Sebelas

16.2K 452 9
                                    

Aluna pov

Aku membuka kedua mataku saat sinar matahari memasuki cela-cela jendela kamarku. Aku merasakan lengan kekar berada di pinggulku membuatku kesulitan untuk bergerak.

Aku menyingkirkan lengan itu dan turun dari tempat tidur. Sebaiknya aku membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menyiapkan keperluan mas Barra.

Setelah selesai membersihkan diri aku merasakan tubuhku begitu segar. Aku keluar dari kamar mandi masih dengan handuk yang membalut tubuhku dari atas dada sampai paha.

Aku berdecak pelan saat melihat mas Barra masih terlelap di atas ranjang. Lebih baik aku menyiapkan pakainnya dulu baru setelah itu aku akan membangunkannya.

Membuka lemari pakain itu yang pertama aku lakukan, aku mengambil setelan kerja mas Barra dan menaruh di pinggir sofa. Dan sekarang saatnya membangunkannya.

"Mas bangun, sudah pagi." Aku mengguncang bahu polosnya karena kebiasaan kalau tidur tidak pernah menggunakan baju katanya panas.

Mas Barra mengeliat, perlahan dia mulai membuka matanya. Setelah kesadarannya telah terkumpul mas Barra mengubah posisinya menjadi duduk.

"Pagi."

"Pagi mas. Ayo bangun udah pagi lho. Kamu kan harus kerja nanti bisa kesiangan."

"Tidak masalah kalau kesiangan. Kan saya bosnya."

"Eh tidak boleh begitu. Walaupun kamu bosnya kamu harus datang tepat waktu. Kamu itu harusnya jadi contoh yang bagus."

"Baik nyonya." Mas Barra mencubit hidungku membuat aku meringgis pelan.

"Mau kemana." Tanganku di tahan oleh mas Barra membuatku tertarik dan jatuh di atas pangkuannya.

"Mas apaansih. Lepasin deh aku mau ganti baju." Mengingat aku masih terbalut handuk.

"Bukannya kamu mau menggoda saya." Tangan mas Barra malah msngelus pahaku.

"Mas!" Aku memukul tangannya yang usil mengelus pahaku.

"Auw sakit."

"Tidak usah lebai deh. Masa di pukul gitu sakit."

Mas Barra terkekeh nendengar perkataanku. Dia memindahkan tubuhku di kasur kemudian tanpa kata mas Barra langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Aku pun beranjak dan mulai mengganti pakainku dengan dress selutut sederhana. Setelahnya aku keluar dari kamar menuju dapur.

Di dapur aku melihat mbok Ijah. sepertinya dia lagi sibuk.

"Pagi mbok. Ada yang bisa aku bantuin mbok."

Mbok Ijah menoleh setelah mendengar suaraku. "Pagi juga neng. Tidak usah neng. Sebentar lagi juga selesai kok."

"Beneran nie mbok."

"Bener neng."

"Oke." Aku mengganguk dan melangkah ke meja makan.

"Susu hamil kamu tidak di minum." Aku sedikit kaget mendengar suara mas Barra yang tiba-tiba.

"Mas Barra. Ngagetin saja sih." Ucapku.

What! Di JodohinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang