KATA PAMAN RUFFEL

8 3 0
                                    

.
.
.

   Rowly mengayuh sepedanya dengan lesu saat pulang.

"Jika saja aku bisa menuruti kata hatiku dan membantah ayah mungkin aku akan lebih baik,mungkin"gerutu Rowly

"Tapii mana mungkin ayah mengijinkanku apalagi jika melihat paman ruffel yang......oh tidak tentu saja paprikanya"

Rowly memutarbalikkan sepedanya dan bergegas ke rumah paman Ruffel hampir saja tertinggal.ibunya sangat suka akan paprika dia tak akan makan malam jika tak ada paprika menurut ibu paprika cantik membuat nafsu makannya meningkat.Rowly terus  mengayuh sepedanya melewati pepohonan pinus yang agak tak terawat,awan hujan mulai berkumpul dinginpun menyeruak ke balik seragamnya.Rowly pun segera menambah kecepatan Sepedanya,tak lama Rowly memasuki gerbang kecil dan melewati kebun milik paman Ruffel,

"Paman Ruffel"seru Rowly saat sampai di depan pintu rumah paman Ruffel,lalu pintu terbuka dengan pelan menampakkan pria paruh baya dengan baju kodok lusuhnya juga topi jerami yang selalu dia pakai.

"Oh anakku"Seru Paman Ruffel dengan membentangkan tangannya dengan gembira,tanpa ragu Rowly memeluk pamannya itu dengan antusias seolah sudah tak bertemu lama sekali,tapi ini memang rutinitas Rowly saat berkunjung ke rumah Paman Ruffel entah untuk mengambil Sayuran,mengantarkan makanan,atau pun hanya sekedar main-main jika Rowly tak betah di rumah.

Akhirnya paman Ruffel merangkul pundak Rowly dan masuk ke dalam

"kau membuat rajutan lagi??"tanya Rowly saat mendudukan bokongnya ke Sofa tua di ruang tengah.

"Ya.aku tak punya kerjaan akhir-akhir ini"sahut paman Ruffel dengan membawa membawa sepoci minuman hangat untuk Rowly dan juga dirinya.

"untuk siapa??"tanya Rowly

"akanku berikan jika ayahmu pulang"

Rowly mengangguk

"Sudah berapa lama??"tanya Pama Ruffel

"13 tahun sejak Gulfy belajar berjalan"sahut Rowly

"Kau masuk academy itu?"pama Ruffel mulai menuangkan jahe hangat ke cangkir porselen.

Rowly mengangguk

"Kau bersenang-senang??"tanyanya kembali

"O...oh tentu saja aku dapat teman baru,dan tau banyak hal yang belum aku ketahui dan...."

"Menyembunyikan kegugupan mu"potong paman Ruffel

Rowly menundukkan kepalanya,dia baru ingat dengan siapa dia berbicara sekarang,ayah dan paman Ruffel adalah orang yang jeli dia tau ketika seseorang menutupi sikapnya agar bisa terlihat baik-baik saja,hanya saja ayah tak selalu peduli tentang apa yang di rasakan orang lain karna dia sangat terobsesi akan keturunan bakatnya.

"Kau masih bisa bertahan??"tanya paman Ruffel

"Y..ya tentu saja"sahut Rowly lalu menyeruput sedikit jahe hangat untuk menghilangkan gugupnya.

"Kau masih kecil Rowly kau bisa bermimpi setinggi apapun yang kau mau jangan tergantung dengan pada apa yang bukan kata hatimu"

Rowly menatap bingung pamannya itu.

"Ah maksudku kau bisa mencari impian yang lain yang bisa membuatmu senang"sambung paman Ruffel

Rowly mengangguk,tak lama hujan mulai turun.

"Ah hujan ,kau bisa disini menunggu hujan reda"ujar paman Ruffel

*****

"Terima kasih paman!!"seru Rowly lalu mengayuh sepedanya meninggalkan rumah pria paruh baya itu,paman Ruffel melambai lemah di teras.

"Kau masih kecil Rowly kau bisa bermimpi setinggi apapun yang kau mau jangan tergantung dengan pada apa yang bukan kata hatimu"Rowly mengingat perkataan Pamannya itu

"Apa aku harus berhenti??"tanya Rowly pada dirinya sendiri

"Sesuatu akan menjadi mudah jika kau mencobanya tanpa ragu,semua orang bisa menjadi paling terkecil di perkumpulan tapi kau bisa menjadi paling terpandang jika berusaha dan pokus"lalu perkataan ayahnya lewat tulisan surat mulai terbayang di pikirn Rowly

"Oh ayolaaaaah"

Rowly memejamkan matanya prustasi ,dan mengayuh sepedanya lebih cepat"

~~~~~~

SIAPA YANG AKAN DI DENGAR OLEH ROWLY??

******

nantikan di Chapter selanjutnyaa

Keep staay
Dan jangan lupa

Vote⭐
Comment📝
Share🔜

Okeee^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

~MOSLENT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang