5

106K 2.3K 165
                                    

Jika saja tidak ada revisi desain dari klien kepada tim kontraktor, mungkin sore tadi Keenan sudah tiba di rumah dan beristirahat. Seharian penuh ia memimpin anak-anak magang di tempatnya bekerja untuk memperbaiki desain sesuai permintaan klien. Keenan punya hubungan cinta dan benci dengan proyek besar. Jauh sejak ia kuliah S1 dulu. Proyek besar berarti banyak emosi dan energi yang terforsir, ia bisa tidur dua atau tiga jam dalam sehari. Penghasilan dan bonus yang diterima tentu tidak tanggung-tanggung, tapi tentu akan hangus beberapa bagiannya untuk mengganti biaya pengobatan di dokter karena kelelahan atau liburan.

Malam ini sepertinya akan ia habiskan untuk lembur. Ia tidak bisa mempercayakan keseluruhan proyek besar pada anak-anak magang. Jiwanya terlalu perfeksionis. Reputasinya sebagai konsultan arsitektur interior bisa terganggu jika hasil kerja anak-anak magang tidak sebaik yang bisa ia hasilkan. Namanya yang akan ditaruhkan.

"Ini revisi terakhir," kata Keenan tegas pada salah satu anak magang yang entah namanya siapa. Keenan bukan penghapal nama yang baik.

Anak-anak magang itu tentu tidak nyaman berada di bawah tekanan Keenan dan sisi perfeksionisnya yang muncul tiap kali menghadapi proyek baik besar maupun kecil. Rahang Keenan bisa mengeras dan matanya seakan melirik dan mengupas habis-habisan jika ada yang melakukan kesalahan ketika presentasi di hadapan klien atau kesalahan yang lain. Keenan seakan menuntut semua pekerjaannya tanpa celah.

Sebuah pesan yang masuk di ponselnya malam ini sepertinya akan membuatnya memasrahkan revisi desain pada anak-anak magang.

From: Luna Ziegler
Selamat 12 minggu!

Jika Luna tidak memutuskan mengirimkan sebuah foto dirinya pada Keenan malam ini, mungkin Keenan masih memilih menetap di kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika Luna tidak memutuskan mengirimkan sebuah foto dirinya pada Keenan malam ini, mungkin Keenan masih memilih menetap di kantor. Tapi Luna justru memilih mengirimkan swafotonya di depan cermin. Dengan tangannya menyangga perutnya yang mulai membuncit, menunjukkan anak Keenan yang tumbuh sehat di rahimnya. Luna mengenakan dress pendek di atas lutut, menunjukkan tangan dan kakinya yang sudah lama tidak disentuh Keenan. Leher perempuan itu juga tampak di foto, seakan mengundang Keenan untuk menciumi daerah itu.

Buru-buru Keenan membalas pesan Luna. Kamu di apartemen? Aku segera ke sana, begitu ketiknya.

Persetan pada jarak berkilometer yang harus Keenan tempuh. Persetan dengan revisi desain yang baru 75% jadi.

"Revisi ini tanggungan kalian. Jangan sampai mengecewakan," ucapnya sebelum berlalu pergi, tidak memberitahu alasan perginya atau berpamitan.

Sepanjang perjalanan menuju apartemen Luna, matanya berkali-kali mencuri pandang pada map merah berisi dokumen yang selalu ditolak teman-teman perempuannya. Semoga saja Luna tidak begitu. Semoga saja hubungan ranjang yang mereka lakukan beberapa kali sejak hari pertama mereka berjumpa bisa membuat Luna mau.

Berbicara tentang hubungan ranjang, mereka sudah melakukannya lebih dari yang bisa keduanya hitung. Suatu waktu Luna bisa saja meminta Keenan datang ke apartemen, atau muncul di depan rumah Keenan. Bisa jadi Keenan yang datang ke apartemen Luna atau menjemput Luna untuk ke rumahnya. Luna tidak pernah menolak, bahkan seringkali mengajak terlebih dulu.

carry my baby, baby [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang