43

17 4 1
                                    

Sudah cukup lama Aurel dan Satria mengelilingi Mall, sampai akhirnya kaki kakak beradik tersebut lelah untuk terus berjalan dan memasuki semua toko disana.

"Istirahat dulu boleh gak? Kaki gue udah capek.." ucap Aurel seraya memegang kakinya.

"Ayok! Gue juga sama, lagian lo nyari boneka aja ribetnya minta ampun elah,"

"Yang ngajak buat jalan-jalan siapa?"

"Iya iya gue yang salah, kalau debat sama lo yang ada kaki gue yang bagus ini makin pegel, ayo cari makan."

Decakkan terdengar dari Aurel yang ditinggalkan disana, sedangkan Satria sudah berjalan terlebih dulu tanpa menunggu adik kesayangannya itu. Dia tidak ingin mendengar Aurel terus marah-marah, karena itu akan merubah emosi Aurel kembali.

Langkah mereka memasuki sebuah tempat makan yang sudah terkenal dengan ayam nya, sudah sejak kecil mereka berdua memang menyukai tempat ini, bahkan saat itu mereka selalu menyempatkan waktu untuk sengaja datang kesini.

"Udah lama gak kesini, gak ada yang berubah kecuali karyawan yang terus nambah.." ucap Aurel sambil memandangi tempat mereka duduk sekarang.

"Ada kok yang berubah,," Satria menggantungkan ucapannya membuat Aurel bertaut.

"Apa?"

"Umur kita berdua yang udah bertambah, pasti orang bakal nyangka kita pacaran,"

"Dih, ogah gue. Mending sama Faiz," jawab Aurel sarkas.

Satria hanya terkekeh karena mengakui adiknya ini memang enggan jika harus bermesraan dengan kakaknya. Namun itu bukan menjadi masalah baginya, karena kekasih dari Aurel sudah sangat terjamin.

"Eh, kalau sewaktu-waktu Faiz ninggalin gue, gimana ya?" Tanya Aurel tiba-tiba.

"Lo mau mesen apa?" Tanya Satria mengalihkan pembicaraan, "kaya biasa?"

Aurel mengangguk, "gue serius, Sat." Nampak wajah cemas dari adik nya tersebut membuat Satria tidak bisa mengalihkan topik lagi.

"Gue gaakan tinggal diem," jawab Satria.

"Tapi kan, dia temen lo juga. Masa sih lo bakal berantem sama dia cuma gara-gara dia gak sama gue lagi,"

"Rel..." Ucap Satria lembut.

Aurel mengadahkan pandangannya, dan tersentuh melihat tatapan Satria yang lembut tersebut. "Kenapa?"

"Aurel.." ucapnya lagi.

"Apa sih elah," aurel mulai kesal.

Satria terkekeh lalu mengacak rambut Aurel, seperti biasa Aurel hanya berdecak sebal.

"Nah gini dong, Aurel galak bukan Mellow." Ucap Satria, "gue gak bilang bakal berantem kan? Gue cuma bakal cari tau apa alesan Faiz kalau sampai ninggalin lo, kalau alesan itu emang masuk akal, gue gak bisa apa-apa kecuali bikin lo bahagia lagi tanpa dia," jawaban Faiz kurang menjawab pertanyaan Aurel.

"Kok lo gak bikin perhitungan sama dia sih?"

"Aurel, kalau emang suatu saat Faiz bukan yang terbaik buat kamu, terus kamu bakal maksain dia buat terus sama kamu? Kamu egois kalau gitu...." Ucapan Satria mulai serius, "gue gaakan ikut campur terlalu dalam buat hubungan kalian, gue cuma bakal pastiin adik gue baik-baik aja, beda cerita kalau Faiz yang nyakitin lo. Gue gaakan tinggal diem,"

"Tumben bener," jawab Aurel.

"Kenapa lagi?"

"Tumben serius kaya gini, jadi sayang deh..." Ucap Aurel tersenyum namun singkat sehingga Satria kesal sendiri melihatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lanjutan StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang