Wisuda

204 9 2
                                    

Dava pov

     Hari minggu bulan Januari adalah hari yang berkesan bagi calon istriku dan mahasiswa mahasiswi yang lainnya untuk menjemput sarjana yang ada di depan mata

Aku ikut mengantarkan calon istriku ke tempat yang nanti akan di sah kan nya mahasiswa dan mahasiswi menjadi seorang sarjana pendidikan

Saat ini hanya aku saja yang ada di dalam keluarga calon istriku, aku sangat gerogi bingung mau ngomong apa hehe

"hey nak santai aja jangan tegang gitu atuh masa baru segini aja udah tegang" ucap teh Elis, kakak sepupu calon istriku.

"eh teh nggak kok ini biasa aja" jawabku sedikit menggerakkan tubuhku karena malu.

"ahh bisa wae kamu mah" jawab teh Elis.

"santai aja jangan tegang, nanti kalo tegang mah di kamar berduaan hahaha" sahut paman Riko, pamannya calon istriku yang lumayan asik kalo di ajak ngobrol.

"hheeehhhh Ko lu ngomong apaan?" tanya Mang Zaki, kakak dari mamah nya calon isriku.

"hehehe cuman ngasih tau aja mang" jawab paman Riko.

"jangan di dengerin tuh bapak bapak, kamu mah masih di segel" sahut istrinya paman Riko.

"siap bi hahaha" jawabku.

"tuh calonmu keluar juga" ucap Pak Amir, suami bu Irma kakak dari ibu calon istriku.

"masyaAllah cantik bener" ucapku berbisik sendiri.

"aduh bilang apa hah?!" tanya paman Riko yang mendengar ucapanku.

"eh eh nggak bilang apa apa kok" jawabku malu malu.

"ayo ayo gak usah ribut kita berangkat aja takut terlambat" ucap pak Amir.

"nak Dava bawa mobil?" tanya bu Irma.

"bawa bu" ucapku.

"kita ada 2 mobil berarti, biar di mobil suami saya di isi sama Riko, Isma, Saya, Suami, Nadia, Nunu" lanjut bu Irma.

"siap bu" jawabku.

"yasudah ayo berangkat" sahut paman Riko.

"jagain tuh calon" bisik paman Riko yang selalu menggodaku akan calon istriku.

"siap laksanakan!!!" jawabku.

Skip Perjalanan

     Di perjalanan pak Arif ayahnya calon isriku selalu bilang padaku bahwa anak nya sangat manja jika ingin sesuatu

"iiih ayah" jawabnya memalingkan kepalanya ke arah belakang.

"eh ini anak sama bapak ribut mulu" sanggah bu Intan ibu calon istriku.

"ga papa bu sebentar lagi anak kita bakal ninggalin kita berdua" jawab ayah nya.

"aayyaaahhhh" suara haru di tambah air mata menetes di pipi nya.

Aku milihat calon istriku meneteskan air matanya, aku sangat sedih melihatnya.

"udah jangan nangis nanti bedaknya luntur, calon suami mu nanti gak tertarik lagi sama kamu" ucap ayah nya, seketika suasana menjadi sedikit lucu.

"iya tuh bedak nya luntur" jawabku melihat pipinya.

"gak kamu gak ayah sama aja ngeseliinnn" protes dia.

"ehhh ini calon mantu sama aja ya kayak ini nih" protes ibu sambil mencubit perut ayah.

"eehhh sakit" teriak ayah.

"terus bu, sekalian nih calon mantunya cubit" sahut calon istriku.

"hehe maaf atuh" jawabku.

Skip

     Ternyata gedung ini sudah ramai di datangi sanak sodara mahasiswa dan mahasiswi yang akan segera menjemput sarjana

Calon istriku segera masuk ke dalam gedung itu, orang tua nya ikut masuk bersamanya

Aku menunggu saja diluar dengan keluarga calon istriku, aku diberi banyak nasihat dari mereka, aku senang di nasihati kalo itu baik untuk diriku.

     Lama aku menunggunya tak terasa mahasiswa dan mahasiswi itu keluar gedung, dengan tangisan haru, acara sudah selesai dan mereka sudah sah menjadi seorang sarjana

Keluarga calon istriku semua menangis haru karena melihat dia telah menjadi seorang sarjana, mereka terus mengucapkan syukur, dan memeluknya dengan erat.

     Seketika aku terbayang lagi akan perjalananku menjadi seorang mahasiswa sampai jadi seorang sarjana

Aku membayangkan kembali akan wisuda waktu itu, dengan hati yang sedih karena terharu aku bisa menjadi seorang sarjana.

     Calon istriku beruntung dia bisa disambut keluarganya saat detik detik mengesankan seumur hidup ini

Aku merasakan ada keluargaku disini dengan membayangkan kelulusanku dulu.

     Dulu saat aku wisuda, aku keluar gedung hanya seorang diri tanpa melihat orang orang yang aku sayang

Tanpa ucapan selamat saat di gedung itu dari keluargaku, hanya dari ucapan teman dekatku saja

Tapi aku sangat bersyukur karena keluargaku selalu mensuportku walau dari jauh.

     Saat ini mataku sedikit berkaca kaca karena melihat dia, aku memandangnya dan dia senyum datang menghampiriku

Aku melihat sorot matanya sangat berkaca kaca, aku berusaha senyum sebisa mungkin, dan menarik nafas sambil mengucapkan

"SELAMAT ATAS KELULUSANMU"

     Dia menangis haru mendengar ucapanku, dan dia juga mengucapkan selamat kepadaku atas kelulusanku waktu dulu

Dan dia meminta maaf waktu aku wisuda dia tidak datang untuk menemuiku

Aku memang mengundangnya untuk datang atas kelulusanku, tapi dia tidak bisa karena ada lain hal

Tapi aku tak mengapa, aku sangat senang mendengarkan ucapan selamat kepadaku.

Harapan Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang