Fajar akhirnya mengantarkan Senja pulang ke rumahnya, Namun saat di tengah jalan sepertinya keberuntungan tak memihak pada keduanya.
"Senja kamu ngerasa ada yang aneh nggak?" Fajar bertanya dengan tatapan lurus fokus pada jalanan.
"Iya tapi apa ya"
"Coba kita berhenti sebentar"
Fajar berhenti dan meminggirkan motornya ke pinggir jalan. Mereka turun dari motor tersebut, Fajar mulai mengecek apa yang terjadi pada motornya. Ia mengeceknya dimulai dari melihat tangki bensin hingga berakhir pada ban belakan motor tersebut. Benar saja ternyata ban tersebutlah penyebabnya.
" Ada yang salah ya kak?" Tanya Senja mengikuti arah pandang Fajar pada ban belakang motor.
"Ban nya bocor" Jawab Fajar kemudian mengalihkan pandangannya pada Senja.
"Terus gimana ini kak, kayaknya nggak ada bengkel atau tambal ban deh di daerah sini" Ujar Senja setelah mengedarkan pandangan nya ke sekeliling.
"Ada tapi masih jauh 500 meter lagi mungkin"
"Ya udah kita dorong aja motornya sampai sana daripada kita diam aja disini" Ujar Senja menyarankan.
"Oke"
Fajar mulai mendorong motornya menuju tempat tambal ban dengan Senja yang ikut mendorong motor tersebut dari belakang.
Baru setengah perjalanan Senja sudah merasa kelelahan ditambah teriknya sjnar matahari semakin melancarkan keringat membasahi tubuhnya.
Fajar yang melihat keadaan Senja merasa kasihan. Dia mengajak Senja untuk berteduh di bawah pohon. Kebetulan terdapat sebuah bangku yang dapat mereka gunakan untuk beristirahat sejenak
"Kita berhenti dulu di sini" Ucapan Fajar hanya di tanggapi oleh anggukan dari Senja. Fajar menarik pergelangan tangan Senja dan mengajaknya untuk berteduh.
Mereka duduk berdua di sebuah bangku pinggir jalan. Di pinggir jalan tersebut nampak hamparan sawah yang luas menjadi pemandangan indah bagi orang-orang yang memandang.
Senja menengok ke arah Fajar. Dia melihat banyaknya keringat yang mengucur di wajah pria itu. Senja merogoh kantung belanja nya dan mengeluarkan dua botol minuman kemasan yang ia beli tadi.
"Kak ini diminum kayaknya kamu haus banget" Senja menyerahkan salah satu minuman tersebut kepada Fajar yang disambut baik oleh Fajar.
"Makasih" Fajar mengucapkan itu dengan senyum tulus yang terukir di wajahnya. Senyum itu mampu menggetarkan hati seseorang yang ada di hadapannya saat ini. Siapa lagi orang itu jika bukan Senja. Walau hanya sebuah senyuman tapi Senja merasa ketulusan dan kenyamanan saat dekat dengan Pria ini.
"Masya allah senyuma nya manus banget, eh apa-apaan nggak bokeh Senja kamu nggak boleh mengagumi seseorang yang bukan mukhrimu" Batin Senja. Dia mencoba untuk bersikap biasa saja dan membuang kekagumannya jauh-jauh. Senja tidak ingin mengagumi seseorang yang bukan mukhrimnya karena dia takut jika rasa itu malah nantinya akan menjerumuskannya ke jalan yang salah.
"Rumah kamu di mana? Apakah masih jauh?" Tanya Fajar setelah selesai meneguk minumannya.
"Lumayan sih" Ucap Senja dengan menunduk. Entah kenapa dia jadi tidak memiliki keberanian menatap mata Fajar.
"Kalo orang ngomong itu tatap matanya biar sopan"
" Iya kak" Seja mulai memberanikan dkri untuk menatap mata Fajar.
"Masya Allah, nikmat mana lagi yang kau dustakan Senja sungguh ciptaan yang sangat sempurna pria ini. Mata bulat hitam nya sungguh meneduh kan siapapun yang memandang. Kulit yang bersih untuk ukuran pria, hidung yang mancung dan bulu mata lentinya sungguh mengagumkan. Tidak lup mimik wajah yang menyiratkan ketegasan . Sungguh amat beruntungnya wanita yang kelak menjadi pendamping hidup pria ini." Puji Seenja dalam hati atas apa yang ia lihat dalam diri Fajar.
YOU ARE READING
Senja&Fajar
Fiksi UmumFajar mulai berwarna Jauh di atas cakrawala Bersiap menyambut suka cita Jadikan hari yang berwarna Namun tidak untuk semua Kehidupan bagaikan roda Ada suka di ikuti duka Tapi aku benci luka Bila kelak membekas di dada Aku percaya Tidak semua duka h...