THREE

44.1K 580 40
                                    

  Sesampainya mereka berdua di Apotek, ramai orang mengantri untuk mendapatkan obat. Namjoon segera mengambil nomor urutan yang sudah di sediakan di meja, Sialnya begitu banyak yang antri Namjoon mendapat Nomor urutan ke 156. Mereka berdua pun harus menunggu lama di ruang tunggu.

  "Seokjin, jika kau lelah berdiri aku akan mencarikan tempat duduk untukmu" . Namjoon segera mencari tempat duduk untuk sang pangeran, tapi malah Namjoon yang duduk di tempat itu.

  "Namjoon! Kau bilang akan mencarikan tempat duduk untukku?! Tapi kenapa kau malah yang duduk di situ?!" Kesal Seokjin mengomeli Namjoon dengan suara lantang hingga para pengantri menjadi gemas melihat kelakuan mereka berdua.

  "Aku memang mencarikan tempat duduk untukmu, tapi tempat kotor jadi kau duduk saja di pangkuan ku".

   "Tapi-" belum selesai ucapannya, Seokjin langsung di tarik dan terduduk di pangkuan Namjoon, se empuk apapun singgasana Raja lebih nyaman lagi kalau Seokjin bisa merasakan pangkuan hangat dari Namjoon.

  Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian para orang-orang, apalagi para fujoshi dan fudanshi dapat melihatnya asupan secara langsung. Orang-orang disana juga semakin gemas, ada juga yang mengabadikan momen NamJin dengan ponsel mereka.
.
.
.
  Sudah satu jam lebih berlalu, akhirnya nomor urutan 156 terpanggil. Namjoon ingin beranjak dari tempat duduk namun, melihat Seokjin tertidur pulas, Namjoon tak tega untuk membangunkan peri kecilnya. Dengan pelan-pelan Namjoon mengatur posisi Seokjin di tempat duduk supaya tidak terbangun.

  Namjoon segera menuju ke ruang administrasi untuk membeli obat.

  "Mbak, ada ga obat buat nipple?? Soalnya nipple kekasih saya bengkak gitu" tanya Namjoon dengan polosnya tanpa rasa malu dan berdosa.

  Apoteker tersebut sedikit terkejut mendengar ucapan Namjoon yang tak tau malu, tentu saja orang lain juga mendengar ucapan Namjoon juga.

  "Hm...biasanya obat itu untuk payudara wanita yang sedang menyusui, tapi mungkin boleh di coba juga untuk kekasihmu, kau mau obat salep atau obat kapsul?" Namjoon berpikir sejenak, jika ia memilih salep, mungkin butuh waktu lama bagi Namjoon jika salep nya sudah kering di nipple Seokjin. Namjoon berpikir jika rasa salep itu sangat aneh kalau sampai tersentuh lidahnya. Akhirnya ia memilih obat kapsul supaya tetap bisa mendapat nenen.

  "Aku memilih obat kapsul saja, lagipula siapa yang mau merasakan rasa aneh salep. Aku tidak mau waktu jatah nenenku tertunda" ucap Namjoon lagi tanpa memiliki urat malu. Apoteker tersebut kaget bukan main, ia langsung memberikan obat ke Namjoon. Dan segera Namjoon memberikan uang untuk pembayaran obat lalu pergi ruang tunggu untuk membawa Seokjin pulang.

  Namjoon menuju ke ruang tunggu, disana Seokjin sudah bangun dan tampak masih mengantuk. "Baby, ayo kita pulang. Aku sudah mendapatkan obatnya" ajak Namjoon sambil memegang tangan Seokjin.
.
.
.
.
.
  Setelah sampai di rumah, Namjoon menjelaskan tentang obat yang harus di minum Seokjin. Padahal Seokjin adalah tipe orang yang benci obat. "Kenapa membeli obat kapsul? Aku tidak suka obat, aku lebih suka yang berbentuk kapsul, karena aku tidak perlu merasakan pahitnya" tanya heran Seokjin dengan wajah penasaran.

  "Sebenarnya jika aku membeli salep untukmu, aku yg merasakan rasa aneh salepnya, aku tidak mau rasa nenen favorit ku berubah jadi aneh, aku pikir lebih baik membeli obat kapsul, walaupun kau meminum sesuatu yang pahit, Toh manisnya nen- maksudku wajahmu tidak berkurang sama sekali" ucap Namjoon terkekeh dengan perkataannya sendiri.
 
  "Sudah kuduga, ini pasti terjadi. Yasudah lupakan itu"

  "Baiklah sayang". Peluk Seokjin sambil memainkan perutnya dengan berkata "sangat kenyal~"

(Bletak!!)

  Satu pukulan Seokjin ke kepala Namjoon membuat Namjoon sadar kalau dia saja belum menikahi Seokjin, bagaimana bisa di sebut bulan madu. "Apa kau mengatakan kalau aku gendut ha?!" Omel Seokjin sembari mempuotkan bibir.

  "Iyahh, Maaf babyh..." Pinta manja Namjoon dengan puppy eyes nya. Dengan gemas melihat peri kecilnya ngedumel, Namjoon mengecup bibir Seokjin, tangannya merangkul dan mengelus-elus perut Seokjin dengan kelembutan.

  "Kenapa setiap kali aku marah kau selalu menciumku?!" Tanya heran Seokjin dan raut alis di wajah.

  "Habisnya kau sangat menggemaskan baby" senyum kekeh Namjoon bak iblis Jahanam. "Sudahlah, sekarang sudah malam, ayo kita tidur". Ajak Namjoon

  "Oke, good night". Namjoon mematikan lampu tidur dan segera menyelimuti tubuh mereka berdua dengan selimut, Seokjin tertidur pulas dalam pelukan Namjoon.

.
.
.
.
.
.
.
.
Sorry kalau ceritanya ga jelas:)
Voment yah:*

Nenen ; [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang