Maaf readers, author sibuk mikirin tugas plus masalah yang gak selesai-selesai. Sampai fanfic ini terbengkalai. Maklum, anak sekolahan. Ampun dah, gurunya galak ngasih tugas bejibun lagi. hadeeh.
Yaudah lah, langsung baca aja.
____________________________________
"Kathe, tunggu sebentar!"Kisara berlari tergopoh-gopoh. Mengejar si wanita merah yang berjarak beberapa langkah darinya. Heran melihat teman seperjuangan terburu-buru.
"Cepatlah! Dasar lambat!"
Katherina membalas kasar. Alisnya menukik tajam. Kisara lupa jika temannya sangat tidak sabaran. Ia meruntuk untuk kesekian kali. Bukannya menunggu dirinya menyusul, langkah Katherina justru bertambah cepat.
Setelah beberapa menit terlewati, Kisara akhirnya bisa menjajarkan dirinya dengan Katherina. Meski terdapat sedikit goresan akibat rantai pohon yang menyentuh kulitnya. Iris hijau melirik. Mendapati Katherina berekspresi yang jarang sekali ia lihat. Wanita merah itu tampak gelisah karena sesuatu. Meskipun mengenal lama Katherina, Kisara belum bisa menebak isi pikiran wanita itu. Segala tentang Katherina masih sulit untuk ia ketahui.
"Hei, Katherina..." wanita itu menoleh. Kisara menatap lurus netra crimson. Entah mengapa firasatnya tidak enak.
"...Bukankah Kau seharusnya menjelaskan masalah yang kau singgung tadi?"
Katherina menghela nafas,"Sebenarnya..."
***
"Ugh!"
Cairan merah menetes di tanah. Pemilik darah itu terlempar setelah menerima pukulan di perutnya. Lunark yang sedang dalam mode werewolfnya mencoba bangkit kembali. Manik fuchsia berkilatkan amarah. Pelaku utama keributan tersenyum remeh. Tetua pertama duduk di singgasana milik raja werewolf sebelumnya-Maduke. Disampingnya tetua kedua dan pria berbadan kekar yang berdiri menemani. Menyaksikan Lunark yang dihajar habis-habisan oleh manusia modifikasi union.
Sial.
Pandangan Lunark mengabur. Sekedar untuk bangkit berdiri saja, ia tidak sanggup. Petarung werewolf itu kehabisan tenaga. Otaknya memutar berbagai cara untuk mengakhiri semua tanpa melibatkan dua orang di belakangnya. Setelah peristiwa yang disebabkan oleh kaumnya sendiri. Lunark merasa tidak pantas menerima bantuan dari mereka. Terutama pemuda bersurai hitam legam itu.
Namun disisi lain mereka juga tak sanggup hanya berdiam dan menonton saja. Raizel sudah berjanji dari lubuk hatinya akan melindungi kaum sahabatnya. Maka dari itu bibir pucat terbuka. Mengucap nama seseorang yang langsung dipahami oleh empunya nama.
"Frankenstein."
"Baik, tuan." Pria yang lebih tinggi maju. Memasuki arena pertempuran. Sosoknya menarik perhatian musuh.
Semua manusia modifikasi yang tadinya melawan Lunark, kini menantang Frankenstein. Kelimanya menyerang dari satu arah. Wajah si pria pirang tetap tenang tanpa setitik ketakutan. Seringai mengerikan terlukis kala musuh semakin dekat. Tangannya mengarah ke atas.
"Dark spear!"
Guntur hitam keunguan turun diiringi ledakan energi. Sebuah tombak bermata dua berada digenggaman Frankenstein. Ia melepaskan kekuatan tombak pada tebasannya. Manusia modifikasi terkena dampaknya. Luka goresan terlihat di anggota tubuh masing-masing. Meski tidak terlalu parah tapi luka itu tidak hilang secepat luka yang lain.
"Mustahil," Tetua pertama tidak menyangka. Dark spear, benda yang diperkirakan menghilang. Saat ini ada di tangan orang asing dan ia mampu mengendalikan senjata itu.
"Ini tidak mungkin...aku yakin benda itu hanya mirip dengan dark spear." Sangkal Tetua pertama.
Tapi...tekanan energi ini..
"Kau.." mata biru memicing,"Siapa namamu?"
"Kau tak perlu tahu," Frankenstein menyahut. Ia kembali melawan beberapa anak buah tetua pertama yang berhasil bertahan dari serangannya. Prajurit tetua pertama dipukul mundur.
Tetua pertama geram. Kedatangan tamu serta senjata yang menyerupai dark spear diluar dugaan mengacaukan rencananya. Disisi lain ia belum tahu kemampuan macam apa yang dimiliki bangsawan bersurai hitam itu.
"Hayon," Tetua pertama berujar. Dilihatnya anak buah terkuat yang ia bawa sebelum mengangguk yakin.
"Hancurkan dia."
Pria kekar meninggalkan tempat berdiri. Berlari menuju Frankenstein yang menanti kedatangannya. Kedua pria berbeda fisik itu saling beradu. Melaksanakan misi yang diberikan oleh tuan mereka masing-masing.
***
Derap langkah menggema dalam ruang gelap. Melaju dalam kecepatan lamban. Di sisi kanan-kiri dijumpai alat-alat penelitian. Gemuruh keributan yang disebabkan oleh pertarungan terdengar sayup. Sosok itu tersenyum. Ia berhasil menyelinap masuk berkat ulah tetua pertama yang mengalihkan perhatian seluruh werewolves. Hanya ada beberapa yang ia temukan dalam bangunan ini. Dan untungnya, mereka bukanlah kelas petarung. Sehingga ia hanya perlu menidurkan mereka tanpa perlu melukai.
Sosok itu mendongak. Tabung pod hibernasi menjulang dihadapannya. Di dalamnya terdapat Pria bersurai putih melayang. Melawan gravitasi dengan air yang menyelimuti tubuhnya. Manik merah menyendu. Luka berupa lubang di dadanya menganga. Menunjukkan hasil tindakan yang pria itu peroleh dari peristiwa sebelumnya. Ia bawa tangannya untuk menyentuh kaca yang memisahkan mereka. Sebelum menutup kelopak matanya. Mencoba berkonsentrasi untuk beberapa waktu.
Sedikit demi sedikit air yang memenuhi kapsul berubah merah. Pria itu bereaksi. Ia menggeliat tidak nyaman. Raut wajahnya tampak kesakitan. Merasakan perih disekujur tubuhnya, terutama pada lukanya.
"Ugh...kuh..." erang pria itu. Ia semakin meronta. Seolah ingin menyingkirkan air itu darinya.
'Muzaka,' Sosok itu membatin. Memanggil nama pria itu berkali-kali.
'Tenanglah Muzaka...ini aku..'
"ukh.." rontaan Muzaka mulai berkurang. Hingga akhirnya ia mulai tenang. Rasa perih mulai menghilang. Muzaka merasakan tenang dan hangat dalam dirinya.
'Meski hanya mengembalikan sedikit kemampuanmu, kuharap ini dapat membantu.'
Iris merah muncul. Senyum lega mengembang. Sosok itu menatap lekat wajah Muzaka yang masih terpejam. Lalu mendorong dirinya untuk pergi dari sini dengan berat hati. Ia menghentikan langkahnya sebentar. Menoleh ke belakang, kembali melihat Muzaka. Tudung jubah yang ia pakai dilepas. Wanita bersurai putih itu masih setia berdiri menatap sang pria. Lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Disaat yang bersamaan, kelopak mata terbuka. Memperlihatkan netra kelabu yang setengah sadar. Muzaka memperhatikan sosok yang berjalan membelakanginya.
"Eriza?"
.
.
.
.
Tbc
____________________________________
Asem, akhiran macam apa iniii?!><
Author gak nyangka kepikiran ending kayak gini. Entah kenapa lewat gitu aja. Bayangin muka Muzaka yang setengah sadar plus itu kyut banget.#ditabokgarda.
Btw, ini author kerjain sambil dengerin lagu mama-nya EXO.#infogakguna.
Readers yang kusayangi. Komen, ya. Aku cuma pingin tau tanggapan dari kalian. Puaskah atau belum. Mungkin kalau ada yang kurang nanti author perbaiki lagi.
Sampai jumpa di next chapter!
AN : Writer block-nya author masih kumat. Wajar kalau ceritanya lebih pendek.
![](https://img.wattpad.com/cover/194627394-288-k364899.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
War Of The World
Fanfic[ slow update ] Tak berselang lama Cadis Etrama Di Raizel terbangun dari tidurnya. ia harus berhadapan dengan berbagai permasalahan yang tak henti-hentinya datang. Ia bersama pelayan setianya bernama Frankenstein, tiga manusia modifikasi yang berpih...