//hujan pertama.

3 0 0
                                        

"Ayyaz!"


                                                                                             ***

Bogor, 2015



"Nanti pulang sekolah ke rumahmu yaa."

Ajakan salah seorang temanku dahulu di SMPN 22 Kota Bogor.

"Entar kita main komputer. Ada game baru kan katamu?"

"Iya aku baru install game tembak-tembakan kemaren." jawabku. "Ayo lah kita coba, hehe."

"Hwa, jadi gak sabar. Oke aku tunggu depan kelasmu nanti ya!"

"Sip, Yan.. nanti kita pulang bareng"


Rian, teman SMP-ku. Kelas kita berseberangan. Dia di gedung A sedangkan aku di gedung B. Tapi jarak tak mampu pisahkan kita kala itu. Setiap istirahat kami selalu berkumpul. Entah itu jajan ke kantin atau bermain di dalam kelas.

                                                                                             ***

ZRASS, hujan turun membasahi lapangan sekolah. Udara dingin menemani jam akhir sekolah. Pelajaran terakhir, yakni biologi, telah selesai. Rian sudah menunggu di depan kelas. Wajahnya senada dengan langit. Wajahnya cemberut melihat langit dari jendela. Sedih sekali temanku ini, harapan bermain bersamaku larut bersama hujan. Aku tak tega.

"Lah ayo!"

"..."

"Hujan aer kok" kekehku, seketika aku mulai berlari menuju gerbang sekolah dibawah derasnya guyuran hujan. Semua murid melihatku terutama Rian. Sepintas aku melihat wajah terkejutnya. Wajahnya menggelikan. Aku menertawakannya dari lapangan sekolah.

"Ayyaz!"

Aku menoleh kebelakang. Aku berhasil, anak itu akhirnya ikut berlari melawan hujan. Tapi panggilan itu, bukan berasal dari Rian.

"Lari, Yaaz!" seru Rian terengah-engah sambil berlari. Di belakangnya ada lelaki bertubuh atletik dengan kumis lebat . Oh tidak, ternyata itu guru BK. Kami berlari seperti penjahat yang sedang dikejar anjing polisi. Untungnya rumah kami dekat sekolah.

Sesampainya di rumahku, Rian langsung melempar tas basah nya, "Gila kamu, Yaz," ucapnya sembari mengatur napas. "Tapi seru kan?" kekehku memecahkan tawa diantara kita. Baju kami basah, alhamdulillah ibu meminjamkan Rian pakaian milikku setelah sebelumnya kami berdua disuruh mandi. Sisanya kami bermain komputer hingga sore hari. Kami merasa senang sekali kala itu. Tak tahu kejadian pahit apa yang akan menimpa kami nanti.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rinduku Pada HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang