3

102K 2.5K 149
                                    

Tidak mungkin Luna salah alamat tujuan karena ia sudah menggunakan jasa taksi, dan pengemudinya tidak mungkin salah alamat. Nyatanya, pengemudi itu seakan mengenali alamat yang Luna tuliskan dalam secarik kertas yang diberikannya di awal tadi.

"Oh, Tuan Diedrich?" kata pengemudi itu setelah membaca kertas yang diberi Luna.

"Bapak mengenalnya?" tanya Luna pada pengemudi paruh baya itu.

Sebuah tawa terlepas dari pengemudi itu, membuat Luna makin dibuat bingung.

"Tuan Diedrich adalah salah satu donatur tetap yayasan sekolah anak saya. Jika bukan karena beliau, mungkin saya akan kesulitan membayar uang sekolah yang mahal," jawab pengemudi tadi.

Oh, kini klien Luna adalah seorang dermawan.

"Tapi beliau tidak pernah mau datang ke acara yayasan seperti donatur lain, Bu. Saya hanya tahu rumahnya karena rumahnya adalah rumah terbesar di kompleks itu. Di wilayah sini, semua sepertinya tahu siapa Tuan Diedrich," lanjutnya.

Biar Luna ralat. Kliennya kali ini adalah seorang dermawan misterius yang memiliki rumah terbesar di kompleksnya.

Mobil berhenti di depan rumah yang memang terbesar di kompleksnya. Mendirikan rumah sedikit lebih besar di kompleks yang penuh dengan rumah ukuran sederhana memang bisa menjadi cara untuk dikenal banyak orang. Rumahnya tidak sebesar yang diceritakan pengemudi taksi, tidak seperti mansion yang ada di bayangan Luna. Jika rumah lainnya hanya menempati satu petak tanah yang ditentukan oleh perusahaan real estate, maka rumah milik kliennya ini mungkin menempati dua petak tanah.

"Sudah sampai, Bu," kata pengemudi itu, memecahkan lamunan Luna tentang rumah kliennya.

Astaga, Luna. Mengapa malah memikirkan rumah kliennya?

"Terima kasih, Pak," kata Luna sembari menyodorkan uang beberapa lembar pada pengemudi itu sebelum kemudian keluar.

Beberapa saat ia berdiri di depan rumah kliennya. Ia bahkan sampai tidak menyadari kalau taksi tadi sudah pergi. Rumah kliennya benar-benar bukan seperti rumah yang pernah ada dalam gambarannya. Rumahnya tidak mewah, namun terlihat megah. Ia pernah memiliki klien seorang selebriti, dan rumahnya sama sekali tidak membuat Luna terkagum seperti saat ini.

Tombol bel yang menempel di tembok pagar dipencet oleh Luna dua kali. Ia sudah mengirimkan pesan pada kliennya itu sebelum berangkat. Pastilah kliennya bisa menebak jika yang memencet tombol adalah Luna. Pandangan Luna mengintip ke apa yang ada di balik pagar. Hanya garasi berisi dua mobil dan kolam ikan koi di dekat tangga menuju pintu masuk yang ternyata berada di lantai atas. Lantai dasar hanya diisi garasi, beberapa tanaman dan kolam ikan koi.

Benar saja, dari pintu masuk yang terletak di lantai dua itu muncul seorang pemuda yang wajahnya tidak asing lagi. Ia pernah melihat wajah itu di pasfoto di dokumen identitas kliennya. Bedanya, kali ini ia mengenakan kacamata.

"Tunggu sebentar," katanya pada Luna yang gagal fokus pada celana pendek dan kaos oblong warna putih yang dikenakan pemuda itu. "Kau pasti Luna?"

Luna tersenyum seraya mengangguk.

Setelah pintu pagar dibukakan, Luna dipersilakan masuk olehnya. Ia memimpin langkah menuju lantai atas. Seusai menaiki beberapa anak tangga dan tiba di pintu masuk, Luna disambut oleh ruang tamu yang tidak ada bedanya dengan ruang tamu yang pernah ia lihat sebelumnya. Hanya saja letak ruang utamanya berada di lantai kedua. Namun semua tampak tertata, tidak ada space yang tidak terpakai atau berlebihan.

carry my baby, baby [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang