RATED : T
WARNING (s) : AU, TYPO, OOC may be, EYD, and many others
.
.
.
.
.
.
JANGAN JADI SILENT READERS DONG! :-(
HARGAI KARYA AUTHOR DENGAN VOTE & COMMENT! XD
.
.
.
.
"Besok aku akan menikah."
Pernyataan Min Yoongi yang terkesan santai membuatku seolah terkena halilintar di siang bolong. Terkejut dan sakit secara bersamaan. Jantungku teremas kuat hingga hancur tak berbentuk. Kedua tanganku terkepal erat diatas paha.
Aku masih tak mampu menatap sosok lelaki tampan bersurai hitam yang tengah duduk di hadapanku. Apalagi jika harus menatap manik indah sedingin es miliknya itu.
Sungguh, aku tak akan mampu. Menunduk adalah jalan yang kupilih sejak awal kami berada disini.
"Kau mendengarku kan?" Suara seksi namun datar milik Yoongi kembali terdengar. Memastikan bahwa aku memperhatikan apa yang telah ia katakan tadi.
Tentu saja aku mendengarnya. Terlalu jelas malah hingga sampai saat inipun ucapan yang terlontar dari mulutnya tadi masih terngiang-ngiang di telingaku. Seolah kaset rusak yang terus berputar dan tak tahu akan berhenti kapan.
Sekuat tenaga aku menahan diri serta menekan emosi yang berkecamuk di dalam hati. Aku tak boleh menangis disini. Aku tak boleh memperlihatkan kelemahanku di hadapannya. Aku harus tetap kuat dan tenang. Bersandiwara seperti biasanya.
Perlahan aku mengangkat kepalaku hingga manik berbeda warna kami saling bersirobok setelah sekian lama tak bersua. "Selamat kalau begitu." Akhirnya suaraku keluar meski susah payah agar tak terdengar gemetar.
"Terimakasih." Ujar Yoongi datar. Sebelah tangan pucatnya terulur untuk meraih pipiku. Mengusapnya lembut seraya kembali berkata, "Apa sebegitu bahagianya berita pernikahanku ini hingga membuatmu menangis?" Ia menatapku dengan sorot mata tak terbaca. Terkesan misterius dan membingungkan.
DEGG
Demi Tuhan. Bahkan aku tak sadar bahwa air mataku telah menetes membasahi wajahku. Tanpa sadar pertahananku runtuh. Benar-benar bodoh, tolol, dan menyedihkan sekali diriku ini.
Semuanya hancur. Topengku, harga diriku, dan juga hatiku. Pasti kini aku terlihat seratus kali lebih menyedihkan di matanya. Menggelikan sekali. Pada akhirnya aku kalah telak.
"Aku bahagia. Tentu saja." Dustaku. Masih bersikeras melanjutkan sandiwara meski telah berantakkan dan kacau disebabkan oleh diriku sendiri.
Senyum miring penuh arogansi dan kemenangan tersemat di bibir Min Yoongi, "Hentikanlah! Kau telah kalah." Usapan tangannya telah berpindah sedikit demi sedikit. Kini tangannya berada di belakang tengkukku, menariknya pelan hingga jarak wajah kami saling berdekatan.
Deru nafasnya yang tenang bisa kurasakan dengan jelas, bahkan aroma mint yang menguar dari mulutnya memenuhi indera penciumanku. "Aku yang menang." Bisiknya percaya diri. Menutup jarak yang tersisa diantara kami dengan membawaku ke dalam sebuah ciuman yang lembut dan memabukkan.
Yang kutahu saat ini hanyalah....Aku tak akan pernah bisa lepas darinya. Aku telah terjerat oleh pesona lelaki itu. Aku telah jatuh cinta padanya entah sejak kapan. Yang jelas jantungku selalu berdetak secara berlebihan ketika di dekatnya. Merasa tak suka ketika ada gadis lain yang berada di sekitarnya. Wajahku memanas ketika melihat senyumannya. Menjadi salah tingkah ketika kedua mata kami saling beradu pandang.
Sejak awal aku tahu bahwa kemenangan akan berada di tangannya. Namun egoku yang terlampau besar menampik semua kenyataan itu. Seharusnya dulu aku tak menerima pertaruhan konyol yang berkaitan dengan perasaan, cinta, dan sejenisnya. Karena hal itu merupakan sebuah pertaruhan yang sangat beresiko. Bagaikan bermain api yang pada akhirnya akan terbakar tanpa bisa mengelak ataupun menghindar.
Begitu pula yang terjadi pada kami.
Siapa yang jatuh cinta untuk pertama kalinya, maka ialah yang kalah.
Dan ternyata memang akulah yang kalah.
"Jadi bagaimana?" Bisik Yoongi setelah melepaskan ciumannya. Enggan menjauhkan diri. Akupun tak menolak, membiarkan semua terjadi seperti air yang mengalir.
"Bagaimana apanya?" Tanyaku tak mengerti. Menatap bingung seperti orang linglung. Apalagi efek ciuman yang baru saja kuterima masih belum menghilang dalam waktu dekat. Jantungku berdetak cepat tak terkendali disertai deru nafas yang tak beraturan. Jangan lupakan bahwa wajahku pasti sangat memerah hingga ke telinga. Uh, sangat memalukan!
Sebuah senyum tulus menghiasi wajah tampan Yoongi, "Maukah kau menikah denganku?"
Mataku berkedip cepat beberapa kali seolah mencerna apa yang Yoongi katakan. Takut salah dengar atau salah tangkap. Kepalaku mendadak pusing dan pendengaranku terisi penuh oleh ucapannya itu. Bahkan jantungku seolah berhenti berdetak. Terkejut dan tak menduga bahwa ia akan mengatakan hal itu padaku.
Cukup lama aku berdiam diri. Tenggorokkanku terasa kaku dan lidahku menjadi kelu untuk sekedar menjawab 'iya'. Padahal sangat mudah dan sederhana. Namun perlu kekuatan dan keberanian lebih untuk melakukannya.
"Bernafaslah!" Perintah Yoongi sembari tersenyum geli melihat tingkah konyolku menahan nafas akibat keterkejutan yang masih menguasaiku. "Bolehkah aku menyombongkan diri bahwa diamnya dirimu merupakan jawaban positif untukku?" Ia menempelkan dahinya ke dahiku. Menatap mataku dalam dan penuh arti.
Kepalaku mengangguk pelan membuat wajah Yoongi kian bersinar. Ia menggumamkan kata terimakasih kemudian membawaku kembali ke dalam sebuah ciuman yang jauh berbeda dari sebelumnya. Kali ini ciumannya lebih menuntut seolah mengatakan bahwa aku adalah miliknya, mulai dari sekarang dan selamanya.
Ah, sepertinya aku telah kalah telak. Aku tak pernah sebahagia ini sebelumnya meskipun menjadi seorang yang kalah. Sebuah kekalahan yang berakhir manis dan menyenangkan.
.
.
.
.
.
.
-FIN-
-0-0-0-
KAMU SEDANG MEMBACA
HINATA's LOVE STORY WITH BTS
FanfictionKumpulan cerita singkat mengenai kisah cinta Hinata dengan member BTS. . . . . . . PLEASE VOTE & COMMENT! DON'T BE SILENT READER!