Bagian 11.

2.4K 181 43
                                    

'Suatu hari seseorang akan datang untuk membuatmu percaya bahwa yang patah dan berantakan bisa direkatkan dan disambung ulang'

Ketika harum khas obat-obatan memasuki indera penciumannya, Nadila mulai membuka matanya yang masih sangat berat. Hal pertama yang Nadila rasakan adalah sakit kepala yang amat sakit, ia benar-benar tidak ingat apa yang terjadi padanya sehingga sakit kepalanya seperti di tusuk benda tumpul.

Nadila merintih saat merasakan tubuhnya juga ikut terasa sakit, sakit yang tidak biasa.

"Udah bangun? Gue kira mati tadi."

Suara itu? Nadila seperti de jevu, ia pernah mendengar kata itu ketika ia masuk rumah sakit karna ulah kakak kelasnya. Iyaa suara itu milik sang kakak— Nabila yang sudah satu tahun menghilang.

"Kak Bila?" panggil Nadila dengan perlahan menoleh ke asal suara itu.

Dan benar! Di samping brankarnya kini ada kakaknya yang sangat Nadila rindukan.

"Kak Bila? Ini seriuskan? Lo Nabila Agatha kan?" tanya Nadila yang masih tidak percaya dihadapannya ini benaran Nabila.

"Seriusan apaan si?! Iya ini gue. Kenapa si lo ngga pernah bisa ngurus diri lo sendiri? Gue bilangin Dil, kalo bukan lo yang menyelamatkan diri lo ya siapa lagi? Jangan suka nyakitin diri sendiri deh." omel Nabila membuat Nadila mengerjabkan matanya berkali-kali seakan meyakinkan jika di hadapannya beneran sang kakaknya.

"Cacingan lo?! Gue lagi ngomong bukannya di dengerin malah merem melek." sentak Nabila membuat Nadika tersenyum senang. Tapi hanya sesaat, sebelum Nabila menjauhkan tangannya ketika Nadila ingin menyentuh tangan kakaknya itu.

"Kak gue kangen. Gue ngga bisa apa-apa semenjak lo ngga ada, nyali gue ilang kak." eluh Nadila yang air matanya sudah mengembang.

"Karna lo selalu tergantung sama gue sama Arga, Dila. Mulai detik ini, lo harus bisa ngadepin apapun sendiri Dil. Keberuntungan ngga selamanya ada di pihak lo, jadi mulai sekarang lo harus mempertebal benteng lo agar semakin kuat. Ingat kata-kata gue ini, maupun gue jauh dari lo, gue tetep akan melindungi lo, dan lo harus percaya itu."

"Gue mau banget percaya, tapi gue ngga bisa. Gue ngga bisa percaya kalau lo sendiri aja selalu menghilang entah kemana, kita semua butuh lo Kak. Selama ini lo kemana aja? Selama setahun lo dimana?"

Untuk pertama kali dari sekian lama, Nadila akhirnya dapat melihat senyum menenangkan Nabila. Bukannya menjawab pertanyaan Nadila, Nabila malah tersenyum sambil menarik bangku yang ada di samping brankar Nadila untuk menjauhkannya sedikit dan lalu ia duduki.

"Gue ada di diri lo sama Arga Dil, gue ngga kemana-mana. Percaya sama gue, saat lo bisa menerima keadaan dan kembali seperti Nadila yang dulu, si pembuat onar. Lo pasti merasakan kehadiran gue di diri lo."

"Tapi--"

"Udahlah, lo baru sadar jangan banyak omong. Gue mau keluar dulu sebentar," ijin Nabila yang langsung mendapatkan teriakan dari Nadila.

"NGGA! NGGA BOLEH." Teriak Nadila histeris, ia tidak ingin di tinggalkan oleh Nabila lagi.

"Gue cuman keluar Dil, ngga kemana-mana. Antares juga dikit lagi balik, dia lagi ke kantin bentar buat makan."

"Ngga! Kak gue mohon, jangan pergi lagi. Gue mohon Kak pliss." mohon Nadila yang kini air matanya sudah membanjiri pipi merahnya.

"Gue ngga pergi, gue cuman keluar sebentar. Alay banget lo! Kaya gue mau kemana aja si. Sejauh-jauhnya gue pergi, lo sama Arga lah tempat gue pulang Dil." Nadila masih keukeh menggelengkan kepalanya tidak ingin kakaknya pergi.

YOUR MY SUNSHINE [Lengkap]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang