Bab 9. Gracio Dimata Shani

1K 101 12
                                    

Akhir-akhir ini Gracio menjauhi ku.

Aku bukan tipe orang yang terlalu percaya diri apalagi kegeeran. Tapi mengingat betapa dekatnya kami beberapa waktu lalu membuat ku sadar bahwa Gracio memberi jarak kepada ku. Aku tidak tau apa maksudnya tapi aku yakin dia menyukai ku. Lalu kenapa dia menjauh? Oh, ini benar-benar membuat ku pusing.

Sebelum itu. Hai! nama ku Shani. Shani Indira Natio. Sekarang aku sedang sibuk memperhatikan Gracio dari balik meja kerja ku. Dia berdiri disamping kursi milik Boby, dan Boby duduk di kursinya sambil mengetik.

Gracio.. salah satu karyawan kantor yang sejujurnya membuat ku sangat tertarik. Dia pintar, kreatif dan tidak seharusnya hanya menjadi seorang writer. Dan.. dia juga lucu.

Gracio tiba-tiba mengangkat wajahnya lalu menatap ku. Mata kami bertemu, dia tersenyum, senyum jahil yang selalu membuat jantungku berdegup tak karuan. Aku berdehem pelan dan kali ini Boby juga menoleh kearah ku

"Kenapa, Shan?" tanya Boby

"Oh, enggak!" jawabku cepat "Aku lagi batuk.. uhuk uhuk.."

Hanya kata "Oh" yang diucapkan Boby sebelum dia kembali sibuk dengan komputernya. Sedangkan Gracio.. dia terkekeh pelan dan senyum jahil masih menghiasi wajahnya.

"Yo, lu nanti jadi liputan buat festival kebudayaan?"

Boby bertanya kepada Gracio yang hanya dijawab gumaman olehnya. Aku tidak bermaksud mencuri dengar pembicaraan mereka, tapi suara Boby terdengar begitu keras.

"Sama siapa?"

"Anin"

Tanpa sadar aku berdecak kesal mendengar nama Anin. Boby dan Gracio menatap kearah ku, sepertinya decakan ku terlalu keras. Aku tertawa canggung kepada mereka, "Sorry, komputer aku lagi eror"

"Oh, biar aku benerin" tawar Gracio dan langsung ku tolak dengan cepat.

"Gak pa-pa kok! Ini udah jalan hehe" jawabku lalu berpura-pura sibuk dengan komputer yang hanya menampilkan desktop tanpa membuka software apapun

"Lu liputan jam berapa?" tanya Boby lagi

"Jam lima, kenapa? Tanya doang nggak bantuin lu"

"Yee, ntar gue mau ngajak Shania kesana dodol. Biar barengan maksud gue!"

"Wah, jangan deh" tolak Gracio "Daripada bumi gonjang ganjing"

"Apaan sih" Boby mendorong tubuh Gracio pelan. Gracio tertawa mengejek lalu kembali ke kursinya dan mulai sibuk dengan pekerjaan nya. Aku mengembungkan pipi dengan kesal. Dia bahkan tidak mengajak ku untuk liputan bersama. Huft.

-----

"Loh, Shani"

Aku menoleh dan melihat Boby berlari kecil sambil membenarkan letak slingbag nya.

"Tumben balik sore?"

Aku menekan tombol turun lift sembari menjawab, "Iya, lagi pingin pulang cepet aja"

"Oh" Boby terlihat berkali-kali membuka kunci ponselnya, seperti menunggu kabar dari seseorang.

"Kenapa, Bob?"

"Ini. Istri gue.. katanya mau ikut ke festival kebudayaan tapi nggak bisa dihubungin"

"Kamu mau kesana?" tanya ku padahal sebenarnya sudah tau dari hasil menguping tidak disengaja tadi siang.

"Iya" jawab Boby

Pintu lift terbuka, kami masuk kedalam lalu aku menekan tombol P1 menuju parkiran.

"Shani nggak kesana?" tanya Boby yang ku jawab gumaman tanpa sadar

"Nggak diajak Cio?"

"Oh.." aku sedikit gelagapan menanggapi pertanyaan Boby "Enggak. Kan dia udah ada rekan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menuju Kepala TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang