#1

115 5 0
                                    







Tik

Tok

Tik

Tok




Suara dentingan jam tua menuju tengah malam terdengar seperti suara yang mengerikan bagi Freya. Dengan wajah yang gelisah dan keringat dingin yang mulai bercucuran, ia memeluk bantal gulingnya seraya menutup dirinya dengan selimut tebal berwarna abu-abu.

Freya berusaha untuk terus terjaga, jangan sampai ia memejamkan mata, atau bahkan sampai tertidur pulas, ia bahkan menyalakan seluruh lampu di kamarnya, menyalakan lagu dengan kencang, dan terus menekan- nekan ibu jarinya supaya ia tetap sadar, walau beribu kali pun ia lakukan ia tau hal ini tidak akan pernah berhasil.

Semua anggota keluarga nya sedang berkunjung ke rumah saudara Freya yang di kabarkan jatuh sakit sore tadi, itu membuat Freya sendirian di rumah karena jarak yang jauh membuatnya memilih untuk tidak ikut.

Sebenarnya ia telah tidur sejak pukul 9 malam tadi, namun entah mengapa tetap saja ia akan bangun tepat sebelum tengah malam, bahkan jika dirinya sengaja tertidur pukul 23.30, tetap saja beberapa menit sebelum tengah malam ia akan terbangun dan akan sangat sulit untuk memejamkan matanya lagi.



Dreengg


Dreengg


Dreengg



Freya berjingkat. Jam kuno antik itu telah membunyikan gong-nya, menandakan waktu sudah menunjukan tengah malam, waktu yang paling menakutkan untuk Freya. Tak pernah terbesit dalam benaknya ia akan mengalami hal-hal menakutkan seperti ini, hal tak masuk akal, hal yang bahkan dirinya sendiri tak dapat mencegahnya walau ia sudah berusaha sekeras yang ia bisa.

Sekejap kamar terang itu berubah menjadi ruang kosong yang amat sangat gelap dan membuat sesak, tak lama ruang gelap itu pun berubah menjadi salah satu lorong di sekolah Freya.

Dari ujung lorong Freya melihat salah satu teman satu kelasnya Juni, ia berjalan sambil membopong tumpukan buku yang hampir menutupi seluruh wajahnya sambil bersenandung ria, lorong terlihat sangat sepi, jam dinding dekat ruang guru sudah menunjukan pukul 8.45 itu artinya seluruh siswa telah masuk kelas sekitar 1 setengah jam yang lalu, pelajaran sedang berlangsung lorong terlihat sangat sepi tak ada seorang pun di sana.

"Apa yang Juni lakukan dengan buku sebanyak itu di tangannya?" Freya mulai meracau. Mulai banyak pertanyaan yang menumpuk di fikirannya.

Juni berjalan perlahan sambil beberapa kali menengok kanan dan kiri melihat setiap ruangan yang ia lewati. Berusaha tetap menyeimbangkan dirinya dengan tumpukan buku yang menggunung yang kapan saja bisa membuatnya goyah dan terjatuh.

"Apa yang akan terjadi?"

Freya mulai berfikir keras, ia mulai mengedarkan pandangannya ke setiap sudut lorong atau tepatnya ke arah lorong yang akan di lewati Juni.

Cukup lama Freya mencari sampai ekor matanya memandang jauh ke arah pertigaan pemisah antara gedung kelas 1 dan kelas 3 tepatnya lorong menuju kelas Juni dan juga kelasnya. Lorong ini terbilang cukup jauh jika menuju gedung kelas 1 karena letaknya yang ada di sisi paling belakang gedung sekolah, sedangkan gedung kelas 1 terdapat di bagian paling depan. Mata Freya membulat melihat apa yang terdapat di ujung lorong itu.

"Sejak kapan besi itu?"

Freya tertegun melihat tiang besi di sana patah dan menampakan ujungnya yang runcing tanpa tanda peringatan apa pun.

"JUNI!"

"Juni jangan ke sana, JUNI!" Teriak Freya, namun seakan Freya hanya bayangan semu Juni sama sekali tidak mendengar Freya dan masih terus berjalan dengan riangnya.

"Juni dengerin gue JUN!"

"JUNI!"

"Aku harus gimana?"

"Juni gue sayang sama lo, plis dengerin gue!"

"Juni!"

Freya berusaha berdiri di hadapan Juni dan terus meneriakkan jika Juni jangan lewat sana. Namun Juni berkali-kali berhasil Melewatinya begitu saja. Freya semakin di buat gelagapan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya melihat teman yang walau tidak begitu dekat dengannya namun amat sangat baik pada Freya berada dalam bahaya.

Freya hanya bisa terpaku menjatuhkan dirinya di lantai yang dingin, berusaha menguatkan dirinya untuk melihat sesuatu yang akan terjadi pada Juni, Freya hanya akan jadi penonton, semua yang di lakukannya percuma!, Freya tak akan bisa menolongnya dalam keadaan seperti ini.

Setelah Juni berjalan cukup jauh sampai mendekati ujung lorong kaki Juni menginjak genangan air di lantai yang membuat Juni seketika limbung dan tak dapat menahan tumpukan buku itu lagi, Juni terpeleset ke arah depan dan semua buku berhamburan ke segala arah bahkan ada yang langsung menimpa pada tubuh Juni, tubuhnya tepat jatuh di atas tiang runcing itu, dan berhasil menusuk perutnya hingga tembus ke punggung.

"JUNI!"

Freya menutup mulutnya dan terpaku melihat darah yang mulai menggenang di lantai dan membasahi baju putih Juni. Juni sudah tidak bergeming, jari jemarinya perlahan masih bergerak.

Bagai ada sesuatu yang menghujam dada Freya. Rasa sesak langsung mendera, membuatnya terdiam dan terpaku tepat di samping tubuh Juni.

Freya hanya bisa menangis dalam diam, tak ada gunanya sama sekali, semuanya percuma, semuanya tak ada gunanya, semuanya terlambat, selalu terlambat, Freya tak pernah bisa menyelamatkan Juni, atau bahkan orang-orang yang akan celaka dalam penglihatannya.

Dalam mimpi ataupun dalam kehidupan nyata esok hari saat semuanya menjadi kenyataan Freya tetap tak bisa menolong mereka, walau Freya sudah berusaha merubah sesuatu tapi entah kenapa Tuhan selalu membuatnya datang terlambat, selalu saja ada halangan saat ia ingin menyelamatkan seseorang.

Halangan yang bahkan Freya sendiri tak bisa menghindarinya, halangan yang selalu berkata bahwa ia tak boleh merubah takdir yang sudah di tentukan Tuhan.

Freya selalu saja telat beberapa detik, namun seakan detik itu terus memburu Freya, ia tetap terlambat, dentingan jam itu selalu terngiang di kepalanya, membuatnya gelisah sepanjang waktu, membuatnya tak bisa fokus, seakan ia hidup dalam dentingan waktu yang tak pasti dan mengerikan.

Dan pada akhirnya orang itu akan tetap "MATI!"





 


***
To be continue ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

00.00 (Karena Waktu Tak Pernah Menunggu!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang