Opsi

12 0 0
                                    


Pernahkah dalam hidup kalian berada pada persimpangan yang mengantar pada masa depan? Pasti setiap orang pernah mengalami dan berhadapan dengannya, begitu juga denganku. Namun, yang membedakanku dengan kalian dalam urusan persimpangan dan keputusan ini adalah mengapa dalam setiap kali aku harus dihadapkan dengan 2 opsi atau lebih yang mana itu semua selalu berhubungan dan berdampak pada orang-orang? Dan itu tidak terjadi 2 atau 3 kali dalam hiduku, kini telah terjadi berkali-kali dan di masa yang akan datang pasti akan bertemu lagi.

Sempat pada suatu saat rasa iri muncul dalam hati melihat dan memperhatikan orang-orang yang kurasa dalam hidupnya tidak dihadapkan sesuatu seperti diriku. Kendali hidup dalam genggamannya, kesana kemari tak ada yang akan berdampak pada urusan seseorang dan hidup bebas sejauh hati ingin pergi. Maksudku, ayolah, siapa yang tidak ingin seperti itu? Aku pun juga seorang remaja normal yang ingin menikmati masa keremajaannya sama seperti yang lain, remaja yang ingin bersenang-senang dengan teman-temannya dan remaja yang ingin bebas menentukan kemana hidupnya akan pergi.

Tapi kenyataannya inilah diriku, entah apakah aku dulu diberi kesempatan untuk memilih hidup seperti remaja normal atau seperti ini aku tidak ikut tahu-menahu, mulai terbiasa dengan itu semua. Pertanyaan pun muncul, "Apakah masih iri dengan mereka?" jawabannya tidak terlalu dan mulai hilang. Sudah sekitar setahun aku mendapatkan jawaban dan sudut pandang akan itu, tidak semua ditempatkan pada situasi dan kondisi yang semestinya, maka pilihannya hanya satu, jalani. Dunia ini memang tidak adil, seperti itulah cara kerjanya, jadi jika aku menemukan beberapa lagi orang yang mengatakan dunia itu tidak adil, maka dia baru mengenal dunia. Sesimpel itu.

Lantas kenapa rasa itu tidak benar-benar hilang jika telah mengerti sepenuhnya? Karena aku menghormati jiwa kebebasan ku, pun aku tak bisa memungkiri bahwa aku juga ingin kebebasan dan tidak dikekang oleh tanggung jawab atau lain sebagainya, jadi aku membiarkan rasa itu menjamur dan tetap hidup. Aku menghormati diriku karena diriku menghormati diriku, sebuah perjalanan individu yang sungguh fantastis. Belum pernah merasakannya? Tunggu saja, semua ada gilirannya.

Sekarang bagaimana? Bersyukur. Hal ini memberikan sudut pandang lain dalam menyikapi sesuatu yang terjadi di dunia. Menyumbangkan satu lagi prinsip hidup yang harus kupegang. Berhenti berharap dan mulailah bersyukur! Jika kau berharap sesuatu kepada dunia, janganlah berharap terlalu banyak, jika mendapat banyak ya syukuri, jika mendapat seadanya ya maklumi. Aku juga pernah membaca pepatah:

Don't trust too much

Don't love too much

Don't hope too much

Because that "too much"

Can hurt you so much

Begitulah potongan kecil konflik dalam hidupku, kurasa mengangkat hal ini adalah hal yang cocok karena ini adalah salah satu hal mendasar dalam hidupku. Juga sebagai pemanasan setelah hiatus selama 2 tahun hehe. Yak seperti itulah kira-kira. Meski sempat membuatku trauma untuk menentukan pilihan yang tepat dan cepat hingga saat ini, tetapi tidak menghalangi jalan ku untuk terus maju dan setidaknya keputusanku bermanfaat untuk orang lain, itu sudah cukup menjadi kepuasaan tersendiri.  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vacío de CorazónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang