"Totalnya limapuluh ribu rupiah untuk 5 jam main ya""Kak, kalo ngutang boleh?"
"kagak"
"Kalo bayar kelak?"
"Apa bedanya?"
"Ya sudah, kalau nyicil?"
"Bisa"
"Bisa ya kak??"
"Ya. Bisa nyicil part-time bantu jaga warnet dek, ganti uang ngutang "
"Ck, yeuu!" remaja berseragam smp itu akhirnya mengeluarkan sejumlah uang duapuluh ribuan dan sepuluh ribu.
Berulang ia memeriksa saku serta isi tasnya, tetap tak ditemukan sisa uang yang seharusnya ia bayar. Remaja tersebut menatap lilian agar iba dan kasihan, sayangnya lilian tidak menaruh peduli.
Tiba-tiba sebuah tangan maskulin meletakkan uang duapuluh ribu di atas meja kasir.
"Nih, aku bantuin" "Bocah, kamu besok jangan kesini dulu ya, nabung yang banyak biar minggu depan bisa puas main" Ucap lelaki disebelah wanita bermata madu itu.
Lilian mebelalakan matanya dan pria itu hanya menjulurkan lidahnya layaknya potret einstein.
Remaja itu menatapnya dengan binar kagum dan penuh syukur "Makasih banyak kak! Minggu depan aku dateng lagi. aku bakal bawain pisang goreng buat kakak, balas budi gitulah hahaha."
"Hm, banyakin ya. Coklat dan keju kalau bisa" dengan cengiran, tambah pria tersebut.
Remaja sekolah tersebut mengangguk pergi dan menyisakan Lilian dan pria tadi. Membuat yang berhadapan untuk beradu tatap.
Mulut lilian sudah gatal sedari tadi untuk memberi seminar ceramah untuk pria tersebut, hanya saja mulut miliknya kalah cepat, terpotong oleh cibiran pria itu sendiri .
"Li bisih stip g sih"
"Liin kili gi isih di biyirin"
"Ipiin sih li"Cibir pria itu dengan bibir dan rahang bawah yang dimaju-majukan.
Astaga, betapa luar biasa dirinya karena dapat bertahan sebagai rekan satu shift dengan manusia di hadapannya ini, melihat betapa menyebalkannya reaksi pria itu saat lilian hendak memprotes sikap anak adam tersebut.
Namanya Ben, lengkapnya lilian tidak perna tahu dan tidak mau tahu. Laki-laki bermata hijau ini rekan satu shift-nya di warnet tempat ia bekerja, menurut lilian ben terlalu tampan untuk menjadi penjaga warnet walaupun warnet tempat ia bekerja ini adalah warnet tereksklusif di Ibu kota.
Ntah darimana asal usul bosnya itu bisa merekrut oramg seperti ben untuk bekerja dibawahnya.
Ben sangat dekat dengan bos mereka, ini sedikit aneh atau mungkin memang mereka kawan lama saja. Sangking dekatnya bahkan kadang lilian melihat ben memukul leher dan mencubiti lengan bosnya hingga biru secara terang-terangan, hebatnya lagi bosnya itu biasa aja.
Belum lagi habit-nya yang terbilang aneh.
Ayolah pegawai mana yang makan makanan siap saji setiap hari, melunasi hutang customer, memakai nike airforce yang berbeda-beda untuk bekerja setiap harinya dan memukuli bosnya sendiri pikir lilian.
"Lo tuh kerja buat apa sih? Tiap hari nutupin utang orang doang" kemudian jemari wanita itu menunjuk makanan-makanan sisa milik lelaki tersebut "terus, bisa gitu ya? Ga bangkrut-bangkrut padahal makanannya begituan?"
Ben mengabaikan perkataannya dan melanjutkan pekerjaan .
"Lain kali jangan dibayarin. Kebiasaan terus-terusan nanti"
Ia masih diabaikan, astaga apa sulitnya menjawab ya dan tidak pikir lily.
"Oi"
Pria itu tetap diam, bahkan menguap.
"Oiii"
"Cerewet" balas ben melangkah meninggalkan ruangan sambil membawa sapu dan sisa makanannya keluar. This guy really getting on my nerves since day one.
Alarm wanita itu berbunyi, sudah jam setengah empat. Lilian mengemas barangnya bergegas untuk pulang, ia harus mandi secepatnya dan sebersihnya karena hari ini ia punya tugas yang menurutnya.. bagaimana mengatakannya, 'special?'
wanita itu mengambil long dress berwana putih tulang yang ia pinjam kemarin sore dari loker. Gaun ini milik Kiara, sahabatnya sejak duduk dibangku SD.
Kiara Gouliera Wardjana, anak kedua dari keluarga wardjana. Kedua orang tuanya adalah Daniel radmillo Harta wardjana dan Abigail Viona Wardjana, salah satu keluarga konglomerat kaya yang berkutat pada industri teh.
Mungkin banyak yang bertanya bagaimana ia memiliki kedua sahabat kaya raya seperti kiara dan nicolas, mungkin lain kali ia akan menceritakannya.
Ia sangat beruntung karena Nicolas rela mengantarkan gaun ini jauh dari tempat tinggal kiara ketempat kerjanya disaat ia mengetahui hubungan kedua sahabatnya yang sangat ia sayangi sedang seperti kucing dan anjing.
"Oi cerewet. Nih jamu, louis yang beliin."
Hah? Sepertinya tubuhnya sehat-sehat saja dan bugar. Niat baik bosnya kadang memang sangat aneh, tapi ia tidak pernah menolak juga.
Di lain sisi lilian masih membisu karena bingung bagaimana ia hendak membawa helm, gaun dan jamu bersamaan. Namun lemparan botol jamu ben lebih cepat daripada tangkapan tangannya, alhasil jamu tersebut mengguyur dress putih milik kiara yang hendak ia pakai untuk bekerja nanti.
"FUCKING HELL BEN?! MY DRESSSS? I GOT WORK IN AN HOUR AND YOU HAVE TO RUIN IT NOW?! "
Ben yang dari kejauhan tertawa lepas melihat wanita bermata madu itu kewalahan. Muka kesalnya sangat menghibur kebosanannya.
Wajah lilian memanas, ia menahan amarah dan mencoba mengontrol emosinya. Ia sudah terlambat, lebih baik ia bergegas sekarang karena ia tahu that this is just another ugly prank from ben, but this one isn't funny at all.
Yang ia tahu, ia pasti akan membalas kelakuan ben hari ini. And next time, she'll do it better than him.
Lily membawa dirinya keluar melewati ben yang sedang bersandar di pintu keluar.
"You ugly freak. Awas aja lo akan gue cabik seluruh jordan lo" mendorong pria itu untuk menyingkir.
Ben hanya tersenyum sarkas dan meng-iyakan segalah kata-kata wanita itu. Jujur saja sangat menghibur menurut ben.
To be honest he thought she was fun,
cause honestly she could slap him with passion but she didn't.