-Pulbar?-

7 1 0
                                    

"sesuatu hal yang
Sudah hilang. Maka berharganya
Ia akan amat terasa. "
_______________________________

Untuk kesekian kalinya Senja berhasil menemukan jawaban soal yang katanya sulit itu. Sore ini gadis itu masih sibuk mengerjakan soal-soal SBM yang masih sedikit dini untuk semester 3, yah.. Tidak salah bukan mematengkan otak dengan latihan soal dari sekarang.

Krek

"ah pake patah segala" ucap Senja bermonolog, kalau sudah seperti ini sudahlah. Ia beralih menengok ke sekeliling perpustakaan. 'kosong' itu yang ia lihat. Pasalnya hanya tinggal dirinya seorang disini, ia memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

Namun saat sedang sibuk membereskan seseorang memasukan sisa buku ke dalam tas Senja. Sontak Senja mendengak untuk melihat siapa seseorang dihadapannya ini.

"Jeje? " ucap Senja kepada seseorang di hadapannya.

"Senja? " ledek Jeje yang dibalas decakan malas Senja. "pulbar yu,Ja" lanjutnya. Senja mengerutkan keningnya, ia melirik tas jinjingan yang dibawa cowo itu. Ah iya sekarang kan Hari Kamis berarti cowo itu latihan basket.

"ya ya ya? " bujuk Jeje.

Senja beranjak dari kursinya, ia harus pulang bersama Pak Jo. Abangnya akan berpikiran macam-macam jika gadis itu pulang bersama teman cowonya. Kecuali jika Bang Rey mengenalnya, sedangkan yang dikenal Bang Rey hanya Arkan. Karena Senja pernah memperkenalkan sebagai pacarnya kepada abangnya itu. DULU.

"gue udah dijemput Pak Jo, Je. Makasi loh ajakannya, ati-ati ya lo di jalan. Duluan" ujar Senja. Gadis itu langsung berjalan cepat sambil menelpon Pak Jo agar menjemputnya di sekolah.

***
Senja memasang wajah kesal, ia sudah menunggu 1 jam lamanya di depan sekolah dan Pak Jo baru mengabari bahwa pria paruh baya itu tidak bisa menjemputnya karena sedang pulang kampung.

"gimana sih papih, masa lupa kalo Pak Jo kemarin ijin pulang kampung" gerutunya kesal. Ah terus ia sekarang harus bagaimana? Gadis itu sedikit menyesal menolak ajakan Jeje. Namun daritadi bahkan ia belum melihat cowo itu keluar dari sekolah. Senja masih duduk di halte, baru saja ia ingin memesan ojol dari handphonenya. Suara seseorang membuat perhatiannya teralihkan dari handphone.

"Lah,Ja? Pak Jo belum dateng ya? " tanya Jeje bingung. Senja masih dengan wajah betenya menggeleng pelan.

"yauda sama Jeje aja yu, gratis ini mah, Ja" tawar Jeje lagi, Senja memikirkan jawabannya. Apakah ia terima saja? Tapi kalo Arkan lihat bagaimana? Ah ga ga ga. Jeje mengerutkan alisnya melihat Senja menggelengkan kepalanya.

"gamau?? Kenapa? Gratis beneran ini mah ayooo gapapa" tawar Jeje tak bosan-bosan. Gadis di hadapannya pun mengangguk dan berjalan mendekati Jeje. Hal itu sontak membuat Jeje memasang senyumnya dan mengusap-usap jok belakang motor ninjanya. Jeje berkomat kamit sambil memegang jok belakang. Senja memasang wajah cengo.

Plakk!

"Awww" ringis Jeje. "kenapa gue dipukul sih maemunah? Sakit tau gak?!" lanjut cowo itu sembari mengusap lengannya yang langsung memerah.

"ya lo ngapain komat kamit gitu, mau disantet apa begimana nih gue? " jawab Senja ngegas. Jeje memasang cengir kudanya.

"gaklah mana tega gue, udah ayo buru naek udah sore" ucap Jeje. Senja pun nurut naik ke atas motor biru milik Jeje. Gadis itu sudah diatas motor Jeje, Jeje juga sudah diatas motornya. Namun Senja bingung kenapa motornya belum dinyalakan oleh si empunya.

"heh Je tolonglah ya gausa ngelawak ga lucu" ucap Senja, Jeje pun menengokkan kepalanya ke samping. Ia berkata dari balik helm fullfacenya yang kemungkinannya kecil akan terdengar.

S E N J ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang