Cerita Tentangku

72 1 0
                                    

Hai, namaku Sri Jumriati, aku biasa di panggil Yati, tapi sejak SMP tahun 2007 namaku menjadi Laras. Banyak yang bertanya, "lah, kok bisa? Dari mana datangnya nama Laras?" Jadi begini, di tahun 2000-an sedang heboh-heboh nya nama samaran, hingga saat ini orang-orang sebagian memanggilku Laras dan juga Yati. Sementara di negara tempat bekerja, aku di panggil Aci, Kim Aci. Oh ya, aku lupa kalau di SMU guru-guru biasa memanggil Sri atau Jum. Wah, banyak banget ya namanya. So, kalian bisa memanggilku Yati atau Laras. Ups, tahun ini berniat mengganti nama pena menjadi Riati el Sufi. Riati dari ujung nama lengkap, El Sufi terinspirasi dari diriku yang sunyi. Usiaku sekarang baru menginjak 26 tahun, dan kalian tahu aku suka sekali makan makan kacang rebus, just way wajah suka jerawat akibat terlalu banyak makan kacang. Bahkan kalau ada kacang rebus, aku jarang makan nasi loh. He he.. Dan juga suka makan cumi panggang, kelihatannya lezat sekali bukan?

Aku tinggal di sebuah apartemen mewah milik bos, setinggi 34 lantai. Tinggal serumah bersama Nenek, Kakek, Nyonya, Tuan, dan dua orang anak lelaki kini sudah berusia sembilan tahun dan empat tahun. Pekerjaan utama adalah menjaga dan memastikan bahwa kedua anak-anak ini dalam keadaan baik-baik saja dalam segala hal ketika tidak dalam pengawasan keluarganya. Aku datang bekerja di negara ini sebagai TKW, dengan memperoleh gaji lumayan besar.

Aku datang di Hong Kong pada tanggal 12 Mei 2016. Dan sehari setelah itu bos cewek dan Nenek menjemput di building agen. Aku mengenakan baju berwarna, menyakini bahwa mereka akan menyukai kehadiran ku dengan mengenakan warna kesukaan orang China. Rambut panjang ku selutut dipotong pendek ketika di tempat penampungan. Kuku panjang terawat pun dipotong hingga tumpul. Segalanya berubah, menjadi TKW bukanlah cita-cita tapi keadaan memaksa harus mengambil langkah ini.

Aku sudah siap-siap untuk di jemput, musim dingin menembus tulang, berubah menjadi suhu panas. Terbayang bagaimana kehidupan baru bersama orang yang sama sekali belum pernah ditemui di dunia ini. Aku laksana bayi yang akan keluar dari alam rahim, keluarga ini lah yang akan menjadi orang tuaku di negara asing.

"Hello, Cousan.." suara dua orang perempuan bermata indah menyapaku.

"Cousan..." jawabku dan orang-orang di dalam kantor serentak.

Segera aku bangkit dari tempat duduk, menurunkan kepala, sementara kedua tangan di depan badan.

"Hello, lei kiu memenga?" tanya nya dengan suara pelan serta lembut.

"Ngo kui, Sri Jumriati. Lei hoi kiu ngo Sri."

"Sea?"

"Em hai.. Sri. Ok wait, may be you can call me Riati."

"Aci?"

"No, Riati." 'sepertinya mereka akan kesulitan memanggil namaku.' Membatin, "you are just call me Ati."

"Hai, Aci."

"Houlah, lei hoyi kiu ngoa Aci," sebenarnya Aku ingin tertawa ngakak, namun ku tahan sekuat mungkin.

He he, inilah keluargaku di kehidupan yang baru. Aku ingin memanggilnya ibu, sama seperti saat aku melihat dunia.

Kami berjalan bersama menuju sebuah taxi bewarna merah.

"Ayo masuk duluan," katanya mempersilakan.

Dalam hati ku ucap 'Bismillahirahmaanirrahiim, aku percaya bahwa Tuhan Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk hambanya. Selamat datang keluarga baru, selamat datang kehidupan baru. Semesta bersama seluruh isi alam dan sejagat raya yang ada di negara ini, tolong lindungi aku. Kembalikan aku pada negaraku sebagaimana saat aku datang.'

Taxi melaju begitu cepat. Aku duduk di pintu kaca memandangi gedung-gedung menjulang tinggi, lalu lalang kendaraan di sudut kota, tidak terlihat sepeda motor, apalagi kemacetan. Semua lancar, bahkan sepanjang perjalanan banyak pejalan kaki. Bos dan nenek hanya tersenyum melihat ku.

Tidak ingin menerima senyuman itu sebagai pembuka untuk menghantam diriku, seperti di kisah kan tempo lalu bahwa di negara luar penyiksaan dan pembunuhan. Dalam hati tetap memohon perlindungan, semoga senyum dan mata indah itu selamanya tersematkan di wajah mereka untukku.

****


A K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang