. Aku menemukan mereka sedang duduk di bangku taman belakang.
Aku menghampiri lalu mencium pipi mereka dari belakang.
"Umi, abi Senja kangen" Aku meneluk mereka lalu mereka membalasnya dan jadilah kita berperlukan bertiga.
"Iya sayang umi juga kangen sama kamu" Umi mengelus rambut ku setelah kita melepaskan pelukannya.
"Kamu pulang kok nggak bilang-bilang, kan umi sama abi bisa jemput kamu di bandara" Ujar abiku lalu menarik ku duduk di antara mereka.
"Senja mau buat kejutan untuk umi sama abi"
"Maafin kita ya sayang, nggak bisa hadirin acara kelulusan kamu"
"Iya nggak papa kok, kan di sana ada eyang yang wakilin umi sama abi"
Kedua orang tuaku tersenyum mendengar jawaban ku. Aku mengedarkan pandangan ku mencari seseorang.
"Kamu cari siapa sayang"
"Senja cari abang soalnya dari tadi Senja belum lihat abang."
"Dia masih kerja sayang mungkin nanti sore dia baru pulang" Ujar umi yang ku angguki.
"Sekarang kamu istirahat gih, pasti kamu cape kan?"
"Iya abi yaudah umi, abi Senja pamit istirahat dulu"
Aku segera menuju ke meja makan untuk mengambil tas dan koperku lalu segera menuju kamarku yang berada di lantai dua.
Tak terasa hari sudah mulai sore. Aku keluar menuju balkon lalu berdiri dan melihat suasana di sekitar rumahku. Suasana di sini masih sama dengan tiga tahun yang lalu, hanya ada beberapa perbedaan yang tidak terlalu mencolok.
Tiba-tiba saja aku merasa ingin melihat lagi kota ini setelah tiga tahun kepergianku. Aku berpikir mungkin tidak buruk jika jalan-jalan disore hari. Aku segera bersiap untuk menjalankan aksiku.
"Umi Senja pamit mau jalan-jalan bentar ya" Aku pamit lalu mencium tangan kedua orang tuaku.
"Kamu mau kemana?" Tanya abiku.
"Iya lagian kamu kan juga baru pulang" Lanjut umiku.
"Senja cuma mau jalan aja keliling kota, soalnya senja juga udah lama nggak lihat kota ini."
"Ya udah kamu hati-hati kalo ada apa-apa langsung hubungi kami."
"Siap kapten" Aku memperagakan gerakan hormat ala-ala prajurit.
Sementara di sebuah kamar yang terketak di sebuah rumah terdapat seorang anak laki-laki yang baru saja masuk. Dia membawa sebuah buku dairy kecil bersampul biru muda di tangan nya.
Dia menaruh buku tersebut di dekat tempat tidur. Baru saja dia mebaruhnya ia melihat sebuah amplop yang sidah agak terbuka jatuh dari buku tersebut.
Diambilnya benda tersebut. Awalnya dia hanya mengambilnya tanpa berniat membukanya. Namun semakin lama dia semakin di buat penasaran atas isi benda tersebut.
Dia memberanikan diri untuk membuka dan melihat apa isi dari amplop itu. Ia menemukan sebuah surat. Lalu perlahan dia mulai membuka lipatan surat itu dan mulai membacanya.
Surat itu adalah surat yang sama deng yang tadi dibaca oleh Senja.
Kini laki-laki itu tahu bahwa gadis tadi masih menyendiri sama dengan dirinya.
Setelah membacanya diletakkannya surat itu kembali ke tempatnya. Dia tidak ingin terlalu mencampuri urusan orang lain.
YOU ARE READING
Senja&Fajar
General FictionFajar mulai berwarna Jauh di atas cakrawala Bersiap menyambut suka cita Jadikan hari yang berwarna Namun tidak untuk semua Kehidupan bagaikan roda Ada suka di ikuti duka Tapi aku benci luka Bila kelak membekas di dada Aku percaya Tidak semua duka h...