BAB 68

121 34 0
                                    

YOONGI POV

Yoongi tidak sadar bahwa dirinya berpendar.

Belakangan Taehyung memberitahunya bahwa restu Mars menyelubunginya dengan cahaya merah, seperti di Venezia. Lembing tidak bisa menyentuhnya. Batu batu mental entah bagaimana. Sekalipun panah mencuat dari biseps kirinya,

Yoongi tidak pernah merasa sebertenaga saat itu. Cyclops pertama yang dia jumpai tumbang teramat cepat sampai-sampai Yoongi merasa hal ini tak ubahnya perkelahian bohongan. Yoongi menyayatnya menjadi dua dari bahu ke pinggang. Makhluk besar itu hancur menjadi debu. Cyclops berikut mundur dengan gugup sehingga Yoongi mengiris tungkainya dan mengempaskannya ke dalam lubang. Para monster yang masih tersisa di gua sesisinya berusaha melarikan diri, tetapi legiunari menebas mereka.

"Formasi Tetsubo!" teriak Yoongi. "Baris satu-satu, maju, jalan!" Yoongi adalah yang pertama menyeberangi titian. Para prajurit mati mengikuti, tameng mereka diposisikan di sebelah samping dan di atas kepala, mementahkan seluruh serangan. Saat zombi terakhir sarnpai di seberang, runtuhlah titian batu ke kegelapan, tetapi pada saat itu ambruknya titian tidak menjadi masalah. Jungkook terus memanggil semakin banyak legiunari untuk ikut serta dalam pertarungan.

Sepanjang sejarah imperium, ribuan prajurit Romawi telah bertugas dan mati di Yunani. Kini mereka kembali, menjawab panggilan tongkat Diocletian. Yoongi merangsek maju, membinasakan semua yang menghalangi jalannya.

"Akan kubakar kau!" Seekor telkhine mencicit sambil meng-ayunayunkan sebuah vial api Yunani dengan putus asa. "Aku punya api!"

Yoongi menjatuhkannya. Saat vial tersebut meluncur ke tanah, Yoongi menendang wadah itu ke jurang sebelum sempat meledak. Sesosok empousa menggarukkan cakar ke dada Yoongi, tetapi Yoongi tidak merasakan apa-apa. Dia menyayat sang iblis hingga menjadi debu dan terus bergerak. Rasa sakit tidaklah penting. Kegagalan tidak terpikirkan. Sekarang dialah pemimpin legiun yang sedang menunaikan takdirnya-yaitu memerangi musuh-musuh Roma, menjunjung warisannya, melindungi nyawa teman-teman serta rekan-rekannya. Dia adalah Yoongi Min sang praetor.

Pasukannya memukul mundur musuh, mematahkan tiap upaya mereka untuk berkonsolidasi. Taehyung dan Irene berjuang di sisi Yoongi sambil berteriak gagah. Jungkook mengarungi kelompok terakhir Anak Bumi, menyabet-nyabet mereka dengan pedang Stygian hitam hingga menyisakan gundukan lempung basah belaka. Sekejap kemudian, pertempuran sudah usai. Irene memotong-motong empousa terakhir, yang menguap sambil melolong nelangsa.

"Yoongi," kata Taehyung, "kau terbakar."

Yoongi menengok ke bawah. Beberapa tetes minyak pasti telah memerciki celananya, sebab kain tersebut mulai membara. Yoongi mengebuti celananya sampai berhenti berasap, tetapi dia tidak. terlalu khawatir. Berkat Hoseok, dia tidak lagi perlu merasa takut pada api.

Jungkook berdeham. "Ehmm lenganmu juga tertusuk panah."

"Aku tahu." Yoongi mematahkan ujung panah dan mencabut sisanya. Dia hanya merasakan sensasi hangat yang menarik kulitnya. "Aku akan baik-baik saja."

Irene menyuruhnya makan sepotong ambrosia. Sementara gadis itu membalut luka Yoongi, dia berkata, "Yoongi, kau hebat. Menakutkan sekali, tapi hebat."

Yoongi kesulitan memproses kata-kata Irene. Menakutkan bukanlah kata yang tepat untuk menjabarkan dirinya. Dia cuma Yoongi. Adrenalinnya telah terkuras. Dia menengok ke sekeliling, bertanya-tanya ke mana perginya semua musuh. Monster yang tersisa tinggal mayat hidup Romawi, yang berdiri bengong dengan senjata yang sudah diturunkan.

Jungkook menegakkan tongkat, bola di atasnya gelap dan dorman. "Orang-orang mati takkan bertahan di sini lebih lama lagi setelah pertempuran usai."

Yoongi menghadap pasukannya. "Legiun!" Para prajurit zombi langsung berdiri siaga. "Kalian sudah bertarung dengan baik." Yoongi memberi tahu mereka. "Sekarang kalian boleh beristirahat. Bubar, jalan!" Remuklah mereka menjadi tumpukan tulang, baju tempur, perisai, dan senjata. Bahkan semua itu pun lantas hancur lebur. Yoongi merasa dirinya bakal remuk juga. Meskipun sudah makan ambrosia, lengannya yang terluka mulai berdenyut-denyut. Matanya berat karena kelelahan. Restu Mars memudar, meninggalkan Yoongi yang kehabisan tenaga. Tapi, pekerjaannya belum rampung. "Wendy dan Hoseok," katanya. "Kita harus menemukan mereka." Teman-temannya memicingkan mata ke seberang jurang. Di ujung lain gua, terowongan yang telah dimasuki Wendy dan Hoseok terkubur di bawah berton-ton puing.

"Kita tidak bisa ke sana," kata Jungkook. "Mungkin ...."

Mendadak Jungkook sempoyongan. Dia pasti sudah jatuh jika Taehyung tidak menangkapnya. "Jungkook!" kata Irene."Ada apa?"

"Pintu Ajal," ujar Jungkook. "Ada yang terjadi. Jimin dan Seulgi. kita harus ke sana sekarang."

"Tapi bagaimana?" tukas Taehyung. "Terowongan itu sudah terkubur."

Yoongi mengertakkan rahang. Dia tidak datang jauh-jauh ke sini untuk bergeming tanpa daya sementara teman-temannya dilanda kesulitan. "Tidak akan menyenangkan," ujarnya, "tapi ada cara lain."

Adventures of the Demigods Season 2 #4 (Bangvelt)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang