"675, ini kamar lo"Ucap Ben pada Lilian yang kebingungan. Tentu saja wanita itu kebingungan, setaunya ia hanya akan menemani bosnya itu acara bukan tidur.
Ben membuka kamar Lilian kemudian mempersilahkan masuk wanita tersebut untuk melihat-lihat sekitar.
Suite room, wow.
"Untuk mempermudah lo, itu aja sih. Pak Gu, yang kenalan sama lo tadi di bawah udah menyiapkan segala kebutuhan yang bakal lo butuhin dari atas sampai bawah makanya beliau langsung memesan satu kamar saja."
Lilian hendak membuka mulut namun di celah lagi oleh Ben "nggak, gue gak akan tidur sama lo jika itu yang lo pikirkan. Gue masih beradab."
"Gue gak mikir gitu kok.."
Ben mentap luka dilutut Lilian kemudian menarik pergelangan tangan wanita itu untuk duduk. Ia mulai membuka-buka laci mencari kotak P3K.
"Lo ga perlu repot-repot, gue bisa sindiri" Lilian berkata, namun tak dihiraukan Ben
Pria tersebut mengambil air dan mengusapkannya pada luka Lilian, ia mulai meneteskan obat luka pada lutut wanita dihadapannya.
Lilian meringis, ia sedikit meremas bahu Ben.
Sentuhan Lilian dibahu Ben membuat pria itu tertawa kecil namun tak terlihat oleh wanita didepannya karena sibuka menahan perih
Ben sengaja semakin menekan-nekan kapas yg dipegangnya pada luka Lilian
"Aww! Lo mah sengaja"
Lelaki itu hanya tertawa kemudian bangkit berdiri membereskan kembali kotak P3K yang sudah tak dipakainya lagi.
"Ganti baju lo, heels and all the jewls "
"Pilih yang terbaik dan termahal sekalian dari semua pilihan yang dibawa Pak gu. Jam 6, gue tunggu di Lobby" Sambungnya.
Ben meninggalkan Lilian sendiri di ruangan itu, ia masih memandang kosong atap ruangan.
Ini sangat tidak masuk akal dan absurd menurutnya. Mulai dari gajinya yang kebesaran, mudahnya ia mendapatkan pekerjaan ini dan rekan kerjanya menjaga warnet yang tiba-tiba adalah seorang kaya raya.
Siapa sebenarnya laki-laki itu?
Tatapan matanya beralih dari atap ke lemari putih di sampingnya, ia membuka pintu lemamari tersebut dan mendapati beberapa busana.
Valentino, Lilian mengambil halter dress hitam valentino yang panjangnya mungkin menutupi mata kakinya.
Beralih kemeja rias Lilian sangat bingung sekarang, dirinya berhadapan dengan perhiasan. Ia mungkin saja teredukasi akan busana-busana terkenal dan mahal. Thanks to siapa lagi kalau bukan Kiara.
Kiara sering mengajaknya menemani wanita itu berbelanja, jadi Lily hafal.
Namun sekarang dirinya dihadapkan dengan perhiasan yang sama sekali ia tidak pandai memilih, memakai apalagi menjaganya.
she's literally clueless.
Tapi mau tidak mau Lily harus cepat, ia harus mengubah tatanan rambutnya dan melakukan retouch pada make upnya setelah ini.
Iya memilih anting berlian pear cut dengan emas putih, kemudian ia memilih cincin berlian yang sepasang dengan bentuk antingnya.
Lily menjatuhkan matanya pada gelang cartier berwarna silver yang ia yakin adalah emas putih, dan tentu saja ia tahu cartier nicolas pernah meminta sarannya saat membeli hadiah wanita-wanita yang pria itu kencani. Lily memasang gelang tersebut pada tangan kirinya yang kosong.
Sempurna. Sayang saja benda ini bukan miliknya.
Terakhir wanita itu melihat ke arah kanannya, ia langsung mengambil heels berwarna cream tanpa pikir panjang.