- ❝ B A G A N : 1 7 ❞ -

362 50 0
                                    

-ΔΔΔ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ΔΔΔ-


Sudah terhitung satu bulan Adi menjauhi nya, jujur lelaki manis itu merasa ada yang kosong disetiap harinya.


" Ma? " Bocah kecil itu berlari sambil memberikan ponsel yang ia pegang.


" Oh iya Bang? Kenapa? "


" Nenna bilang Kaluna mau nginep dicini! " Mendengar ucapan putra kecilnya lantas Ara langsung melihat ponselnya, memang sedang terhubung dengan mama.


" Halo ma? Ada apa ma? "



" Mama minta toling jagain Kaluna bentar ya? Palingan cuma seminggu paling lama. " Ia heran, tumben sekali mama meminta nya menjaga Kaluna? Kemana Adi?


" Loh papa nya kemana ma? "


" Itu, dia sakit pas mama ke apartemen nya dia cuma tiduran doang, eh pas di check suhu tubuhnya panas banget. "


Loh, Adi sakit? Kenapa ia tak tahu?


" Atau nggak kamu aja yang jagain Ra, biar cepet sembuh dia. Biar mama yang jagain Kaluna sama Arsa, kapan lagi kan ya? " Mama nya itu terkekeh ringan, ia tau sekali lelaki manis ini masih suka dengan anak nya. Hanya saja ego nya terlalu tinggi.


" Em- aku jagain anak - anak aja deh ma? "


" Oh nggak dong, mama aja. Good luck sayang, mama tunggu di rumah ya? " Panggila itu terputus, Ara menatap ponselnya nanar. Terus bagaimana dirinya?


Jujur ia khawatir dengan Adi, tapi untuk merawatnya dengan dekat- sepertinya tidak baik bagi jantingnya nanti. Tapi apa boleh buat? Tak apa bukan?


Ara mengajak putranya untuk pergi ke rumah mama, ia menjalankan mobilnya perlahan. Hingga sesampainya mereka disana, tampak mama yang sudah menunggu di depan gerbang rumah besar itu.



" Halo sayang, udah biarin aja satpam yang masukin mobilnya. Sini Arsa sama nenna aja yuk? Mama mau ngerawat papa. " Ia menggendong Arsa dengan semangat, membiarkan Ara yang masih menatap pintu kamar mantan kekasihnya itu dengan lamat.


" Masuk aja kali Ra, ini anak - anak mama bawa keatas kok. Gak bakal kedengeran apa - apa. " Mama menatap nya dengan iseng, oh ayolah. Anak nya ini sedang sakit, masih saja memikir yang tidak - tidak.


' Klak '

Pintu kamar itu terbuka perlahan, Ara mendekati kasur itu dengan perlahan. Mengamati interior kamar Adi yang tak pernah berubah. Bahkan foto - foto mereka berdua jaman mereka berpacaran masih terpampang jelas.


Ia melirik Adi yang tertidur, bulir keringat tampak jelas memenuhi wajah tampannya. Ara semakin mendekat, ia menyeka peluh lelaki itu dengan pelan. Tak lupa ia menatap lekat wajah lelaki yang ia cintai itu.


Ara jadi teringat saat dia bercerita kepada Mizu.


" Yah kan sekarang lo baru ngerasa kehilangan, Adi udah capek tuh ngejer lo. Lagian stop childish dong Ra. Kalian udah sama - sama dewasa, udah punya anak. Kalau sikap lo begitu Adi jadi nganggep nya lain. Dia juga bukan berusaha baru - baru ini. Udah lama malahan. "




Ara menghela nafas panjang, dada nya terasa sangat sesak. Ia kini sadar, dirinya bodoh.


" Maaf Di, aku bodoh banget ya? "


Ara tak henti - hentinya mengelus wajah lelaki itu, sungguh badannya panas sekali. Bahkan dalam tidur nya lelaki itu tetap saja mengigaukan namanya.


" Ra, jangan pergi..... " Ara menggenggam tangan Adi, terisak pelan menatap lelaki itu.



" A-aku gak pergi lagi, kamu celet sembuh. Aku gak suka kamu sakit Di... "



Bagaimanapun semesta tetap jatuh kepada galaksinya saja bukan?

-ΔΔΔ-

___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________

RUANG - RINDU °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang