But, I'll still for you [END]

4.4K 217 320
                                    

Yoo yoo haii Tayoooo walau ada corona jangan sampe loyooo yoo yoo😁😁😁

Ada yang kaget liat judul diatas?

Enggak kok. Author nggak kesurupan atau kerasukan virus corona hingga tiba-tiba nulis judul itu. Seriusan ✌✌

Gimana-gimana?

Author sengaja cepet up karena mumpung lagi libur guyss... Dan katanya juga UKK sama UN dibatalkan ya? Yaudah Author langsung cuss aja bikin ni Chapter meski dalam keadaan kurang sehat. Uhukk uhukk ...

Readers : GWS Thor.

Eh iya lupa nanya... Ada yang masih kangen Author? Kuyy tunjuk jariii... 🙋🙋🙋

Author up kali ini dan semoga kalian senang yaa^^.

Ok deh Readers kuu ^.^

Bacanya pelan-pelan yaa ^.^

Biar feelnya dapat ^.^

Happi riding manteman ^.^

🍃🍃🍃

"Always and forever. I'll still for you"

🍃🍃🍃

Hal baik apa yang telah hilang?
Hal buruk apa yang selama ini tidak di ketahui?
Dengan tangan kecil yang penuh dengan dosa ini, masih pantaskah meraih cahaya suci demi bertahan di tengah kegelapan ini?

Lagi dan lagi. Gempa berperang dengan hatinya. Menuntutnya dengan paksa untuk menelan seribu jarum perihnya kenyataan. 

Gempa benci mengakuinya, dan Gempa benci jika hanya mengingatnya. Kenapa mimpi lebih indah dari kenyataan? Dan kenapa keindahan itu bisa menyakiti seseorang? Apakah ini salah manusia itu sendiri? Sudah mengetahui hati itu rapuh dan mudah mati tetapi masih saja tetap bermimpi.
Ya, Gempa sangat mudah membenci teori itu. Semudah ia membenci keadaan yang selalu berpihak pada orang yang buruk.

Iris emas itu menatap kosong kedepan. Kakak sulungnya yang sudah berlumuran darah karena di sayat rasa bersalah. Gempa tau bagaimana pedihnya luka itu. Gempa sangat mengerti. Ia pernah di posisi kakaknya. Depresi karena tidak bisa melakukan apa-apa. Menanggung sebuah beban yang tak seharusnya di pikul sendirian. Ya, Gempa tau bagaimana pahitnya itu.

Langkah kaki Gempa menggema saat memasuki kamar Halilintar. Iris Goldnya menatap datar Halilintar yang terduduk tidak berdaya di atas lantai. Rasanya ia ingin menangis. Tetapi, ia masih egois hanya untuk mengungkapkannya.

Gempa berhenti tepat didepan Halilintar. Menunduk menatap kakaknya yang sedari tadi tidak berani mengangkat wajahnya.

Gempa menahan napas saat tubuh kurus kakaknya itu bergetar, ada beban besar dan berat yang terpikul di punggung kakaknya itu.

Dengan perlahan, tangan Gempa terulur menyentuh bahu kakaknya. Membuat bahu kurus itu tersentak kecil.

"Ma–maaf"

Iris Gempa melebar saat mendengar kalimat itu. Gempa berjongkok untuk melihat Halilintar dengan jelas.

"Maaf Ka-karena gue bukan kakak yang baik," cicit Halilintar.

Gempa terdiam. Sedikit terkejut mendengar Halilintar mengucapkan kalimat itu. Hatinya ter-iris, ingin menangis tapi rasanya percuma. Ia tak ingin menambah luka Halilintar.

"Ma–"

"Cukup, Kak." Gempa memotong ucapan Halilintar.

"Sudah, cukup. Jangan menderita lagi, jangan terluka lagi," lanjut Gempa dengan suara pelan.

Waiting For You Forever [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang