1. Pagi yang Ind-ups! Kacau!

5.9K 750 258
                                    

PAGI hari di kediaman keluarga Pradana tak pernah mendekati kata damai, tak pernah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PAGI hari di kediaman keluarga Pradana tak pernah mendekati kata damai, tak pernah. Bahkan meski itu berarti kesepakatan untuk tak membuat keributan didalam rumah pernah diterapkan. (Dan berakhir diabaikan).

Pagi hari selalu diawali dengan kacau.

Namun kali ini, Renjun meyakini bahwa ini lebih dari itu.

Sebagai satu-satunya yang paling waras—setelah ibunda tercinta—dan sebagai satu-satunya manusia yang memiliki otak yang masih berfungsi normal, Renjun mencoba meminimalisir kerusuhan yang sedang terjadi. Oh Tuhan, dia mencoba, sungguh! Namun sepertinya, para makhluk kelebihan hormon ini memang sedang menguji kesabarannya.

"JAEMIN LO NYEMBUNYIIN KAOS KAKI GUE LAGI, KAN? NGAKU LO KUTIL!"

"PITNAH YANG KEJAM YA JEN! PITNAH! GUE JUGA LAGI NYARI KAOS KAKI GUE YA BISUL!"

Si sulung keluarga Pradana memijit pangkal hidungnya, menahan diri untuk tidak melayangkan wajan dihadapannya pada dua pemuda yang sedang ribut berteriak seperti binatang dihutan.

"Jeno," Renjun mendesahkan napas, lelah. "Kaos kaki lo ada ditangan kanan lo."

Oknum yang sedang jongkok didepan dispenser (fuck? Apa lelaki itu mencari kaos kaki didepan dispenser?), menoleh pada kakaknya lalu pada tangan kanannya, sebelum senyuman—idiot—bahagia merekah diwajah tampannya.

"Bang Renjun kok jago sih?! Gua aja nyari-nyari dari tadi gak ketemu."

Oke, abaikan. Meski tampan tiada tara, adiknya yang satu itu memang idiot.

Renjun tak menghiraukan Jeno yang sekarang sedang tersenyum bahagia menatap kaos kakinya dengan penuh binaran, ia beralih pada adiknya yang lain, yang sedang...

"JAEMIN LAGI APA LO DI KOLONG MEJA MAKAN?!"

Ah, padahal Renjun sudah berjanji pada dirinya untuk tidak berteriak hari ini. (Itu karena suaranya terlalu berharga untuk dipakai berteriak percuma.)

"Lagi nyari kaos kaki lah bang. Masa nyari rezeki."

Renjun mencoba untuk tidak menangis histeris karena melihat keidiotan yang tersaji dihadapannya. "KAOS KAKI LO ADA DI DALAM TAS WARNA BIRU YANG KEMARIN LO PAKE! SEKARANG KELUAR DARI SANA!"

"Kok abang tau?!" Jaemin mengintip dari celah kaki kursi membuat Renjun ingin menangis penuh kepiluan.

"Lo yang nyembunyiin disana karena katanya biar Jeno gak ngambil kaos kaki lo. Sekarang cepet keluar dari sana!"

Jaemin menatapnya polos, sebelum mengangguk. "Oh iya ya—ADUH!"

Renjun mendengus, tak menghiraukan (lagi) adik idiotnya yang lain, yang kepalanya kini mungkin memiliki benjolan karena menabrak meja makan dengan ceroboh dan bodoh.

Oh siapa yang peduli?

"BANG RENJUN HUEEEE!"

Masalah yang lain.

AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang