Bagian 15.

2K 167 17
                                    

"SELESAI!!!" Teriak Nadila ketika keluar dari kelasnya.

Akhirnya, tepat hari ini ujian semesteran selesai. Hari yang Nadila tunggu-tunggu sejak awal mulai ujian senin kemarin. Selama kurang lebih seminggu, otak Nadila dipaksa bekerja dan hal itu membuat Nadila sempat demam kemarin karna kebanyakan berfikir. Yatuhan kapasitas otak Nadila hanya 2 GB dan kemarin dipaksa masuk 4 GB bagaimana tidak panas otak Nadila.

Keadaan Nadila kini sudah jauh lebih baik, tidak ada lagi kursi roda atau tongkat yang membantunya berjalan. Hanya saja pergelangan kakinya masih harus di perban dan Nadila dianjurkan tidak boleh berdiri lama-lama, tapi menurut Nadila itu lebih baik dari pada harus bersusah payah pakai tongkat.

Sekarang Nadila sedang berada di depan kelas dengan pandangan menyapu bersih koridor sekolah seperti mencari sesuatu. Pandangan Nadila berhenti ketika tidak sengaja melihat dua insan yang sedang berbicara serius dengan selembar kertas di tangan salah satu orang itu. Entah ada magnet atau apa, orang yang sedang Nadila perhatikan tiba-tiba menoleh ke arah Nadila dan syukurnya sedetik orang itu melihat ke arah Nadila, bahu Nadila di tepuk oleh seseorang dari belakang membuat Nadila langsung menoleh kearah si pelaku.

"Elo Za, kenapa?" tanya Nadila ketika tahu kalau Liza yang menepuk bahunya.

"Baru jam 10 nih, main yukk. Lagi males dirumah gue," ajak Liza dengan wajah memohon.

"Bukannya ngga mau Zaa, gue ada janji sama Om Rendy Megantara buat neken kontrak di butiknya."

Liza menghela napas panjang. "Yaudah gue ikut kek, lo sama siapa kesananya?"

"Sama Arga,"

"GUE IKUT! FIX GUE IKUT!" Seru Liza heboh membuat siswa yang sedang lewat memandang gadis itu dengan aneh.

"Bawa motor kayanya abang gue, mau cengtri?"

Tiba-tiba wajah berseri-seri Liza terganti dengan wajah datar khas cewek itu, Nadila melihatnya hanya bisa menahan tertawa. Yaa bagaimana lagi? Kalau Arga membawa mobil ia akan ajak Liza bahkan Nazwa. Lah ini abangnya sedang membawa motor, ya kali ia harus memaksakan gonceng tiga, ih belum dijalaninnya saja Nadila sudah ilfeel, Nadila bukan cabe-cabean yatuhan.

Dengan lembut Nadila menepuk pundak Liza, lalu ia menarik tangan sahabatnya itu untuk masuk kembali ke dalam kelas dan menghampiri Nazwa yang baru saja ingin keluar kelas.

"Waaa!" panggil Nadila membuat Nazwa berhentikan langkahnya dan menunggu Nadila sampai di hadapannya.

"kenapa?" tanya Nazwa malas-malasan.

Jika kalian nyangka Nadila tidak tahu masalah Liza dan Nazwa, kalian salah besar. Liza yang emang orangnya terbuka, setelah pulang sekolah ketika ia habis beradu argumen dengan Nazwa waktu itu ia langsung kerumah Nadila dan menceritakan semuanya.

Mendengar itu Nadila hanya bisa menggelengkan kepala sambil bersyukur di dalam hati, yaa setidaknya ia mempunyai dua sahabatnya yang sangat amat menyayangi dirinya sampai bisa memperdebatkan hal yang terbaik yang harus mereka lakukan ketika dirinya sedang sedih.

Hubungan Liza dan nazwa memang belum membaik hingga sekarang, kalau Liza sudah biasa saja hanya saja Nazwa yang sulit untuk bersikap biasa pada Liza seperti biasanya. Nadila padahal sudah bilang jika dirinya baik-baik saja dan ngga akan melakukan hal yang ada di dalam pikiran Nazwa, tapi Nazwa tetap Nazwa keras kepalanya tidak pernah hilang.

"Waa, main yukk?" ajak Nadila yang tidak langsung di jawab oleh Nazwa. Gadis itu hanya diam sambil menatap Nadila dan Liza bergantian lalu membenarkan tasnya.

"Ngga ah males, lo berdua aja."

Setelah itu Nazwa berjalan melewati Nadila dan Liza untuk keluar kelas. Dua gadis ini hanya pasrah melihat tingkah Nazwa yang seperti itu.

YOUR MY SUNSHINE [Lengkap]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang