[Reader] Dewasa

726 102 53
                                    

Hai!

Kemarin gue udah bahas pesan moral dari sisi penulis. Sekarang mau bahas dari sisi pembaca. Mungkin enggak banyak ya karena hari ini fokusnya itu ke bahasan selanjutnya. Betewe gue lupa siapa yang pernah minta request ini yang jelas akan gue bahas sekarang.

Cukup pembukaannya, langsung aja ke bahasan.

Gimana caranya membedakan cerita yang ada pesan moral dan tidak?

Jawabannya cukup sederhana. Tiap-tiap tulisan pasti memiliki tujuan untuk apa ditulis. Tujuan dari tulisan itu bisa jadi salah satunya adalah pesan moral yang ingin penulis ketahui kepada pembaca. Tulisan yang mengandung pesan moral cenderung mengangkat adegan yang dekat dengan kehidupan.

Kok gitu sih, Sil?

Karena, umumnya pesan moral adalah cara penulis untuk membagi informasinya mengenai etika dan opini yang ia ketahui.

Apa sih? Belibet amat heran dah jadi orang.

Gini, gue enggak memakai kata "memberikan" karena penulis ini nanti terkesan kayak mahaguru gitu, yang serba benar. Penulis cuma mau menyampaikan apa yang ingin disampaikan, melalui bentuk tulisan. Biasanya pesan moral yang gue temui di cerita itu disampaikan karena si penulis ini geram sama kelakuan masyarakat di sekitarnya, pengin mengedukasi pembaca tapi enggak terkesan menggurui aka mengajak secara baik-baik, menginformasikan bahwa tindakan yang dilakukan pembaca itu keliru.

Contoh dah.

Penulis mau menyampaikan suaranya atas tindakan orang-orang di KRL yang suka pura-pura tidur ketika lihat lansia atau penderita difabel. Dari situ bisa aja penulis menuliskan suatu cerita mengenai kehidupan seorang yang tiap harinya harus menggunakan KRL. Entah pekerja, pelajar, pedangan, dan lainnya. Di cerita pula penulis bisa mengutarakan ketidaknyamanan penulis dengan konflik yang penulis tulis. ATAU diselipkan pada salah satu adegan tetapi adegan ini merupakan satu bagian yang penting yang memengaruhi cerita tersebut.

Pesan moral dalam cerita juga beragam. Ada yang benar-benar difokuskan untuk satu pesan moral, ada yang bisa menyelipkan lebih dari dua. Pembaca sekalian, gue yakin kalian pasti paham mana bagian yang sekiranya bisa kalian ambil hikmahnya, contohnya. Bisa membuat pandangan kalian lebih terbuka dan enggak menutup pikiran kalian lagi; termakan dengan stereotip yang ada.

Gue rasa cukup, sekarang lanjut ke bahasan kita hari ini.

Cekidot!

de·wa·sa1 /déwasa/ a 1 sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi): tarif pangkas rambut untuk orang -- berbeda dengan tarif untuk anak-anak; 2 Tern telah mencapai kematangan kelamin; 3 ki matang (tentang pikiran, pandangan, dan sebagainya): cara berpikirnya sudah --;

por·no cak 1 n kependekan pornografi; 2 a cabul

ca·bul a keji dan kotor; tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan): ia suka sekali berkata (berbuat) --;

Siapa yang masih ingat ini pernah muncul di manaaaaa?

(Komentarnya dong boleh wkwk)

Yaps, betul syekaleh. Ini pernah muncul di ... KBBI dong. [Awww, krik syekaleh]

Gue udah pernah bilang, bahwa dewasa dan porno itu beda! Iya beda huruf, beda pengertian juga.

Dewasa itu belum tentu porno, tetapi porno udah pasti dewasa.

Kokkkk?

Dewasa pada cerita dan film itu bukan tentang seksual ya. Dewasa ini mencakup berbagai hal. Misalnya adegan pembunuhan itu masuk kategori dewasa, mental illness yang parah (menurut gue sih dewasa), self injury/self harm yang berlebihan, porno, dan adegan-adegan lain yang belum pantas dilihat sama anak kecil, itu adalah bagian dari dewasa.

Tapi porno adalah sesuatu hal yang mengandung unsur seksual dan cabul. Bacaan yang ada embel-embel 21++, 18++, dan yang mengandung unsur seks ya, itu masuk ke porno. Porno itu juga bagian dari dewasa, tapi bukan berarti lu ngecap dewasa itu porno, bukannnnn!

Keliru kau bambang.

Porno memang bagian dari dewasa, tapi tidak lantas membuat dewasa = porno. Keliru ya wan kawan. Jadi, buat kalian yang membuka cerita berlabel mature content dan enggak ada adegan ranjang aka enaena ya karena dewasa itu bukan sama dengan porno, oke?

Buat kalian juga yang menemukan cerita soal pembunuhan, psikopat, kelainan mental yang mengarah ke hal yang belum pantas dibaca anak usia 17 tahun ke bawah, angst yang ditujukan untuk pembaca dewasa tapi tidak memiliki label mature content bisa diingatkan lagi ya. Kalau si penulis bilang, "Cerita gue 'kan gaada sek eseknya."

Suruh aja baca Think as a bagian dewasa WKWKWK. Canda ish, serius amat wkwk.

Kalau gitu penulisnya, dijelaskan pelan-pelan aja kalau pakai label konten dewasa itu bukan hanya untuk cerita porno aka enaena aja, tapi adegan sadis pun harus pakai. Mengurangi pembaca degem yang nakal dan tercyduk baca hal begituan (yang sadis maksudnya).

Soalnya, ada aja anak SD yang bisa akses Wattpad, 'kan? Gue sih percaya aja anak SMP rata-rata masih ada akal buat menyaring apa yang boleh dan enggak boleh dilakukan, tapi gimana kalau anak SD atau TK (ya kalau ada) buka cerita itu dan nganggep kalau itu cerita yang wajar untuk dilakukan, berabe juga. Ya maap ya kalau parno begini wkwk.

Enggak ada salahnya untuk mengetahui sesuatu hal lebih dalam, dan enggak ada salahnya untuk mencegah daripada telanjur terjadi.

Seperti kata Mas Hansol aku*eh yang di video soal 2019-nCoV bahwa,

"Mending dijaga berlebihan daripada nanti kesakitan."

Sama halnya dengan kita yang lebih baik protect sesuatu yang kurang pantas dibaca anak kecil dari pembaca degem di Wattpad, daripada nanti ada kejadian anak SD ngebunuh temennya, anak SMP perkosa pacarnya, anak kecil tembak mati orang tuanya, ya gitu deh.

Lagian, enggak merugikan kita juga 'kan?

Soal pembaca yang hilang karena ada label konten dewasa itu ikhlaskan saja. Kalau mau aman, ya buatlah cerita yang bisa dikonsumsi semua umur.

Semangat untuk pembaca Bad Things in Wattpad dan Think as a ....

Salam literasi!

Serang, 29 Januari 2020

[K2] Bad Things in Wattpad 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang