Bab 2 : Orang Baru yang Tidak Asing

225 35 126
                                    

Hari itu hujan. Setelah tahun baru, warga Desa Ro sudah terbiasa dengan cuaca dingin penuh hujan seperti ini. Cuaca kelabu dengan hawa dingin yang menusuk. Hujan lebat membuat akses jalan di Desa Ro semakin sulit karena licinnya tanah liat yang tergenang air.

Meski membawa banyak manfaat, Nozu perlu mengakui hujan bisa jadi menyebalkan. Bukan hanya tentang hawa dingin yang membuat terus bolak balik ke kamar mandi, cuaca seperti ini membuat Nozu tidak ingin melakukan apapun. Sedangkan sore nanti ada penyuluhan kesehatan di balai desa yang sudah dijadwalkan sejak dua minggu lalu.

Meskipun yakin hanya sedikit warga yang datang di tengah cuaca seperti ini, tetap saja Nozu tidak bisa membatalkan acara itu seenaknya. Para warga yang telah bersusah payah datang pasti sangat kecewa.

Semalas apapun, mau tidak mau, dia harus pergi sore nanti.

Nozu membolak-balik beberapa helai kertas di atas meja. Matanya menelusuri tiap tulisan yang tertulis disana. Memeriksa materi yang sudah dia susun bersama Hana, Satsu dan Amari beberapa waktu lalu.

Materi itu bukan hal yang sulit, tapi Nozu merasa perlu menyampaikannya pada warga disini. Curah hujan tinggi bisa mendatangkan banyak penyakit. Mereka harus tahu apa saja pertolongan pertama yang harus dilakukan jika mengalami gejala penyakit tertentu sebelum meminta bantuan lebih lanjut ke klinik. Pertolongan pertama yang dilakukan dengan benar dapat memperbesar peluang kesembuhan.

"Kakak, istirahatlah dulu," ujar Hana yang baru saja masuk ke kamar. Dia terlihat membawa sebuah nampan berisi dua gelas minuman panas. "Aku bawakan teh hijau hangat."

"Aku.. sudah istirahat terus dari tadi." Nozu melirik Hana dengan malas. Lalu mengalihkan tatapan malasnya pada langit mendung diluar jendela. "Padahal kemarin sudah hujan lebat. Sekarang hujan. Besok juga hujan lagi. Kalau begini terus, lama-lama kita akan berakhir ditelan semua air ini."

Hana tertawa pelan mendengar kata-kata Nozu yang meracau. Ia meletakkan nampan itu diatas meja, lalu tersenyum kecil menatap kakaknya yang kini tengah menelungkupkan kepala di atas tumpukan kertas.

"Kakak terlihat sangat malas. Tapi Kakak juga yang bilang tetap ingin pergi." Hana menarik sebuah kursi yang ada di depan rak buku dan membawanya untuk duduk di samping Nozu.

"Mau bagaimana lagi? Kita sudah janji dua minggu lalu. Bahkan Kepala Desa juga akan datang. Jika tidak pergi, kita akan membuat orang-orang itu kecewa." Nozu menegakkan kepalanya kembali.

Melihat gelas dengan uap mengepul di atas meja membuat mata Nozu berkilat. Tidak lama berselang, wanita itu mengambil salah satu minuman hangat yang baru saja diletakkan Hana.

"Tehnya terlihat enak." Nozu tersenyum senang. "Minum minuman hangat disaat dingin sangat menyenangkan, ya?"

Hana mengangguk. Ia menyesap teh dalam gelasnya sendiri. Kedua matanya menerawang langit, mengamati tetes demi tetes air hujan jatuh dari atap rumah.

"Setelah dua tahun tinggal disini, aku jadi lebih tahan dingin." Hana bergumam pelan. Ia menoleh ke arah Nozu. "Kalau Kakak bagaimana?"

"Ya, lumayan," sahut Nozu. "Tapi tetap saja aku tidak suka dingin. Lebih baik panas daripada dingin."

Hana mengamati wajah Nozu dengan seksama. Membuat Nozu balas menatap adiknya heran.

"Apa yang kau lihat?" tanya Nozu sembari memiringkan kepalanya.

"Kakak terlihat lebih baik akhir-akhir ini. Aku senang," Hana tersenyum lembut.

Nozu menghela napas. Tersenyum mencibir pada dirinya sendiri. Meskipun sama sekali tidak bisa melupakan masa lalu yang terus menghantuinya, namun rasanya lebih baik ketika menetap di tempat terbuang ini. Berada jauh dari 'sosok itu' memang berdampak baik untuk kesehatan mentalnya. Jika Hana berkata dia terlihat lebih baik, pastilah Nozu memang benar-benar sudah lebih baik.

Our Second Chance [Tobirama Senju x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang