Part I : Hinata x Jimin

1.3K 98 30
                                    

RATE : T

WARNING (s) : Menyebabkan kekesalan, kemarahan dan mual disertai muntah karena keGAJEan ceritanya :'-D

.

.

.

.

.

.

SELAMAT MEMBACA! 

JANGAN JADI SILENT READER DONG!

VOTE & COMMENT!

xxx

Hanya dengan melihatnya saja aku sudah merasa bahagia. Melihat senyumannya hatiku menjadi hangat. Ia terlihat seperti seorang Park Jimin yang biasanya. Ramah, baik hati, selalu tersenyum dan lucu.

Syukurlah. Setelah semua yang terjadi ia masih berada disini, di dunia ini. Aku sangat bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan kesempatan hidup untuknya. Meski harga yang harus kubayar sangatlah besar. Tak masalah, asalkan ia masih ada di dunia ini untuk memberikan kehangatan, kebaikan dan senyumannya pada semua orang.

Dadaku merasa sesak. Air mata yang sedari tadi berusaha kutahan sedikit demi sedikit mulai menggenang di pelupuk mataku. Kini aku telah berdiri tepat di hadapannya. Senyuman manisnya yang pertama kali menyambutku.

"Halo. Terimakasih sudah datang. Siapa namamu?"

Suara lembutnya menyapa indera pendengaranku. Oh, betapa aku sangat merindukannya. Semua yang ada pada dirinya. Aku ingin sekali menyentuh wajahnya, memeluk tubuhnya, mendengarkan nyanyiannya. Namun hal itu tak mungkin dan tak akan pernah terjadi lagi.

Kini semua telah berubah. Tak lagi sama seperti dulu. Aku dan ia hanyalah seorang idola dan penggemar biasa. Menyadari hal itu dadaku kian sesak, sangat sakit hingga membuatku ingin menangis sejadi-jadinya.

"A-aku penggemar beratmu." Entah mengapa kalimat itu yang keluar dari mulutku. Kedua mataku tak bisa lepas darinya. Terus menatapnya seolah tak ada hari esok.

"Ah, benarkah? Terimakasih. Jadi siapa namamu?" Ia masih tersenyum ramah. Bersiap menuliskan namaku di Album Wings yang telah ia tandatangani.

Bahkan ia bertanya siapa namaku. Bodoh sekali. Tentu saja ia tak akan mengingatnya. Ia tak akan ingat padaku, pada semua hal yang telah kami jalani selama ini. Kini aku hanyalah orang asing baginya.

"Jangan menangis! Aku paling tak bisa melihat seorang gadis menangis." Tangannya mengusap pipiku yang telah basah oleh air mata.

Sejak kapan aku menangis? Aku tak menyadarinya sedikitpun. Ini terlalu berat untukku. Aku tak bisa terlalu lama berada disini. Aku harus segera pergi sebelum terlambat. Aku tak mau membuat kekacauan disini.

"Ma-maaf." Suaraku serak. Bergetar menahan tangis yang seolah ingin mendobrak keluar. "A-aku hanya terlalu bahagia bertemu denganmu." Bibirku mengembangkan sebuah senyum seperti orang bodoh yang berusaha terlihat baik-baik saja meski pada nyatanya tengah terluka.

"Aku juga bahagia bisa bertemu denganmu. Terimakasih sudah sangat mencintaiku dan selalu mendukungku setiap waktu." Ia mengacak rambutku lembut tanpa pernah melepaskan senyumannya.

Cukup sudah. Aku tak bisa mengontrol diriku lebih lama lagi. Air mataku bahkan terus keluar tanpa bisa dihentikan.

"I-ini untukmu. Terimakasih atas waktunya dan selamat tinggal." Terburu-buru aku memberikan tas kertas berwarna coklat yang ada di tanganku padanya. Membungkukkan tubuh sebagai tanda perpisahan. Segera berlari menjauh dari tempat ini. Tak mempedulikan teriakkan seseorang yang menyerukan namaku dari belakang.

"Hyung?"

"Jimin-ah?

"Jiminie?"

"Kau tak apa-apa, Jimin-ah?"

Ya ampun. Apa yang telah aku lakukan? Di tengah kegiatan yang tengah kujalani sempat-sempatnya aku melamun. Bahkan aku mengabaikan semua orang yang berada di sekitarku. Atensi dan pikiranku kini diambil alih olehnya. Gadis aneh yang mengaku penggemar beratku namun entah apa alasannya ia malah berlari pergi begitu saja tanpa memberitahukan namanya padaku.

"Aku tak apa-apa." Ujarku meyakinkan mereka agar tak khawatir.

Ada sesuatu yang sangat mengangguku. Melihatnya menangis membuat hatiku tak nyaman. Entahlah ini membingungkan. Aku tiba-tiba saja merasa sangat sedih dan terluka. Kepalaku mendadak nyeri tak tertahankan seolah akan meledak. Aku meremas rambutku kuat-kuat, berharap rasa sakit ini menghilang. Namun yang terjadi selanjutnya memburuk. Penglihatanku memburam, kesadaranku mulai hilang dan akupun tak ingat apa-apa lagi setelahnya. Semua gelap dan sunyi.

Jaga dirimu! Jaga kesehatanmu! Jangan terlalu keras berlatih. Kau harus memperhatikan dan menyayangi tubuhmu. Apapun yang terjadi, apapun yang menimpamu, apapun yang kau alami, kau harus tetap kuat dan tegar. Jangan pernah berubah! Selalu jadilah dirimu sendiri apapun yang terjadi. Jangan membuatku khawatir lagi. Berbahagialah dan nikmatilah hidup ini! Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Aku akan sangat terluka jika melihatmu bersedih, jadi kumohon tetaplah hidup dengan bahagia. Aku yakin kau akan selalu hidup bahagia karena di sekelilingmu terdapat banyak orang baik. Terimakasih karena kau telah terlahir di dunia ini. Aku sangat bahagia. Aku akan selalu mencintai dan mendukungmu, Park Jimin. Selamanya.

~Hyuuga Hinata~

.

.

.

.

.

.

.

.

[A/N:]

Aku tahu ceritanya gantung dan gak jelas banget wkwkwk...

Cuma mau membiarkan kalian para pembaca berimajinasi lebih dalam dan mengembangkan ceritanya dalam benak masing-masing :-D

Kira-kira ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi? Hayo tebak! XD

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian! Vote & Comment!



HINATA's LOVE STORY WITH BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang